`Dearrr.....
Akhirnya
hari yang kutunggu datang juga. Sabtu, 22 Nopember 2014. Yups... hari
perpisahan antara Mahasiswa/i PPL UIR dengan keluarga besar SMK Muhammadiyah 2
Pekanbaru. Hari yang membuat aku meneteskan airmata.
Sebenarnya
aku seneng banget, karena bisa menyelesaikan PPL tanpa rintangan yang berarti. Tapi
tetap saja airmataku berlinang saat Bapak Paiman menyampaikan kata-kata
perpisahan. Perlahan diam-diam kusapu air mataku, aku kembali tersenyum
teringat Bu Neli yang menciumpipiku sebelum pergi ke SMK N 2 Pekanbaru. Kulihat
sekelilingku, ada Nur Saidah dan Semrayanti yang Pamongnya gak bisa hadir karena
ada urusan sekolah di SMK N 2 Pekanbaru sama seperti aku.
Mengapa
aku menangis, ini bukan akhir dari segalanya. Jujur sejak dulu aku paling benci
sama yang namanya PERPISAHAN tapi aku
takut menyatakanya karena aku berfikir membenci PERPISAHAN sama dengan
menyesali PERTEMUAN. Saat itu juga ingin kupeluk Bu Neli Puspawati, S.Pd.,
yah... beliau pamong aku. Seorang guru Bahasa Indonesia di SMK Muhammadiyah 2
yang memenuhi impianku. Impian mempunyai saudara perempuan sekaligus kakak. Maklum,
aku gak punya kakak atau adik perempuan.
Memang
tidak banyak yang dapat aku lakukan bersama beliau selama PPL. Hemmm tapi aku merasa kami memiliki hubungan yang
baik sebagai guru pamong dan mahasiswa, sebagai sahabat sekaligus kakak dan
adik. Hari ini, kemungkinan besar kami akan jarang bertemu. Tapi aku punya
keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan beliau.
Kembali
pada cerita perpisahan. Awalnya aku merasa sangat sedih atas ketidakhadiran
pamongku. Aku tidak dapat foto bersama dengan beliau. Tidak seperti
teman-temanku yang lain. Aku berkecil hati, dan kurang semangat.
Bip bip....
hanpone bergetar “Asalamualaikaum
Siti, di mana Dek? Ibu udah di sekolah, di ruang Majelis Guru.” SMS
dari pamongku. Bergegas aku berdiri, aku berlari kecil menemui beliau di Majelis
Guru. Seperti biasa, beliau masih sibuk dengan pekerjaanya. “Hmmm, Ibu
menyempatkan diri bertemu denganku di tengah-tengah kesibukannya. Beliau menghapus
sedihku hari ini” Hanya gumamku dalam hati. Terimakasih Tuhan, telah Engkau pertemukan
aku dengan beliau.
Beberapa
saat aku menunggu beliau menyelesaikan tugasnya, aku berhayal. Aku ingin
menjadi guru seperti beliau. Beliau menghampiri dan membuyarkan khayalanku. Kami
berbincang-bincang, bercanda, curhat masalah PPL bahkan samapi masalah pribadi.
Aku tuangkan semuanya, aku tertawa lepas bersama beliau, “ Ha ha ha ha.....”
Tanpa
ku sadari temanku satu-persatu pulang. Datanglah Nur Saidah mengantar tas yang
ku tinggalkan di UKS. Kembali dia menyatakan aku dan pamongku mirip. Sbelum Saidah
pergi, aku minta padanya untuk memoto aku dan pamongku. Tiga kali jepret kami
berpose. “ He he he, makasih Saidah....” Sedang asik bercanda ada seorang guru
yang kembali menegaskan kalo aku mirip dengan pamongku, dari tinggi, kompak,
bahkan cara ketawa.
Cerita
dan bercanda masih berlanjut, sampai pada pukul 14.15 WIB, aku menawarkan diri
untuk pulang bersama pamongku. Kembali kami tertawa melihat kesadaranku yang
baru datang. “Bu, kunci motornya gak ada, ha ha ha... lupa letaknya di mana...”
ku buka tas, ku keluarkan semua isinya. “Jangan
bilang tinggal di UKS, ha ha ha ha...” canda beliau. “Iya Bu, lupa letak, mentang-mentang hari perpisahan
semuanya dilupakan, eit.... kayaknya di meja piket Bu.”
