Senin, 07 Maret 2016

Rapuh



Bismillahirrahmanirrahiim
Cukup lama aku harus memendam sepi ini. Bagaimana pun juga, aku tetap bersyukur atas cobaan yang Tuhan berikan. Pedih tiada terkira rasanya, entah harus dari mana aku akan memulai semua ini. Aku merapuh, terasa sepi walau dalam keramaian. Aku lelah berpura-pura kuat di hadapan semua orang, aku letih dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka.
Terkadang aku merasa terlalu banyak orang yang berusaha menguatkan aku, tapi aku rapuh. Sesaat aku egois menghadapi semua ini, aku ingin menggantikan posisinya yang terbaring sakit di sana. Sesaat aku berusaha untuk tegar, tegar, dan tegar menghadapi semuanya. Hari ini aku mengakui semuanya, aku rapuh.
Terngiang kembali ucapan yang membuat hatiku pedih, terasa tertusuk, tercambuk, semuanya menyakitkanku. Selama ini aku menjadi orang yang munafik, berpura-pura mampu menyimpan semuanya sendiri tanpa berbagi pada yang lain. Aku berharap, tulisan luapan perasaanku di sini akan membantuku sedikit kuat. Ternyata tidak, aku rapuh dan benar-benar takut menghadapi masa yang akan datang.
Hari ini, aku menangis lagi, orang yang aku saying menginginkan aku untuk ikhlas melepaskannya.

“ Ayang, jujur mas udah ikhlas wat ninggalin semuanya, tapi mas belum ikhlas ninggalin ayang sama mama. Mas kasihan sama mama.”
Aku sakit dengan semua ini, aku hanya berharap Tuhan akan memberi yang terbaik setelah semua ini.
Ya Tuhan, jika memang Engkau benar-benar mencintainya, jangan biarkan dia sakit terlalu lama. Jangan biarkan dia menderita, dan jika memang hanya ikhlas dariku yang bias membuatnya bahagia maka mulai sekarang aku akan belajar untuk ikhlas.