BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai
nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset,
CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca
apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat
atau tidak. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat
data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas.
Resensi
merupakan salah satu tulisan jurnalistik
yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberi pertimbangan kepada pembaca
mengenai sebuah buku yang baru diterbitkan. Secara sederhana resensi dapat
dianggap sebagai bentuk tulisan yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan
ikhtisar berisi penilaian, ringkasan isi buku, atau kritik terhadap buku
tersebu. Maksud ditulisnya resensi buku adalah untuk menginformasikan isi buku kepada masyarakat
luas.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
Cara Meresensi Buku?
2. Bagaimanakah
Meresensi Buku yang Baik?
3. Apa
Sajakah yang Termasuk Kedalam Bagian Isi Resensi Buku?
1.3.
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui Cara Meresensi Buku.
2. Untuk
Mengetahiu Meresensi Buku yang Baik.
3. Untuk
Mengetahui Komponen-komponen Isi Resensi Buku.
1.4.
Manfaat
Dengan meresensi sebuah buku kita dapat
mengetahui berbagai manfaat yang ada didalam buku tersebut, karena meresensi
merupakan suatu kegiatan untuk mengoreksi sebuah karya orang lain, dengan
meresensi kita dapat mengetahui kelayakan sebuah buku untuk digunakan sebagai
bahan bacaan atau pedoman didalam proses pembelajaran. Dan cocok untuk siapa
buku tersebut untuk digunakan.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1.
Pendahuluan
Menyimak Sebagai Keterampilan
Berbahasa
Judul
Buku : Menyimak
Pengarang
: Henry Guntur Tarigan
Penerbit : Angkasa
Tahun
terbit : 1980
Cetakan
: 10
Kota
Terbit : Bandung
Tebal
Buku : 93 halaman
Buku ini dikarang oleh Henry Guntur Tarigan, beliau adalah
seorang ahli didalam bidang Bahasa dan sastra indonesia. Beliau dilahirkan pada 23 september 1933, di
onggajutu, sumatra utara. Beliau menyelesaikan pendidikanya di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Padjajaran Bandung (1962); mengikuti
Studi Pasca Sarjana Linguistik di Rijksuniversiteit Leiden, Nederland
91971-1973); meraih gelar doktor dalam
bidang linguistik dari Fakultas Sastra
Universitas Indonesia (1975) dengan disertasi berjudul “Morfologi Bahasa
Simalungun”.
Banyak
buku yang dikarangnya berhubungan dengan
Bahasa indonesia. Buku yang dikarangnya merupakan karya yang sangat
bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Karya-karya yang telah dibuatnya
antaralaian: Struktur Sosial Masyarakat Simalungun, Morfologi Bahasa
Simalungun, Prinsip-prinsip Dasar Puisi, Prinsip-prinsip Dasar Fiksi,
Prinsip-prinsip Dasar Drama, Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra, Pengantar
Sintaksis, Bahasa Karo, Sastra Lisan Karo, Percikan Budaya Karo,
Psikolinguistik, Tata Bahasa Tagmemik, Linguistik Konstrantif, Menyimak
(Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa), Berbicara (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa),
Membaca (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa), Menulis (Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa), dan Tataruncing Sunda.
Henry Guntur Tarigan memilki cirit khas
yakni selalu menerbitkan sebuah buku yang berhubungan dengan aspek keterampilan
berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuanya dibidang Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tidak hanya itu tetapi beliau juga
memiliki ciri khas yang berbeda dengan para ahli Bahasa Indonesia lainya yaitu selalu menyantumkan bagan sebagai penjelasan
dari materi sang disajikanya dlam buku, dan ukuran Buku yang diterbitkanya
selalu berukuran kecil seperti ukuran novel. Menurut beliau buku dengan ukuran
kecil akan mempermudah penggunanya untuk membawa buku tersebut.
2.2.
Pembahasan
Buku yang berjudul menyimak dikarang
oleh Henry Guntur Tarigan berisi tentang Menyimak yang merupakan suatu
kebutuhan yang sangat berpengaruh didalam kehidupan, karena sejak dilahirkanya
anak cucu Adam di dunia pasti yang pertama kali dilakukan pasti menyimak. Bukti dari pernyataan diatas dapat dilihat
dari kehidupan seorang bayi yang baru dilahirkan, bayi tersebut akan menyimak
suara adzan yang dikumandangkan oleh sang ayah di telinga bayi. Bukti yang
lebih nyata adalah bayi tersebut dapat mengulangi hasil simakanya ketika
beranjak besar melalui berbicara, contohnya bayi tersebut akan mengucapkan kata
mama atau papa seperti ia didengar dari
pembicaraan kedua orang tuanya.
Buku
yang berjudul menyimak ini sebenarnya berisi tentang aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa seperti menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Keempat aspek terseebut sebenarnya saling kait - mengait
antara satu aspek dengan tiga aspek lainya. Seperti menyimak erat hubunganya
dengan berbicara, karena menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi
dua arah yang langsung, merupakan face to face communication (brooks;
1964:134). Hubungan antara Menyimak dengan Membaca, menyimak dan membaca
mempunyai persamaan yaitu sama-sama
bersifat menerima atau reseptif (Brooks; 1964:134). Perbedaan dari kedua aspek
ini adalah menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca
menerima informasi dari sumber tulisan. Hubungan Menyimak dengan Menulis, hasil
simakan akan mempermudahkan seseorang untuk menulis. Hubungan membaca dengan
ketiga aspek lainya adalah dapat menambah kosa kata yang akan mempermudah mengetahui
arti kata-kata didalam sebuah percakapan dengan orang lain (menyimak),
memperlancar didalam berbicara dengan orang lain karena telah memiliki banyak
kosa kata dari membaca (berbicara),
menambah ilmu pengetahuan tentang berbagai ragam bahasa tulisan
(menulis).
Keterampilan berbahasa yang sangat
penting menurut Henry Guntur Tarigan ada empat aspek, sedangkan menurut ahli
lain belum diketahui bisa saja pendapat ahli lain sama seperti pendapat Henry. Didalam buku ini lebih menitik beratkan
atau lebih mengarah pada pembahasan menyimak.
Didalam buku yang berjudul ‘menyimak’ Henry menerangkan tentang
aspek-aspek didalam keterampilan berbahasa beserta hubungan antara satu aspek
dengan aspek lainya, tahap–tahap didalam menyimak, dan beberapa jenis menyimak, Faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak dan
situasi-situasi yang melibatkan seseorang untuk menyimak. Serta peningkatan
daya menyimak.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang
pendapat Henry didalam buku yang berjudul menyimak sebaiknya terlebih dahulu kita
bahas tentang pengertian dari keempat aspek didalam keterampilan berbahasa.
Pengertian Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Menyimak
adalah proses memperhatikan, mendengarkan sekaligus memahami suatu pesan yang
disampaikan secara lisan dan kemudian dapat menyimpulkan hasil simakan tersebut
dengan berbicara, menyimak bertujuan untuk memperoleh informasi serta memahami
pesan dalam berkomunikasi . Berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
(alat komunikasi). Membaca adalah
proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui bahasa tulisan (kolker
1983:3). Menulis adalah menuangkan
pikiran, gagasan atau perasaan melalui bahasa tulisan, dapat berupa karya viksi
atau non viksi.
Tahap-tahap Menyimak
Henry menerangkan ada sembilan tahap
dalam melakukan menyimak yang dikutip dari pendapat Ruth G. Strickland yang secara berurutan mulai dari yang tidak
berketentuan sampai kepada yang amat sangat bersungguh-sungguh.
Tahap-tahapnya adalah: menyimak secara
sadar yang bersifat berkala hanya tejadi dalam pembicaraan, menyimak yang bersifat ketika
ingin saja, setengah menyimak, menyimak karena keasikan, sekali-kali menyimak
dengan menyerap hal yang disimak, sekali-kali keasikansaja, menyimak namun
tidak sepenuhnya menyimak, bahkan tidak memberi tanggapan terhadap pembicaraan,
menyimak dengan memberikan komentar atau tanggapan secara berkala, menyimak secara saksama dan
sungguh-sungguh, menyimak secara aktif dan mendapatkan pemahaman serta dapat
menyimpulkan kembali apa yang disimak.
Jenis-jenis Menyimak
Telah dibahas sebelumnya bahwa menyimak
bertujuan untuk memperoleh informasi, hal tersebut merupakan tujuan umum. Di
samping tujuan umum ada beberapa jenis menyimak yang akan ditujukan untuk
memperoleh tujuan khusus dari masing-masing jenis menyimak. Jenis-jenis
menyimak diantaranya adalah: menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas
terhadap suatu bahasa tidak perlu langsung dibawah pimpinan seorang guru.
Secara psikologis, menyimak ekstensif
terhadap bahasa ”nyata” (sebagai lawan dari bahasa tulis) akan sangat memuaskan
selama kegiatan tersebut dapat mempraktekan kegiatan para peserta didik didalam
menjalani kehidupan didalam lingkunganya. Pada umumnya, sumber yang paling baik
untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk didalam kegiatan menyimak
ekstensif adalah berupa rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru yang bersangkutan
langsung dalam kegiatan tersebut. Rekaman-rekaman tersebut dapat dibuat dari berbagai sumber, misalnya dari
siaran radio, televisi dan lain sebagainya. (Broughton [et al]; 1978: 69-70).
Menyimak
ekstensif juga berfungsi untuk mengenalkan kata-kata baru yang belum diketahui
oleh penyimak. Karena didalam kegiatan menyimak ekstensif kemungkinan besar
akan terdapat butir-butir kosa kata dan setruktur-struktur kalimat yang masih
asing atau baru.
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang
lebih diarahkan pada bahasa alamiah secara lebih bebas dan lebih umum. jadi dalam kegiatan menyimak intensif ini
dibutuhkan bimbingan dari guru, baik sebagai pengarah maupun pengontrol didalam
kegiatan tersebut.
Di
dalam kegiatan menyimak intensif diperlukan beberapa pembagian didalam
kegiatanya/ menyimak. Di antaranya adalah
menyimak insentif diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian program pengajaran suatu bahasa dan diarahkan pada
pemahaman serta pengertian umum (bahasa telah diketahui oleh peserta didik).
Menyimak intensif dapat juga disebut dengan menyimak pemahaman. Menyimak
pemahaman juga merupakan batu loncatan bagi yang lain, misalnya buat apresiasi
sastra (Broughton [et al]; 1978 : 72-74 ).
Menyimak
sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational
listening) atau pun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung
dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama
mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu
sama lain untuk membuat responsi-responsi yang pantas, mengikuti detail-detail
yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap hal-hal yang
dikemukakan, dikatakan oleh seseorang pembicara (Dawson [et al] ; 1963 : 153).
Menyimak
sekunder(secondary listening) adalah
sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual
listening and extensive listening). Contoh dari menyimak sekunder yaitu: menyimak
atau mendengarkan musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di
sekolah dan pada acara-acara radio-radio
yang terdengar secara sayup-sayup
sementara kita sedang mengerjakan tugas. Menikmati alunan musik sementara kita ikut berpartisipasi didalam tipe-tipe tertentu seperti sedang
mengikuti kegiatan melukis, membuat seketsa dan latihan menulis dengan tulis
tangan (Dawson [et al]; 1963: 153- Anderson; 1972 : 69).
Menyimak
estetis (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif
(apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara
kebetulan dan termasuk kedalam menyimak ekstensif, mencakup: menyimak musik,
puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Menikmati
cerita-ccerita, puisi-puisi, teka-teki, gemercing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan
atau diceritakan oleh guru atau [eseta
didik lainya (Anderson;1972:69. Dawson [et al]; 1963 :153).
Menyimak
kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang didalamnya
sudah dapat diketahui tentang fakta-fakta yang tidak sesuai atau fakta-fakta
yang terus berubah-ubah . Itulah yang menyebabkan Anak-anak perlu belajar
menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran (Dawson [et al]; 1963 : 154).
Secara terperinci beberapa kegiatan yang terjadi didalam menyimak kritis
adalah: memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, penggunaan kata,
dan unsur-unsur kalimat yang lainya, menyimak untuk menentukan alasan
‘mengapa’, menyimak untuk memahami makna-makna konteks, menyimak untuk
membedakan fakta dan fantasi antara yang ber-relevansi dan yang tidak, menyimak
untuk menarik beberapa kesimpulan, menyimak untuk mengambil keputusan, menyimak
untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaan atau masalah tertentu, menyimak
untuk menentukan informasi baru atau tambahan, menyimak menafsirkan, menginterpretasikan
ungkapan-ungkapan, idiom-idiom, dan bahasa yang belum umum, menyimak secara
obyektif dan penuh penilaian untuk menentukan kebenaran, keaslian atau hadirnya
prasangka dan ketidak telitian
(Anderson;1972:69-70).
Menyimak
konsentratif (concentratif listening) biasa disebut juga a study-type listening
atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Adapun kegiatan-kegiatan yang
terlibat didalam menyimak konsentratif adalah: menyimak untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas,
waktu, urutan, serta sebab akibat, menyimak dengan maksud tertentu, mencapai
serta memperoleh pengertian dan pemahaman, merasakan serta menghayati ide-ide
utama seorang pembicara, kelompok, baik sasaran maupun organisasi, menyimak
urutan ide-ide, mencatat fakta-fakta penting. (Anderson; 1972: 70, Dawson [et
al];163 : 153).
Menyimak
kreatif yaitu menyimak yang mengakibatkan adanya pembentukan atau rekontruksi
anak secara imajinatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visi atau
pengelihatan, gerakan atau perasan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh
apa-apa yang didengarnya (dawson [et al]; 1963: 153).
Kegiatan
yang terlibat didalam menyimak kreatif adalah: menghubungkan atau
mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak, membangun
atau mengkonstruksikan imaji-imaji visual sementara menyimak, menyesuaikan atau
mengadaptasikan imaji dengan pemikiran omajinatif untuk menghasilkan karya baru
dalam tulisan, lukisan dan pendramaan, menyimak untuk mencapai penyelesaian
atau pemecahan masalah.
Menyimak
penyelidikan atau exploratory listening adalah
sejenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan yang agak sempit.
Tujuan melakukan penyelidikan dengan menyimak adalah untuk memperoleh:
hal-hal
baru yang menarik perhatian, informasi tambahan mengenai sesuatu topik, suatu
pergunjingan atau buah mulut yang menarik. Dengan mudah dan dengan lega
penyimak mengeluarkan sedikit upaya untuk itu, karena penyelidikan itu secara
relatif bersifat insidental, kebetulan, bukan bersifat spesifik, khusus.
(Dawson [et al]; 1963:153).
Menyimak
interogatif atau interrogative listening adalah sejenis menyimak intensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan
pemilihan , karena penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Di dalam
kegiatan menyimak interogatif ini penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatianya pada pemerolehan informasi atau bangun mengenai suatu jalur khusus.
(Dawson [et al]; 1963:153).
Cara
yang seolah-olah tidak memerlukan upaya bagi anak-anak dan sejumlah penduduk
pribumi mempelajari bahasa-bahasa asing
dapat disebut menyimak pasif atau passive listening. Yang disebut
menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa adanya upaya sadar yang
biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa,
menghafal luar kepala, berlatih, serta menguasai suatu bahasa. Ada beberapa
teknik yang dapat dilakukan didalam menyimak pasif yang dspat menanganinya
diantaranya adalah: berilah otak kesempatan untuk menyimak sebanyak mungkin,
tenang dan santai, janganlah memasang rintangan-rintangan bagi bunyi-bunyi, berikanlah
waktu yang cukup untuk otak, beri waktu untuk otak bekerja, sementara kita
mengerjakan sesuatu yang lain. Kita akan dapat memberi perhatian yang serius
sepanjang waktu, oleh sebab itu berilah kesempatan menyimak bagi otak otak
secara santai, karena pada saat tertidurpun otak kita tetap aktif.
(Nida;1957:27-29).
Menyimak
selektif adalah menyimak yang dapat menggantikan menyimak pasif, namun hal ini
hendaklah tidak tejadi tetapi justru
melengkapi kegiatan menyimak pasif. Kedua jenis menyimak tersebut harus
dimanfaatkan untuk mengimbangi isolasi kultural dari masyarakat.
Andai
kata kita harus menyimak secara cerdas aneka ragam ciri bahasa, maka kita perlu
mengikuti suatu urutan yang akan dapat menolong kita untuk menemukan cara kita
sendiri untuk menemukan unsur-unsur yang seolah-olah tidak teratur dan tidak
berurutan. Sebagaian besar ciri-ciri bahasa yang harus disimak secara selektif
secara urutan ialah nada suara, bunyi-bunyi asing , bunyi-bunyi yang bersamaan,
kata-kata dan frase-frase, dan bentuk-bentuk tata bahasa.
