Senin, 29 September 2014

Kelalaianku

Untuk pertama merasakan sakitnya diabaikan oleh peserta didik. Dia, seorang peserta didik yang selama ini selalu antusias belajar bahasa Indonesia bersamaku. Hari ini, 29 September 2013, ia memasang wajah tak sedap dipandang di hadapanku. Ainun, nama siswa yang selalu bersemangat mengikuti pelajaran bersamaku.
Kesalahan yang ku lakukan mungkin terlalu menyakiti hatinya. Sebelum hari itu, ia selalu mengirim pesan singkat padaku menanyakan kabar di setiap malam. Kelalaianku yang selalu aku lakukan, membiarkan hanpone tetap berasa di dalam tas setelah pulang mengajar. Alhasil banyak sekali pesan dan tanda panggilan tak terjawab.
Rasa bosan mengalahkan kebijaksanaan yang seharusnya kupertahankan. Ainun, maafkan Ibu Nak. Tidak bermaksud untuk menyakiti hati Ainun. Tapi memang kelalaian yang ibu lakukan selalu menyakiti hati orang lain. 

Senin, 22 September 2014

Aku Malu



Hai friend.... hari ini sempat dongkol melihat guru bahasa inggris yang memakai 15 menit jam pelajaran aQ. aQ menunggu hingga lelah di depan kelas selama 15 menit. Emosi semakin memuncak.
        Tiba-tiba datang Ana mahasiswa UIN yang mengaku masuk di kelas X ADP 3. "Hah, mana mungkin!" selaku menampis keinginanya masuk di kelas yang seharusnya aQ sudah duduk di kursi guru. Hem menunggu itu melelahkan. " Ha ha ha, ini kelas berapa? ohhh ADP 3, Ana masuk ADP2." Hemmmm, sedikit lega.
 Pada menit ke 15, Guru bahasa Inggris menghampiriku. "Ibu masuk di kelas ini?" "Iya, Bapak udh makai jam saya 15 menit." Mukanya bingung tetapi tetap mempertahankan kedudukanya di dalam kelas.
 "Bahasa Inggris tiga jam kan?" beliau bertanya pada siswa kelas X ADP3. "Ya Pak..." keningku serasa berkerut dan pipi ni rasanya memerah. aQ menghampiri tas dan mengambil jadwal, ternyata benar.
 Seharusnya aQ masuk jam ke empat bukan jam ke tiga. "Ooo, maaf pak, salah saya. Silahkan lanjutkan." Rasanya ingin tertawa. Yah aQ harus tetap menjaga marwah Q di hadapan semua siswa. aQ tahan tawa dalam dada, dan mundur lima langkah dari pintu kelas.

Tidak Hanya Modal Ilmu Pengetahuan



Hai-hai pembaca, semangat untuk pagi yang cerah. Uh... penat sekali dengan sejuta pekerjaan yang selalu memaksaku menunda segala keinginan. Bukan karena keinginan untuk berhenti, mungkin karena tidak ikhlas dalam menjalankanya.
Awalnya memang selalu terpaksa dalam mengerjakan aktivitas sebagai guru. Memang benar segala sesuatu yang dipaksa akann menjadi terbiasa. Tetap saja percumah bila telah biasa namun tak ikhlas, toh hanyalelah dan dosa yang kita dapat.
Sebagai calon guru, jujur aku belum sanggup menjalankan semua tugas guru. Terkadang aku merasa mengabaikan Tuhan karena selalu menulis keluh kesahku melalui blog ini. Hmmmmm, tujuanku bukanuntuk mengabaikan Tuhan, aku ingin mencatat semua yang aku aku jalani setiap hari.
Bagaimana caranya agar aku bisa menyembunyikan kecewaku pada siswa-siswaku yang selalu mengeluh mendapatkan tugas dariku. Haruskah aku menunjukan betapa banyak pekerjaanku sebagai guru kepada mereka? Atau aku tuliskan saja semua jenis kesibukan yang aku jalani lalu aku beri kepada mereka?
Siswaku kelas X AK1-AK3 + ADP 3 SMK MUHAMMADIYAH II  (MUDA) PEKANBARU. Aku harap akan terjadi perubahan cara belajar, bukan hanya pada mereka tapi pada aku juga. Tugas utama guru yang telah disampaikan oleh Pak Mukhlis, M.Pd. dosen mata kuliah Administrasi Pendidikan pada semester empat di bangku perkuliahan memang sedikit jika hanya dilihat tanpa dipahami. Mendidik, membimbing, mengarahkan, mengevaluasi, dan tiga tugas lagi yang sedikit terlupakan.
Kesadaranku untuk menjadi guru mulai tumbuh semenjak melaksanakan PPL di SMK MUDA. Aku tidak boleh hanya berbekal ilmu pengetahuan saja, tetapi ada kesabaran, keikhlasan dan kedisiplinan untuk mengajar mereka. Awalnya semuakarena terpaksa, mulai hari ini akan menjadi terbiasa. Sabar, ikhlas,dan disiplin akan aku utamakan untuk mencapai tugasku sebagai guru.

