Dear friends… entah
lagi kesambet malaikat apa nih. Gue pengen banget nulis cerpen lagi. Kali ini
gue bakalan buat cerpen tentang gue sendiri . ya… gue sendiri. Apa karena efek
hamil muda ya? Entahlah! Ups… ketebak deh kalo bakalan cerita tentang hidup baru
gue… ha ha ha ha. Cuz… simak aja yuk.
HIDUP BARUKU
Beberapa
waktu lalu, kegalauan yang melanda hatiku mulai beranjak meninggalkanku dan
membiarkan kesabaran memberi kebahagiaan padaku. Harus mulai dari mana aku
menyukuri karunia Tuhan yang selama ini terus menghampiri hidupku. Kalau bisa
rasa syukur itu berbentuk, mungkin telah kubentuk rasa syukurku seperti hati
yang paliiiing besar pada Tuhan.
Ini
bukan kali pertama atau kali kedua kaya lagunya Raisa. Perasaan sayang muncul
untuk seseorang yang belum pernah aku temui. Meski baru beberapa hari chating lewat medsos yang namanya whats up. Bermula pada basa basi, selalu
saja bahas kodok konser pada malam minggu, basa basi nanyak “malam minggu kok g
diapelin?” ha ha ha…. Entah apa maksud dari pertanyaannya.
Semakin
lama semakin candu, selalu nunggu chat
dari si dia yang belum pernah kulihat batang hidungnya. Perasaan gundah gak
karuan selalu dating, biasa hanpon asal
letak dan jadi barang milik bersama teman dan keluarga, eehh semenjak chatting sama dia semua barang tersegel
dan gak ada yang boleh pegang. Dulu aku terkenal dengan julukan si serius dan
Si pendiam sekarang gue dibilang cewek rame yang suka bercanda hilang
keseriusan.
Hem…….
Waktu yang ditunggu dating juga, aku melihat wajahnya dengan jelas tanpa
penghalang. “Ya Allah, rasanya aku ingin dia menjadi imamku.” Tiba-tiba aja
hati kecilku bergumam, hanya saja pertemuan itu hanya pertemuan sebelah pihak.
Bagaimana tidak sebelah pihak coba? Pertama kali melihatnya pada hari duka yang
sedang dialami oleh keluarganya. Ayahnya meninggal tepat 2 minggu setelah aku
dan dia asik chat. Pada malam itu,
dia tidak mengenalku walaupun tepat berdiri di hadapanku.
…
Setelah
ayahnya berpulang, kami tetap lanjut komunikasi. Layaknya wanita berumur yang
selalu didesak orang tua untuk segera berrumah tangga , rasanya itu luar biasa
ketika ada lelaki yang benar-benar menginginkanku menjadi wanitanya dan aku pun
menginginkannya. Aku tidak memiliki rasa untuk menolak sedikitpun, berbeda
dengan ketika beberapa laki-laki datang melamarku langsung menemui ayah dan
ibuku. Aku menolak walau pun sebelumnya sudah mengatakan pasarah pada kedua
orang tuaku masalah jodoh, bukan lain karena pernah gagal sebelumnya. Tapi
entah kenapa, aku merasa yakin Mr. J adalah jodohku walaupun belum pernah
bertemu sebelumnya.
Mr.
J adalah julukan yang aku berikan untuknya, sebutan yang paling cocok ketika
aku sedang bercerita pada si teteh temen curhatku. Akhirnya pertemuan pertama
berlangsung dengan perasaan yang luar biasa gak karuan. Kikuk, kaku, malu,
malu-maluin dan gak jelas. Syukur Mr. J orangnya rame dan mudah ngobrol dengan
kedua orang tuaku.
“Mama…..
Mama… baca ini bacaaaaaa!” teriakku dari kamar yang segera ingin lari ke ruang
keluarga dengan semangatnya samapai tak terlihat si mama sudah di depan pintu
kamar. “Apa si apa?” mama bingung melihatku yang bersikap aneh dari biasanya.
“Malam ini De, ba’da isa ini? Serius? Ya gak ada persiapan apa-apa, beli kue
lah sana!” ekspresi mama yang lumayan panik
dan gugup waktu tahu si anak gadis satu-satunya bakal diapelin pada malam
Sabtu, alias Jumat, 10 November 2017. (kapan-kapan buat cerpen masa pendekatan deh :) ha hahha)
Pertemuan
keluarga pun terjadi, sampai pada Jumat, 19 Januari 2018 malam lamaran pun
terjadi. Pertemuan singkat yang sangat kusyukuri, hadiah terindah dari Tuhan
setelah penderitaan yang kujalani lebih dari satu tahun menunggu yang tak
pasti. Pada Sabtu 24, Februari 2018 Tuhan perjelas jodohku dan mengubah status
gadisku telah menjadi istri. Bagaimana harus mengungkapkan rasa syukur ini,
rasanya terlalu indah jika hanya kubalas dengan rasa syukur. Semoga ini adalah
perjalanan hidup yang Tuhan Ridhoi untukku.
Hei
friends… cukup ya cerpennya hari iniii… tQ…