Sabtu, 17 Mei 2014

04022014

aq bnr-bnr khlngn peri kecilku, aq g tw mo curhat ma siapa. dia dh g mau dngrn aq, yg ad dia slalu marahin aq. dia dh g mau ksih solusi k aq, yg ad dia selalu nyalahin aq. aq selalu berusaha untuk sempurna, tapi yg ad malah kacau dan membuatny emosi. aq memang salah, tapi seharusny nasehat yg ku dpt, bukan cacian dan hinaan. mf aq update perasaan pada fb, karena aku tw kamu dh g mau dngr curhatku.

Aku

Jujurku bukan untuk mempermudahmu menyakitiku pahamilah, semua tak kan lama untukmu mengakhiri ini percayalah, kerapuhanku tak pernah bertahan lama maka, jangan terlalu lama menopangku aku bukan sesuatu yang pantas untuk diperhatikan hanya satu dalam hidupmu Tuhanmu orang tuamu segalanya jangan aku. x-(

Cocok Gak?

Kita bagaikan sepasang sepatu selalu bersama namun tak bisa bersatu Merasa senang saat dipakai berlari kencang Tapi aku takut kamu kelelahan Tak masalah bagiku tesiram hujan Tapi aku takut kamu kedinginan. Ternyata cinta itu banyak bentuknya dan tak selalu bisa bersatu.

Kamis, 15 Mei 2014

Juni 2007

Malam minggu ini Bintang yang berpijar seakan meredup dan meninggi menjauhi bumi, Gemuruh angin terdengar menderu...... butir-butir air mulai berjatuhan menapak di bumi. Tangis lirih terdengar dari kamar seorang gadis ABG yang duduk di bangku kelas 2 SMP, makin lama tangisnya semakin menjadi. Malam semakin larut tetap saja gadis itu menangis hingga  kokok ayam  menjemput pagi.
Sisi adalah Gadis yang teguh pendirian tak mudah  terpengaruh oleh siapapun, namun ketika cinta tumbuh didalam hatinya Sisi lemah dan tak bisa berbuat apa-apa, Sisi hanya bisa menangis ketika cinta yang dimilikinya diambil oleh sahabat karibnya Lala. Entah cinta apa yang merasuk dalam diri Sisi, apa benar cinta itu buta? Sisi juga tak tau tentang cinta, tapi yang jelas baru pertama kali Sisi merasakan semua ini. Dulu Sisi pernah menyukai cowok sebayanya tapi Sisi tak pernah ingin memiliki cowok itu, beda dengan sekarang Sisi merasa tak berdaya karna rasa itu, Sisi menjadi benci pada sahabatnya, apa lagi ketika Sisi tau kalau sahabatnya menghianati persahabatan mereka.
 Lala berteman dengan Sisi karena dia ingin memanfaatkan Sisi untuk mendekatkan lala pada Iher. Aku mendesis kesal seusai mendengar percakapan Lala dengan kedua temanya Sara dan Lauria. “loe kan dah dapetin Iher, kenapa loe masih dekat ma Sisi?”
“butuh waktu guys wt menjauh dari Sisi bodoh, biar gakh ketauan kalo gua Cuma memanfaatkan dia.. ha ha ha...”
Sejenak Sisi merenung dan menjauh dari mereka, Sisi menyesal telah mengorbankan rasa cinta pada Iher hanya demi sahabat yang berkhianat.
 Dua minggu setelah kejadian itu, aku menjauhi lala dan tak pernah mau bicara padanya. Aku berjanji untuk tidak mengganggu hubungan mereka, tapi aku mengingkari janji itu karena Iher menyatakan perasaanya padaku. Ia tiak ingin komunikasi antara dirinya denganku terputus, pendirian dan janjiku rapuh dan akhirnya tetap berkomunikasi dengan Iher tanpa sepengetahuan Lala. Dua bulan sudah Iher berpacaran dengan sahabatku. Malam ini ada acara Vestival musik di lapangan sepak bola, aku pergi dengan kakakku, Asih untuk melihat aksi anak band yang kami  idolakan. Tidak sengaja di sana aku bertemu Iher bersama teman-temanya.
“Hei Si!” ...sapa Iher.
“He..iii ge mana kabar hubungan loe ma Lala baek kan?” tanya Sisi,
“Yah baik kogh, loe ndiri gi mana ma cowok loe?” Iher balik tanya,
“Hah.. maksud loe? Gua gak ngerti!!!!” Pufthh percakapan mereka terhenti ketika hanpone Iher berdering,
 “Gua angkat telfon dulu ya Si...” “Key...” dengus Sisi,,,
Iher balik kehadapanku lagi, ingin rasanya aku melengos pergi dari hadapan Iher, tapi apa boleh buat kakak gak mau beranjak karena merasa senang bercengkerama dengan teman-teman Iher. Gak lama hanpone Iher berdering Lagi, Iher mengulang perkataanya yang tadi
 “Gua angkat telepon dulu ya Si..”
“Hem ea lah.....” jawabku.
Tak lama Iher balik kehadapanku lagi. Aku mulai cuek dan males melihat Iher,,, disaat aku ingin menanyakan sesuatu pada Iher tapi lebih dulu hanpone Iher berdering lagi,,, sekarang Iher tak beranjak dari hadapanku, suara diseberang sana sedikit terdengar
“Her loe bisa jemput gua kan di rumah?”
“Aduh sorry motor gua ge dibawa abang gua, sorry banged ya....”
hanpone di matikan dari seberang yang menandakan kemarahan.

Sesaat aku dan Iher terdiam, kemudian aku membuka mulut agar suasana tak sunyi,
“yuk kita kedepan acaranya dah mulai tuh...!!!”
Kakakku pun mengikuti, tiba-tiba Iher mencegah langkah kami, padahal sengaja dipercepat
“Yuk naik, ama gua ajah dari pada jalan...” aku menolak tapi kakak lagi-lagi seperti dipihak Iher. Sejam mereka berada tepat didepan panggung, hanpone Iher menjerit lagi.. tut.. terdengar Iher mengankat telponya,
“Her loe di mana gua di depan panggung nih!”
“Gua juga didepan panggung kok!” jawabnya,
“Gua lambaiin tangan gua ya, loe samperin gua d sini, gua sama Igung.” suara dari hanpone
“Okey, gua tepat di depan loe....”
aku melihat kebelakang, dan ternyata sahabat yang  kubenci....
“Samperin ajah sana, gua gak mau di anggap pagar makan tanaman!” gumamku.
Lama a a a a ... banget rasanya Iher ada di deket Lala, teriris rasa hatiku melihat Lala melingkarkan tanganya di perut Iher,, “oh my Good, ingin rasanya gua teriak dan mengakhiri hidup ini...” desiskui untung ajah gak ada yang denger... gak lama Lala harus balik karena maminya nelpon...
“Si gua pulang ya,, titip Iher!” teriaknya
“Yuph, sono pergi”  teriakku dalam Hati...
Lala pergi dan Iher balik ke sampingku dengan tangan menggaruk-garuk kepala yang ditutup topi hitam, kayaknya sih gak gatel dech.....
“Her gua balik duluan yah, dah malem.” sisi bicara,,,
“Oke, gua anter ya!”
“Oh gak perlu, gua ma kakak gua kok..”
“Udah lah dek, biar cepet nyampe rumah, lagian rumah adek kan jauh.” sela kakakku. Oh my Good, kenapa sih gua harus punya kakak sepupu kaya loe dengusku di telinga kakaknya. Ternya Iher tidak langsung mengantarku pulang, malah berhenti di depan warung Mie Ayam buat makan mie ayam, aku sedikit senang sih bisa jalan ma Iher. Iher adalah cowok pertama yang nraktir aku makan mie ayam.

