Minggu, 26 Oktober 2014

Sakura

           Sepoi angin yang menggoyang simponi remaja cantik. Tak bergeming sedikitpun walau sekedar berbisik. Asuna, siswa SMA kela XI di sebuah desa terisolir.

        Setiap hari parasnya semakin cantik, walau dalam keadaan marah sekali pun. Aku tak pernah berusaha tuk merubah hidupku menjadi lebih mapan dan maju seperti orang-orang di kota. Bahkan aku lebih bangga menjadi gadis desa yang mandiri seperti sekarang.

         Kiritto, seorang remaja putra yang juga pendiam sepertiku. Awal mula pertenuan kami di sebuah pasar rakyat yang tak jauh dari kota. Aku tak sengaja melihatnya yang sedang dikeroyok oleh empat orang dewasa bertato dan berbadan besar.

            Kirrito tak mengeluarkan sepatah kata pun untuk meminta pertolongan. Dia jauh berbeda denganku walau pun aku dan dia memiliki sifat pendiam yang sama. Dia seorang anak konglongmerat di kota, sedangkan aku hanya gadis desa yang hidup dengan kesederhanaan.

             Sedikit pedih menyaksikan pengeroyokan di depan mata kepalaku. Aku tau itu beresiko fatal jika aku menolong kirrito, tapi aku memiliki sedikit keberanian yang mengalahkan rasa takutku yang amat besar. "Di sebelah sini Petugas!" seruku sambil menunjuk tempat Kirrito bersimpuh pasrah menerima serangan dari empat orang dewasa bertato itu. Kirrito tak berdaya bahkan tak sadarkan dir, keempat orang itu berlari meninggalkan Kirrito dan membawa semua barang berharga milik Kirrito.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar