Selasa, 31 Mei 2016

Sesalku

Astghfirullah. . .
Ampuni segala dosa atas kesalahan yang telah ku perbuat ya Allah. Setitik air mata yang jatuh ke pipiku menyadarkan betapa kecilnya hatiku untuk menerima segala kehendak-Nya.

Hari ini aku belajar dari ketabahan dan kesabaran seorang anak kecil yang besekolah di tempatku mengajar. Usianya baru tujuh tahun, memiliki dua saudara dan seorang ibu yang menderita sakit jantung. Hari-harinya teramat sulit ia lalui, hampir semua teman di kelas menjauhinya.

Inalillahi wa inaillahirojiun, perjalanan hidup yang dilaluinya kini harus tanpa ayah. Kehidupan yang memerlukan kerja keras dan sungguh-sungguh. Kuatkan dia dan keluarganya ya Allah.

Hari ini, Allah mengetuk hatiku dan menunjukkan betapa kecilnya hatiku menerima takdir. Aku selalu mengeluh, selalu menangis dan menganggap Allah tidak adil.

Hari ini, Allah menarik langkahku untuk menginjakkan kaki di depan rumah kecil, haya ada satu ruangan. Jelas terlihat, semua aktifitas dilakukan di situ.

"Kedatangan kami ke sini bermaksud untuk mempererat tali persaudaraan kita, Kami selaku keluarga besar SD Negeri ... juga mengucapkan turut berduka cita atas musibah yg menimpa keluarga Ibu. . . ., mudah-mudahan Allah memiliki rencana yang indah kedepannya, aamiin." Rangkaian kalimat yang terucap dari mulut Kepsek itu membuat semua guru terdiam dan mata berkaca-kaca.

Astaghfirullah, aku menyesal telah mengeluh, aku malu pada anak kecil yang berhati besar dan lapang itu. Ya Allah, kuatkan dia dan keluarganya ya Allah. Aamiin.

Senin, 07 Maret 2016

Rapuh



Bismillahirrahmanirrahiim
Cukup lama aku harus memendam sepi ini. Bagaimana pun juga, aku tetap bersyukur atas cobaan yang Tuhan berikan. Pedih tiada terkira rasanya, entah harus dari mana aku akan memulai semua ini. Aku merapuh, terasa sepi walau dalam keramaian. Aku lelah berpura-pura kuat di hadapan semua orang, aku letih dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka.
Terkadang aku merasa terlalu banyak orang yang berusaha menguatkan aku, tapi aku rapuh. Sesaat aku egois menghadapi semua ini, aku ingin menggantikan posisinya yang terbaring sakit di sana. Sesaat aku berusaha untuk tegar, tegar, dan tegar menghadapi semuanya. Hari ini aku mengakui semuanya, aku rapuh.
Terngiang kembali ucapan yang membuat hatiku pedih, terasa tertusuk, tercambuk, semuanya menyakitkanku. Selama ini aku menjadi orang yang munafik, berpura-pura mampu menyimpan semuanya sendiri tanpa berbagi pada yang lain. Aku berharap, tulisan luapan perasaanku di sini akan membantuku sedikit kuat. Ternyata tidak, aku rapuh dan benar-benar takut menghadapi masa yang akan datang.
Hari ini, aku menangis lagi, orang yang aku saying menginginkan aku untuk ikhlas melepaskannya.

“ Ayang, jujur mas udah ikhlas wat ninggalin semuanya, tapi mas belum ikhlas ninggalin ayang sama mama. Mas kasihan sama mama.”
Aku sakit dengan semua ini, aku hanya berharap Tuhan akan memberi yang terbaik setelah semua ini.
Ya Tuhan, jika memang Engkau benar-benar mencintainya, jangan biarkan dia sakit terlalu lama. Jangan biarkan dia menderita, dan jika memang hanya ikhlas dariku yang bias membuatnya bahagia maka mulai sekarang aku akan belajar untuk ikhlas.

Senin, 22 Februari 2016

Inikah Keadilan Mu Tuhan

           Hai, selamat malam.
Sudah lama aku tak menyapa dan menulis di blog yang biasanya menjadi buku harianku.
Hari ini, aku merasa sedikit kelelahan karena pekerjaan yang aku jalani sebagai operator di sekolah.
Sedari kemarin aku sudah berniat menumpahkan segala kesedihan dan kebahagiaan yang aku rasakan. Kebahagiaanku berawal pada tanggal 17 Oktober 2015 karena wisuda ku. Kebahagiaan terus berlanjut pada tanggal 17 November 2015, ya aku ditunang oleh kasihku Herman. Mungkin ini keadailan dari Tuhan, belum genap satu bulan pertunanganku Tuhan menguji ku. Tuhan mengujinya, menguji keluargaku dan menguji keluarganya.

              Awalnya dia di fonis terserang gejala hepatitis. Seminggu menjalani perawatan di puskesmas dan akhirnya harus dirujuk ke rumah sakit daerah. Kekecewaan dan amarah hadir mengusik hatiku. Selama satu minggu difonis terserang gejala hepatitis dan meminum obat untuk mencegah hepatitis, tapi ternyata dia terserang DBD. Aku marah, aku kesal kenapa harus salah fonis. Kini dia harus sering kontrol ke RSUD Arifin Achmad setelah hampir lebih dari tiga bulan pulang-balik dan menjalani rawat inap. Sekarang dia menderita anemia aplasi. Sebagai calon istri, aku hanya bisa memberi semangat kepada orang yang aku sayang.

              Semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuknya. 167 kantong darah sudah ditransfusi ke tubuhnya, sekarang kondisinya Alhamdulillah sudah mulai membaik. Semoga akan terus membaik dan sembuh. Semoga Tuhan mengizinkan kami hidup bersama, agar kami bisa beribadah bersama-sama. Semoga doa tulus dari semua keluarga dan teman-teman dikabulkan Tuhan. Terimakasih buat semuanya. Ayang, terus semangat, yakinlah Tuhan akan memberi ayang kebaikan. Aamiin.