Seminggu sesudah acara vestival itu, Iher sering SMS aku
“Hei cantik, lagi ngapain tuh?”
“Hem,,,, lagi Novi ajah nech, np ada yag bisa gua bantu?”
“Cantik, jangan keseringan nonton Tv loch, nantik jerawatnya timbul, he he he...”
Aku tak membalas SmS lagi karena merasa menghianati sahabatnya. Tapi juga merasa membohongi perasaanya sendiri kalau mengiginkan Iher. Ternyata Iher menunggu balasan SMS dari ku.
Tring, tring tring... hp Iher berdering tanda pesan masuk
“Sortel, tadi gua ketiduran.... y udh tdr gih! Dh l3m 5ok kesi4ngan loh... loe kan harus bangun pgi” selamat tidur dan mimpi indah, your friend Sisi.”
Iher terus memandang layar hp_nya dan tersenyum, “Suatu saat loe jadi milik gua Si, karena gua gak bisa bohong kalo gua lebih sayang ma loe” desis Heri sambil meletakan hp_nya didada.

Malam minggu datang lagi, aku terkejut membuka SMS dari sahabatku
Si... tolong dunk biL4ng k3 aYang gu4, l0w Gu4 p3ngen j4lan m4 dy.......”
Cesssssssssssssss............... air mata Sisi turun mengalir membasahi pipinya,,,,
“Kenapa gak lo3 Sm5 dy? L03 ad hp, dy ad Hp... k3nap4 haru5 Gua....????” balas Sisi
“Mail book mulU 5i, gu4 teLfon dy...............”
“OKB, ap4 5ih yG gK wt LO3 sob?....” druak... hanpone sisi lempar entah kemana.
Aku merasa sangat bodoh karena menuruti perintahnya. Tentunya Iher pergi kerumah Lala. Tak lama kemudian hujan turun menemaniku menangis dikamar...
Dear dairy...
        Malem ini, gua ngerasa bodoh banget, gua relakan dia pergi kerumah cewe lain, padahal gua gakh mau seperti ini....
Ya Allah... dengerin rintihan Gua..............

