Sinar keemasan mentari pagi yang
membangunkan ayam jantan selalu saja dating tepat waktu. Aku siswi disalah satu
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Riau yang terkenal
dengan sumberdaya alamnya yang besar. Setiap pagi aku harus bangun saat mendengar
kokok ayam jantan milik tetangga. Yah, ayam itu adalah alaram alami bagiku,
setiap pukul 05:00 pagi pasti selalu bernyanyi dengan lantang.
Berbeda dengan har-hari yang
telah lalu, aku mulai jarang bangun pagi dan hampir selalu meninggalkan salat
subuh karena kelelahan. Yah.. banyak aktivitas yang harus aku lakukan di
sekolah sebagai ketua Organisasi Intera Sekolah (OSIS). Sebenarnya bukan alasan
bagiku untuk meninggalkan salat, karena dasarnya aku saja yang pemalas.
Suatu hari, aku mendapatkan
anggota baru. Yah, anggota baru, dia seorang laki-laki tampan yang baru saja
pindah di sekolahku. Sebenarnya aku sedikit khawatir dia akan merebut
jabatanku. Siapayang tidak khawatir coba, dia yang baru satu bulan pindah
sekolah langsung menduduki jabatan wakil OSIS. Yah memang karena dia cerdas dan
pemberani serta tanggap dalam segala hal. Aku yakin, sbenarnya dia lebih pantas
di posisi ketua, bukan wakil.
Sbenarnya aku tidak ingin ada
satu pun yang tahu kalau aku adalah salah satu pelayan di kafe yang semua
pegawainya adalah wanita. Tapi, dia mengetahui siapa aku karena membuntutiku
sepulang sekolah. Oh iya, maaf aku lupa tidak memperkenalkan siapa aku, Ayuzawa.
Yah namaku Ayuzawa Misaki, keturunan jepang yang tinggal di Indonesia. Usiaku
16 tahun, namun aku adalah wanita tangguh yang selalu ada untuk adikku, ibuku,
teman-temanku dan terutama untuk pekerjaanku.
Oh iya, aku pekerja paruh hari
yang selalu pulang pada malam hari. Nama kafe tempat aku kerja itu Kafe
Anda. Nama yang sesuai dengan para pekerjanya yang melayani dengan sepenuh
hati. Aku juga punya manajer yang sangat baik, Mira namanya. Kafe tempat aku
bekerja adalah kafe yang selalu berganti tema setiap minggunya. Kadang bertema
penyihir, maka pada saat tema itu aku dan semua pelayan berpenampilan sebagai
penyihir cantik yang melayani pelanggan dengan sihir kebahagiaan.
Kita kembali ke sekolah deh.
Orang yang aku takuti itu bernama Takumi Usui, yups kamu benar banget, dia juga
keturunan Jepang. Selama dalam jabatannya sebagai wakil OSIS, dia selalu ada di
sampingku. Aku kagum padanya, dia laki-laki yang menjadi idola bagi wanita yang
melihatnya. Rambutnya keren banget, warnanya pirang, cocok sama warna kulitnya
yang putih. Tapi, entah kenapa aku selalu merasa dia adalah laki-laki cabul. Ih
masa dia mencium Doni si sekretaris Osis, dia bilang kalau gak suka ama wanita.
Semenjak kehadirannya di
sekolah, semua ekstrakurikuler menjadi ramai. Yah terutama ekskul sepak bola
dan basket. Usui itu laki-laki yang dingin pada wanita, aku selalu memarahinya
dan menyalahkannya dalam segala hal untuk menutupi ketakutanku, aku panggil dia
Baka Usui yang artinya Usui bodoh. Hem,,, dia tidak keberatan, bahkan saat kami
berdua aku selalu memanggilnya Elien mesum. Hingga suatu hari kami berdua
berada dalam keadaan yang salah. “Baka usui, ngapain kamu dating kesini dalam
keadaan basah kuyup?” aku berteriak di ruang OSIS karena terkejut kehadirannya
mengalihkan konsentrasi Doniyang merasa malu karena pernah diciumnya.
Tanpa lama berfikir Doni mengulurkan tangan padanya “Usui, gunakan sapu
tanganku untuk mengeringkan wajahmu itu!” tanpa ada rasa malu padaku ia
mengambilnya. Datanglah dua orang siswa memakai kaos olahraga menceritakan
kejadian yang telah mereka alami. Ternyata Usui tidak bersalah, dia hanya membantu
orang lain menghidupkan keran dengan cara menendangnya karena kran itu terlalu
keras dibuka.
Seperti biasa, aku harus cepat
pulang dan bekerja. Semua mata tertuju pada sosok laki-laki yang baru memasuki
kafe tempatku bekerja. Mungkin hanya aku saja yang tidak merespon kehadirannya.
Aku terkejut sangat kepalang ketika harus menggantikan cef yang tidak hadir
hari ini karena sakit. “Misaki, maafkan saya ya, kamu harus lembur mala mini
dan mengerjakan semua tugas Lora!” menejerku selalu merasa tidak enak saat
harus meminta bantuanku, padahal aku merasa bahagia.
“Waahh, ada pekerja baru….”
Semua teman-temanku merasa bahagia karena kehadiran Usui sebagai pengganti Sef
di kafe. “Misaki, biar aku gantikan pekerjaan sef Lora!” aku berbalik dan
hampir menabrak tubuh jangkung Usui. “Hah… di sini tidak boleh ada pegawai
laki-laki, apa yang kamu lakukan di dapur?” teriakku pada Usui yang lagi-lagi
menjadi peneolongku setelah dia menolongku dari kecelakaan di taman sekolah.
