Selasa, 05 Juni 2018

My New Life is Become Ny. Juari


Dear friends… entah lagi kesambet malaikat apa nih. Gue pengen banget nulis cerpen lagi. Kali ini gue bakalan buat cerpen tentang gue sendiri . ya… gue sendiri. Apa karena efek hamil muda ya? Entahlah! Ups… ketebak deh kalo bakalan cerita tentang hidup baru gue… ha ha ha ha. Cuz… simak aja yuk.

HIDUP BARUKU
Beberapa waktu lalu, kegalauan yang melanda hatiku mulai beranjak meninggalkanku dan membiarkan kesabaran memberi kebahagiaan padaku. Harus mulai dari mana aku menyukuri karunia Tuhan yang selama ini terus menghampiri hidupku. Kalau bisa rasa syukur itu berbentuk, mungkin telah kubentuk rasa syukurku seperti hati yang paliiiing besar pada Tuhan.

Ini bukan kali pertama atau kali kedua kaya lagunya Raisa. Perasaan sayang muncul untuk seseorang yang belum pernah aku temui. Meski baru beberapa hari chating lewat medsos yang namanya whats up. Bermula pada basa basi, selalu saja bahas kodok konser pada malam minggu, basa basi nanyak “malam minggu kok g diapelin?” ha ha ha…. Entah apa maksud dari pertanyaannya.

Semakin lama semakin candu, selalu nunggu chat dari si dia yang belum pernah kulihat batang hidungnya. Perasaan gundah gak karuan selalu dating, biasa hanpon asal letak dan jadi barang milik bersama teman dan keluarga, eehh semenjak chatting sama dia semua barang tersegel dan gak ada yang boleh pegang. Dulu aku terkenal dengan julukan si serius dan Si pendiam sekarang gue dibilang cewek rame yang suka bercanda hilang keseriusan.

Hem……. Waktu yang ditunggu dating juga, aku melihat wajahnya dengan jelas tanpa penghalang. “Ya Allah, rasanya aku ingin dia menjadi imamku.” Tiba-tiba aja hati kecilku bergumam, hanya saja pertemuan itu hanya pertemuan sebelah pihak. Bagaimana tidak sebelah pihak coba? Pertama kali melihatnya pada hari duka yang sedang dialami oleh keluarganya. Ayahnya meninggal tepat 2 minggu setelah aku dan dia asik chat. Pada malam itu, dia tidak mengenalku walaupun tepat berdiri di hadapanku.
Setelah ayahnya berpulang, kami tetap lanjut komunikasi. Layaknya wanita berumur yang selalu didesak orang tua untuk segera berrumah tangga , rasanya itu luar biasa ketika ada lelaki yang benar-benar menginginkanku menjadi wanitanya dan aku pun menginginkannya. Aku tidak memiliki rasa untuk menolak sedikitpun, berbeda dengan ketika beberapa laki-laki datang melamarku langsung menemui ayah dan ibuku. Aku menolak walau pun sebelumnya sudah mengatakan pasarah pada kedua orang tuaku masalah jodoh, bukan lain karena pernah gagal sebelumnya. Tapi entah kenapa, aku merasa yakin Mr. J adalah jodohku walaupun belum pernah bertemu sebelumnya.
Mr. J adalah julukan yang aku berikan untuknya, sebutan yang paling cocok ketika aku sedang bercerita pada si teteh temen curhatku. Akhirnya pertemuan pertama berlangsung dengan perasaan yang luar biasa gak karuan. Kikuk, kaku, malu, malu-maluin dan gak jelas. Syukur Mr. J orangnya rame dan mudah ngobrol dengan kedua orang tuaku.

“Mama….. Mama… baca ini bacaaaaaa!” teriakku dari kamar yang segera ingin lari ke ruang keluarga dengan semangatnya samapai tak terlihat si mama sudah di depan pintu kamar. “Apa si apa?” mama bingung melihatku yang bersikap aneh dari biasanya. “Malam ini De, ba’da isa ini? Serius? Ya gak ada persiapan apa-apa, beli kue lah sana!”  ekspresi mama yang lumayan panik dan gugup waktu tahu si anak gadis satu-satunya bakal diapelin pada malam Sabtu, alias Jumat, 10 November  2017. (kapan-kapan buat cerpen masa pendekatan deh :) ha hahha)

Pertemuan keluarga pun terjadi, sampai pada Jumat, 19 Januari 2018 malam lamaran pun terjadi. Pertemuan singkat yang sangat kusyukuri, hadiah terindah dari Tuhan setelah penderitaan yang kujalani lebih dari satu tahun menunggu yang tak pasti. Pada Sabtu 24, Februari 2018 Tuhan perjelas jodohku dan mengubah status gadisku telah menjadi istri. Bagaimana harus mengungkapkan rasa syukur ini, rasanya terlalu indah jika hanya kubalas dengan rasa syukur. Semoga ini adalah perjalanan hidup yang Tuhan Ridhoi untukku.



Hei friends… cukup ya cerpennya hari iniii… tQ…