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Menyimak
Di
dalam kegiatan menyimak ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi proses terjadinya
menyimak yaitu faktor fisik, faktor psikologis, faktor pengalaman dan kebiasaan
jelek dalam menyimak. Keempat faktor tersebut sangat penting perananya dalam
membantu kita melakukan proses menyimak maka dalam menyimak hendaklah memenuhi
faktor yang penting dan meninggalkan faktor yang dapat mengganggu kegiatan menytimak.
Faktor
fisik adalah faktor yang terletak pada diri seseorang seperti kesehatan dan
kesejahteraan fisik. Kesehatan dan kesejahteraan fisik merupakan modal yang
turut mendukung setiap penyimak. Faktor
psikologis adalah faktor-faktor yang kerap kali sulit diatasi, yang melibatkan
sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor psikologis dalam
menyimak mencakup prasangka dan kurangnya simpati terhadap sipembicara beserta
sebab-musababnya, keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat-minat pribadi
serta masalah-masalah pribadi, kepicikan serta kurang luasnya pandang,
kebosanan atau tiadanya perhatian sama sekali pada subyek, sikap yang tidak
layak terhadap sekolah, guru, subyek, atau terhadap sipembicara. Faktor
pengalaman, faktor pengalaman dapat melukiskan sikap-sikap yang antagonistik,
sikap-sikap yang menentang serta bermusuhan timbul dari pengalaman-pengalaman
yang tidak menyenangkan, demikianlah latar belakang pengalaman merupakan suatu
faktor penting dalam menyimak.
Ketiga
faktor diatas sangat berpengaruh dalam kegiatan menyimak, begitu pula dengan
kebiasaan jelek dalam menyimak. Kebiasaan jelek dalam menyimak terbagi menjadi
10 yaitu : menyimak lompat tiga, yang dimaksud dengan menyimak lompat tiga
adalah menyimak dua bahkan tiga
pembicaraan sekaligus.
Menyimak daku dapat fakta, maksudnya hanya menyimak fakta-fakta yang
dianggap penting tanpa memperhatikan fakta pendukungnya.
Noda-noda ketulian emosional maksudnya berhenti
menyimak ketika didalam pembicaraan ada kata-kata yang menyinggung perasaan
penyimak, maka secara emosional hati tertutup untuk menyimak kembali / malas.
Menyimak supersensitif maksudnya menyimak yang dilakukan untuk mencari
kelemahan pembicara atas pembicaraan yang disampaikan karena menyinggung
perasaan kpenyimak.
Menghindari penjelasan-penjelasan yang sulit
maksudnya tidak menghiraukan perkataan pembicara ketika pembicaraan itu sulit
untuk dipahami.
Penolakan
secara gegabah terhadap sesuatu subjek yang tidak menarik perhatian maksudnya
tidak mau menyimak pembicaraan yang bersifat aktual atau terkini.
Mengkritik
cara berpidato dan penampilan fisik seseorang pembicara maksudnya penyimak
hanya disibukan dengan mengkritik hal-hal yang disampaikan pembicara dan
mengkritik penampilanya saja.
Perhatian
pura-pura maksudnya berpura-pura memperhatikan padahal pikiran melayang jauh
dari pembicaraan.
Menyerah kepada gangguan maksudya ketika
penyimak merasa terganggu dengan keadaan yang ribut, penyimak memperhatikan
keadaan tersebut tanpa mempertahankan kondisinya yang sedang menyimak. Menyimak
dengan pensil dan kertas di tangan maksudya kegiatan menyimak tercampur dengan
kegiatan fisik menulis.
Situasi-situasi yang Melibatkan
Seseorang Untuk Menyimak
Di
dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa situasi yang menyebabkan seseorang
untuk menyimak didantaranya adalah
ketika ada petunjuk, keterangan, dan pengumumuman, Ketika terjadi percakapan
atau diskusi, dan ketika mendengarkan siaran radio, mendengarkan rekaman, menelefon
dan menonton acara televisi.
Situasi-situasi tersebut memaksa kita untuk
menyimak dengan konsentrasi penuh karena dengan menyimak kita akan memperoleh
petunjuk, keterangan dan ide pokok dari sebuah pengumuman. Dapat memberi
tanggapan dan menyanggah ketika terjadi percakapan dan diskusi. Dapat
menceritakan kembali siaran dari radio, mengulang hasil rekaman, menjawab
pertanyaan ketika sedang menelefon, dan dapat menggambarkan kembali acara yang
ditayangkan di televisi, inti dari situasi-situasi yang melibatkan seseorang
untuk menyimak adalah kita dapat berinteraksi dengan orang lain maksudnya ada
hubungan aksi-reaksi dalamm kehidupan.