Kilat menyambar, menggambarkan kemarahan pada diriku sendiri, petir menggelegar.....  aku cemas akan sesuatu yang terjadi pada Iher dimalam hujan seperti ini.
               ***Genap tiga bulan usia hubungan Iher dengan sahabatku. Aku merasa kehilangan harapan yang slama ini aku impikan. Malam ini ada acara di lapangan sepak bola di desaku, aku tak berharap akan terulang seperti malam vestival yang lalu. Hari ini aku bertemu dengan teman kecilku, Sugi namanya. Sugi tiba-tiba memanggilku, menanyakan kabar, mengajak ngobrol seputar sekolah dan banyak yang lain.
               Sugi teman kecilku sudah berubah, Ia tak sebandel dulu dan tumbuh menjadi remaja putra yang gagah. “Bi, yuk ke lapangan!” teriak Sugi pada bibinya. Sugi dan bibinya mengajakku, ah... rasanya malas sekali. Entah apa yang membuat aku mengikuti langkah mereka. Sosok idaman yang aku impikan muncul jauh di hadapan mataku. Ya, Iher siapa lagi cowok yang menari dalam fikiranku selama ini kalau bukan dia.
               Tak ada yang tahu kecuali Tuhan saat itu, aku tersenyum berharap panah cinta berpihak padaku. Tidak banyak yang aku inginkan, aku hanya ingin melepas rinduku untuk dia. Langkahku semakin gontai karena debar jantungku yang semakin kuat, oh Tuhan manis sekali dia. Kemeja putih berlengan panjang yang ia pakai dan sisiran rambut spig yang rapi menambah manis dan gagah penampilan Iher.
               Sesuai dengan harapanku, Iher mendekatiku dan mengajakku duduk di belakangnya. Dia membawaku ke tengah lapangan dengan motor yang ia kendalikan. Wangi sekali dia malam ini, pasti dia akan bertemu sahabatku. Semua benar-benar terlulang seperti malam vestival yag lalu. Benar-benar terulang, hanpone Iher menjerit meminta pertolongan untuk ditekan tombolnya. Oh Tuhan mungkin ini memang terbaik untukku.
“Si, Lala mintak gua jemput dia. Malas banget gua, gua kangen lo Si, pengen berdua ama loe kayak dulu!” Iher memberi tahu apa yang ia rasakan padaku.
“Pergilah, Dia pacar loe bukan gua. Dia berhak ketemu dan loe jemput.”
Aku berusaha untuk tetap tegar.  Hanpone aku juga ikut menjerit, bahkan menangis. Sebenarnya sudah sejak lepas Mahgrib, tapi terlalu takut bagiku untuk menolongnya. Perlahan aku mulai menolong hanponeku, ya benar ketakutanku terwujud.
“Si, jemput gua donk! Ada acara di sono kan?” siapa lagi kalo bukan sahabat gua yang sms.
        Desiran darahku semakin bergerak cepat, rasanya ingin kuhentikan waktu agar Iher tak melihatku risau atas SMS yang ku baca.
 “Loe kenapa Si?”
“Sahabat, sahabat gua butuh loe.”
“Maksud loe Si? Gua pergi jemput dia? Lo gak ngerti perasaan gua Si!”
“Lo harus jemput dia, jangan buat dia kecewa. Dia sahabat gua.”
Aku berusaha tak menatap mata Iher. Semuanya membuat aku rapuh dan benar-benar kehilangan keseimbangan. Iher terimakasih, aku bahagia bisa berdua denganmu malam ini walau hanya sejenak.
               Aku tak mengerti jalan fikiran Iher, dia memintaku turut serta menjemput sahabatku. Aku benar-benar tak berdaya jika harus melihat mereka di depan mataku. Kebencianku tumbuh, semakin benci ketika aku membaca SMS dari sahabatku
 “Si, lagi ngapain? Bisa temenin Iher jemput gua gak? Gua pasti gak boleh pergi kalo dijemput cowok.” Oh My God, tak kusangka.
Aku merelakan tubuhku pergi menjemput sahabatku bersama Iher. Dingin yang kurasakan membuat aku tak kuasa bertahan dalam laju motor yang Iher kendalikan.
“Iher, tolong kurangi kecepatannya.”
“Kenapa Si? Loe sakit? Kita balik aja ya.”
“Oh, gak Usah. Bentar lagi kita sampai, tenang aja gua baik banget kok.”
“Loe yakin Si? Maafin gua Si.”
Entah apa yang ada dalam fikiran Iher, sampai ia tak fokus mengendalikan stang motor yang kami tunggangi. Kami terperosok pada kubangan lumpur di tengah jalan menuju rumah Laily. Tak ada kata-kata yang terlontar dari mulutku apalagi mulut Iher. Iher hanya melihat kaki kananku yang berlumur lumpur tanpa melihat kakinya yang lebih kotor karena lumpur. Iher berusaha membersihkan kakiku dari lumuran lumpur. Sejenak aku diam, tapi akhirnya kutolak kebaikanya.