Bergegas
aku dan beliau menuju meja piket. Ku cari kunci motor dalam lipatan jaket yang
kutinggal di meja piket. “Gak ada Bu...” ku lihat lemari kaca di sebelah kiri
meja piket. “Ha ha ha haha, itu dia Bu...., kayak mana nak ngambil Bu?” Bu neli
bertanya pada pak Yanto yang sedang bercanda dengan siswa di sebelah meja piket
dan pada bapak yang jaga Bisnis Center (BC). “Pak, kunci lemari ni siapa yang
megang ya?” tak mendapat jawaban Bu Neli menelfon Pak Eko. Bu neli bilang ke
beliau kalau mau cari cara membuka lemari tu.
Kami tertawa
lagi bersamaan... “HA ha ha ha haha.....” alhasil karena lemari tu mudah di
buka ku masukan kepala sleting tas yang ku pakai. “Ya, De... bentar lagi...
sikit lagi...” beliau memberi semangat. Sulitnya kurasakan, kulihat besi yang
menjadi gantungan pada BFF di tas aku. Yups... bener banget, besi itulah yang
ku gunakan untuk membuka lemari. “ Ha ha ha ha ha, kesan hari terakhir yang
lucu.”
Sambil
tertawa kecil aku bersama pamongku meninggalkan sekolah melewati jalan Paus,
karena pamongku gak pakai helem, biasa takut ketangkap polisi kalo lewat Jalan
Sudirman. Sepanjang jalan kenangan kami masih bercerita seakan-akan tak pernah
habis bahan cerita saat itu. Kami mutar-mutar, aku jadi tau Jalan rambutan dan
daerah Auri. Khik khik khik.... di tengah perjalanan pamongku bilang mau
nlaktir aku. Yupsss... bener banget plen, kami makan bareng di Warung Bakso Wisata
di Jalan Rambutan.
Lagi dan
lagi kami tertawa layaknya seorang kakak dan adik. Kami pesan Mie Ayam, aku
suka ayam beliau gak suka ayam, aku gak suka sawi beliau suka sawi, yups bener
lagi plen... kami tukaran isi mangkuk... “Ha ha ha ha ha...” kami saling tatap
muka. Semua daging ayam yang ada di mangkuk beliau pindah ke magkokku, begitu
juga dengan sayur sawi yang ada di mangkokku pindah ke mangkok beliau. Huah,
penuh banget isi mangkokku, ayamnya banyak banget sampai tak termakan. Sambil menikmati
makan mie ayam kami masih terus bergurau dan cerita.
Beliau
bercerita apa yang beliau suka dan apa yang beliau tidak suka. Tentu demikian
juga dengan aku. Aku gak sanggup ngabisin mie ayam sebanyak itu “Bu, ngapa tadi
gak pesan setengah aja ya Bu?” “Ha ha ha..... kalo gak abis jangan dipaksa Dek.”
Jawab beliau.
Setelah
itu, kamu melanjutkan perjalanan. Ingin rasanya
mengantar beliau sampai ke Teratak Buluh, emmm sepertinya beliau masih segan
sama aku, aku juga segan memaksakan kehendak mengantar beliau. Yups... kapi
berpisah di dekat Gg. Ketapang Marpoyan, kami bersalaman dan ku cium punggung
tanganya. Beliau melambaikan tangan padaku sebelum menaiki oplet. Beberapa orang
yang ada di dekat oplet melihatku, aku hampir meneteskan air mata, aku gak
sanggup liat beliau pergi duluan jadi sebelum oplet itu jalan aku udah
mengemudikan motorku. Aku yakin ini bukan perpisahan, tapi awal dari
semuanya, yah hanya kata itu yang mampu
menghiburku dan membuatku tak membeci PERPISAHAN.
Bu Neli,
terimakasih banget buat semuanya, aku sayang Bu Neli, semoga ibu semakin
sukses. Aamiin.