Senin, 15 September 2014

Pengakuan Teman Kecilku

           Selamat pagi ceria.....
Hari ini masih ada sisa-sisa kebahagiaanku. Betapa tidak, untuk yang pertama aku mengetahui pengakuan teman kecilku. Pengakuan tak terduga yang selama ini aku nantikan. Dia, Iis Sugiarto teman masa kecilku mulai aku kelas satu Sekolah Dasar (SD), kami selalu bersama ke mana pun.

           Ternyata, detik-detik perpisahan harus kami lalui.Ya, menjelang kelas empat SD Iis sudah tidak bisa aku lihat setiap hari. Kepergiannya membuat kekosongan hari-hariku. Pernah aku menangis karena merindukanya, merindukan teman kecilku. Tak lama setelah perpisahan itu, ada kabar dia punya cinta monyet di sekolahnya, Dede nama cinta monyetnya itu. Waktu itu aku belum tahu rasa sakit yang ada di hatiku disebut cemburu. ternyata menginjak bangku SMP aku bertemu lagi denganya.

           Jauh berbeda dengan dia, teman kecil yang tak pernah cuek dan tak pernah sombong sekarang benar-benar cuek dan sombong. Dia selalu menebar pesona bagai kumbang yang siap setiap saat menghampiri bunga yang mekar merekah dengan keharumanya yang memikat. Di bangku SMP ini aku mulai melupakanya dan mulai mencari teman pengganti. Aku membuka hati untuk si Alm. Iman.

            Alm. Iman yang selama delapan bulan mendekati dan berusaha menginginkan aku menjadi pacarnya. Tepat pada malam hari ulang tahunku, aku dan dia resmi pacaran. Hanya bertahan sampai dua bulan, aku dan Alm. Iman mengakhirinya, namun karena masih saling menyayangi aku menganggapnya sebagai abang begitu juga sebaliknya, dia menganggapku adik. Walau sudah beda setatus kami tetap sering jalan berdua.

            Mungkin, mengecewakan Alm. Iman. Aku berpacaran dengan teman satu angkatan di sekolah, Iqbal Hadi Sundoro namun juga tidak bertahan lama hanya sekitar tiga bulan. Lebih mengecewakan bagi Alm. Iman, aku berpacaran dengan Herman adik sepupunya. Herman, seorang lelaki yang sangat sempurna bagiku. Begitu banyak rintangan yang kami lalui, terutama restu ke dua ortuku yang sulit kami dapatkan. Selama tujuh tahun aku dan Herman berpacaran tepat pada usia ke tujuh tahun itulah kami mendapatkan restu yang selama ini kami inginkan, dan kami berencana mengakhiri hubungan itu di pelaminan tahun depan pertengahan 2015.

          Kembali pada pengakuan teman kecilku, tepat tanggal 15 September 2014 pukul 03.21 dini hari. Sebelumnya kami memang sering chating melalui akun facebook.dan pada akhirnya pengakuanya aku dapatkan setelah aku terlebih dahulu mengakui bahwa dia, Iis adalah cinta pertamaku walau tak pernah sampai pacaran. Sampai hari ini tulisan pengakuanya seperti melayang dalam otak bahkan keluar dan melayang-layang di hadapanku. "Yea amien,,,, cinta pertama emang sulit tuk d lupakn, tp aq percayea dalam sebuah pilihan,,,, q berharap qmu juga bahagia yea cinta pertama q,,,," sampai detik ini aku masih sering tersenyum sendiri jika teringat masa kecil bersama mu.

Kamis, 11 September 2014

Berebut Tugas Bahasa Indonesia



Hari ini, siswaku berebut tugas. Tidak seperti hari-hari yang telah berlalu. Aku bertambah semangat mengajar mereka. Ternyata seperti inilah mengajar yang sesungguhnya. Segala sesuatu yang aku pelajari melalui teori jauh berbeda dengan praktek di lapangan. Walau pundemikian, teori itu tetap bermanfaat bagiku.
Genny A., salah seorang siswi yang asik dan semangat dalam belajar. Genny memiliki teman bernama Nadya dan Cahya. Mereka bertiga selalu terlihat semangat belajar, walau terkadang merekalah yang selalu meribut di kelas. Genny, seperti siswi yang lainya mulai menilai penampilan teman lawan jenisnya, selalu mengatakan “Restui saya Bu!”. Hemmm, teringat masa SMA dahulu.
Uul, yang memiliki nama lengkap Usnatul Anisa merasa keberatan dipanggil Uul dan memilih dipanggil Anisa. Setiap bertemu denganku, Uul selalu mengajakku bersalaman kemudian mencium punggung tanganku seraya berkata “Saya calon Indra Buk!”. Ada juga seorang temanya yang mengaku sebagai calon Indra atau calon pacar Indra. Saya belum tahu siapa Indra Itu, yah... aku hanya tersenyum.

Kamis, 04 September 2014

Entah

Entah apa yangvharus aQ katakan lagi pada mereka
Sakit rasanya jika harus selalu berteriak
aQ tak bermaksud untuk marah
aQ tak bermaksud untuk diam
aQ hanya mencari ketenangan.