               Sesampainya di halaman rumah sahabatku, kuhirup udara dalam-dalam lalu ku hembuskan dengan cepat. Tak ku temui sosok sahabatku, hanya maminya yang menghampiri dan menanyakan kabar. Ia melihat Iher, namun tanpa komentar, aku tak tau apa yang beliau fikirkan. Segera kutanyakan dimana sahabatku. Maminya bilang sahabatku pergi kerumah Lauria. Segera kujemput sahabatku, tapi kata ibu lauria, lauria pergi dengan pacarnya tidak bersama sahabatku. Ternyata sahabatku sudah di samping Iher saat aku kembali ke rumahnya.
               Tak banyak bicara, aku meminta izin pada mami sahabatku. Beliau mengizinkan tapi tak boleh sampai larut malam. Sesuatu yang benar-benar mengganjal. Aku harus duduk di antara Iher dan sahabatku. Aku seolah menjadi penghalang di antara mereka dan aku benar-benar memang penghalang untuk mereka.
               Sesampainya di lapangan. Aku tak melihat satu temanku yang lain berjalan tanpa pasangan begitu juga dengan kakakku. Anda, sahabatku waktu SD ada di sana. Dia menemani aku, aku membiarkan iher menuruti kemauan Sahabatku berkeliling di lapangan. Aku hanya diam tanpa sepatah kata pun. Anda berusaha mengajakku berbicara. Aku mulai terbuka dan perlahan menceritakan perasaanku padanya. Entah apa yang membuat Iher berbalik arah menemuiku yang tengah asik curhat kepada Anda. Anda bergegas menyapa Iher dan sahabatku karena memang mereka saling mengenal.
               Malam semakin larut, sahabatku meminta Iher Mengantarnya. Awalnya ia tak menginginkan keberadaanku. Tapi Iher menyatakan merasa tak sopan jika ia harus mengantar sahabatku sendiri dengan alasan karena akulah yang meminta izin pada maminya. Aku bergegas menunggangi motor iher dan duduk di ujung jok motor memberi kesempatan sahabatku duduk memeluk pacarnya. Aku tak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin malam ini cepat berlalu.
‘Yah, selesai sudah tugasku malam ini sebagai mak comblang kalian. Kalian sudah lama pacaran tapi mengapa masih perlu mak comblang seperti gua? Loe gakbutuh gua lagi kan?”
entah apa yang membuat aku berani berkata seperti itu. aku benci peristiwa yang telah aku lalui. Aku ingin segera lelap dan mengganti memori malam ini dengan mimpi indahku.
                 Di perjalanan pulang, aku kembali menegur Iher untuk mengurangi kecepatanya. Iher malah Bercanda.
“Lambat aja lah, digin banget neh, kalo gua masuk angin ge mana coba?”
“Tenang Si, jangankan masuk angin, masuk anak gua tanggungjawab kok.”
Berhasil, ya dia berhasil buat aku tersenyum bahkan tertawa. Aku kira dia akan langsung mengantarku pulang, ternyata ia membawaku berkeliling lapangan sama seperti yang ia lakukan bersama sahabatku. Aku berjumpa lauria bersama pacarnya, teman-temanku juga kakak sepupuku. Tanpa memberi aba-aba hujan turun, membuat semua orang berlari mencari tempat berteduh. Berbeda bengan Iher, ia mengantarku pulang.
               Terimakasih, terimakasih Tuhan. Iher mengantarku tak sampai ke halaman rumahku, ia hanya mengantarku sampai di depan kedai nenekku. Saat aku hendak melangkah meninggalkanya kilat langsung menerangi gelapnya malam. Aku takut sangat takut, tanpa sadar aku kembali duduk dan memeluk tubuh sosok yang selama ini aku rindukan.
“Tenang Si, ada gua di sini.”
“Mmmm maaf, gue takut liat kilat apalagi dengar petir.”
“Ia Si, gua ngerti.”
Aku merasa semua sudah cukup baik untuk membiarkanku melangkah meninggalkan Iher. Tuhan, beri aku kekuatan agar tak rapuh dan luluh dari dekapanya. Iher mendaratkan bibir lembutnya di atas bibirku dan mengecapnya. Untuk yang pertama, aku merasakan ciuman lembut seorang lelaki idamanku. Ku tahan airmataku agar tak berlari dan turun dari kelopak mataku dihadapanya. Inikah yang terbaik untukku?. Akan ku jaga cinta ini, terimakasih Tuhan.
               Aku jahat tapi aku tak peduli, aku penghianat tapi aku harap dia mengerti sakit yang aku rasa atas penghianatan yang dia dan teman-temanya lakukan padaku. Yang jelas Mulai hari ini, Jumat 01 juni 2007 Iher dan aku resmi berpacaran sampai saat ini.