Di
dalam kehidupan menyimak sangat penting karena merupakan hal yang paling
diutamakan dalam aspek keterampilan berbahasa, dimana menyimak sangat berperan
penting bagi setiap individu, hubungan anatar individu dan hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan menyimak akan membantu
setiap individu dalam menjalani kehidupan, karena dengan menyimak kita dapat
berinteraksi dengan sesama manusia, hewan dan bahkan lingkungan setempat.
Buku
dengan judul ‘Menyimak’ yang dikarang oleh Henry ini memeiliki keunggulan yakni
dapat digunakan dimanapun kita berada karena berukuran kecil serta berisi
materi pembelajaran yang sangat mudah untuk dipahami, menjelaskan aspek
keterampilan berbahasa yang sangat berperan penting didalam kehidupan.
Buku tersebut memiliki sistematis yang
berurutan dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dalam pendidikan.
Kelemahan
dari buku tersebut adalah penggunaaan
bahasa yang terlalu berbelit-belit meskipun mudah untuk dipahami, penjabaran
materi yang terlalu banyak cerita yang tidak penting dan bahkan tidak
berhubungan langsung dengan aspek keterampilan berbahasa yang dibahas didalam
buku tersebut, menyimak. Segi penampilan atau desain buku tidak menarik, karena
tidak memuat ilustrasi-ilustrasi yang dapat mengembangkan daya pikir pengguna,
ilustrasi-ilustrasi didalam menyimak bisa berupa gambar, kata-kata mutiara yang
secara nyata berhubungan langsung dengan menyimak, segi penampilan sampul juga
sangat tidak menarik. Segi penyajian tidak terdapat didalam buku trsebut karena
tidak mencantumkan soal untuk latihan.
2.3.
Penutup
Buku
yang dikarang oleh Henry yang diterbitkan pada tahun 1980 tepatnya di bandung
dengan judul ‘Menyimak’ sangat cocok digunakan oleh Mahasiswa/i diperguruan tinggi manapun
sebagai bahan bacaan, bahan belajar dan bahkan pedoman serta pegangan dalam
belajar.
Selain
untuk mahasiswa buku tersebut juga cocok digunakan oleh tenaga pendidik/guru
bimbel/guru di sekolah dan yang lebih tepat sangat cocok untuk dosen mata
kuliah menyimak. karena buku tersebut berisi tentang materi menyimak yang
merupakan sebuakh mata kuliah di perguruan tinggi. Jadi buku tersebut memiliki
peranan penting didalam proses pembelajaran yang bersifat kejurauan, terutama
kejuruan Bahasa Indonesia dalam sebuah
perkuliahan.
BAB
3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai
nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD.
Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau
hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Resensi
merupakan salah satu tulisan jurnalistik
yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberi pertimbangan kepada pembaca
mengenai sebuah buku yang baru diterbitkan. Secara sederhana resensi dapat
dianggap sebagai bentuk tulisan yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan
ikhtisar berisi penilaian, ringkasan isi buku, atau kritik terhadap buku
tersebu. Maksud ditulisnya resensi buku adalah untuk menginformasikan isi buku kepada masyarakat
luas.
Unsur-unsur
dalam meresensi terdiri dari empat bagian yaitu membuat judul resensi, menyusun
data buku, membuat pembukaan, dan tubuh atau pernyataan isi buku.
3.2.
Saran
Resensi
merupakan suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil
karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD.
Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau
hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Di
dalam meresensi kita harus benar-benar mengerti dengan jalan pikiran pengarang
buku yang kita resensi agar tidak terjadi kesalahan yang akan membuat masalah,
didalam meresensi kita harus mengemukakan pandangan kita terhadap buku tersebut
secara jujur. Jika buku tersebut menurut kita tidak menarik katakan tidak
menarik, dan jika buku tersebut menarik maka katakan buku tersebut menarik dan
berikan alasan.
Daftar
Pustaka
Guntur Tarigan, Henry. 1980: Menyimak ( sebagai keterampilan berbahasa). Bandung, Angkasa.
.