“kalau begitu ayo kita coba kenikmatan masakkan mu Usui.” Menejerku menarik
lengan Usui dan menyerahkan beberapa bahan makanan. “Baka Usui….” Geramku
padanya.
Hari itu berlalu dengan
diterimanya Usui sebagai sef di kafe. Hari yang membuat aku merasa benci kepada
semua yang Usui kerjakan di hadapanku. Sampai di sekolah pun aku tetap tidak
peduli dengannya. Begitu seterusnya hampir satu minggu. Pada hari yang lain aku
sengaja cuti bekerja karena aku janji kepada ibu untuk membetulkan jendela
kamarku karena daun jendelanya hampir terlepas setelah tertimpa batang pohon
palam yang tumbang ke arah kamarku.
“Aku pulang……” saat aku memasuki
rumah dan langsung ngeloyor memasuki kamar. Aku terkejut, jendela kamarku sudah
selesai dibetulkan. Aku hampir berlari menuju ruang makan. Ku dengar sndau
gurau ibu, adikku, dan seorang laki-laki, “Apa mungkin itu pacar baru ibu?”
gerutuku. “Hah…. Baka Usui, apa yang kamu lakukan di rumahku, kamu selalu saja
membuntutiku!” aku berteriak di depan mereka yang membuat ibu terkejut dan
meminta maaf pada Usui. Aku langsung menarik Usui keluar dari rumah menuju
taman sekolah kanak-kanak tepat di depan rumahku.
“Apa maksud kamu ngikutin aku
terus, kamu belum puas membuat aku khawatir dengan keadaan aku sebagai pelayan
kafe di depan semua teman-teman sekolah? Kenapa kamu selalu ingin tau identitas
aku?” aku marah terus tanpa memberi Usui kesempatan untuk menjelaskan kejadian
yang sebenarnya. Ternyata Doni dan Irwan baru pulang dari sekolah, mungkin
karena aku meninggalkan mereka dengan pekerjaan yang banyak tadi. Sepertinya Doni
dan Irwan salah paham, pasti mereka salah paham.
Keesokan harinya aku baru tahu
dari adikku Oni, kalau Usui membantu ibu saat buah apel yang dibelinya jatuh
karena kresek yang bolong, lalu Usui membantu membetulkan jendela kamarku.
“Usui, kenapa harus kamu.” Di sekolah yang sedang sibuk karena akan diadakan clas meeting setelah
ujian semester, membuat aku harus cuti bekerja. Lagi-lai usui yang membuat
wanita satu sekolah heboh dan berteriak histeris karena kepandaiannya bermain
basket. Ternyata Usui laki-laki hebat yang bisa dalam segala hal. Namun terlalu
sulit bagiku untuk mengakui kehebatanya karena terlanjur tersimpan di otakku
bahwa Usui adalah elien mesum. clas s meeting selesai
dengan diakhiri pengambilan rapor oleh wali murid.
Liburan akhirnya datang, aku
memutuskan untuk berlibur bersama menejer dan teman-teman sesame pegamai kafe.
Akulah yang sangat bersemangat, yah karena aku akan ke Sumbar, provinsi yang
memiliki pantai. Aku lebih dulu sampai daripada teman-temanku. Aku memakai
setelan kaos oblong dengan jeans sepanjang lutut, yah memang berbeda dengan
teman-temanku yang feminim. Sampai di penginapan kami disambut oleh Orie kakak
sepupu menejerku yang juga memiliki kafe di tepi pantai. Kafenya lumayan besar
tapi saying sepi pengunjung.
Lora dan menejerku mengajak aku
berenang, yups aku tidak menolaknya. Aku segera memasuki kamar dan mengganti
baju. Aku terkejut kenapa ada Usui di teras kafe. “woi woi woi, apa yang kamu
lakukan di sini, tidak bosan kamu ikuti aku terus?” Usui melawan “aku diajak
menejer ke sini, katanya jadi pengawa!!l” “OOOO,,, baiklah aku pergi…” aku
berlari meninggalkan Usui dan langsung mencebur, berenang tanpa peduli siapa
pun. “Hah, pakaian renang sekolah?” Sayra melirikku yang sedang asik berenang,
“Yups, Misaki adalah wanita hebat yang selalu ingin menggunakan beasiswanya
dengan baik.” Gumam Liora. “Usui, maukah berenang denganku?” Lena mengajak
Usui, namun Usui melengos pergi danmelambaikan tangan. “oi oii, dia hanya
tertarik pada Misaki.” Gumam menegerku ke Lena, “Ia, betapa kecewanya dia,
karena kecuekkan Misaki.”
Sudah hampir dua jam aku
berenang, saat aku melihat kea rah pantai ternyata aku sudah terlalu jauh. Ku
lihat posisi kafe yag aku tinggali sangat jauh posisinya dari keramaian. Yah
akau berfikir mungkin itu penyebab kafenya terlalu sepi. Aku kembali berenang
menghampiri teman-teman. Meneger, Liora, Lena, dan Orie sedang merencanakan
sesuatu. “Jangan bilang kalian mau jadi pelayan di hari libur seperti ini.”
Celotehku. Ternyata dugaanku benar, mereka membantu Orie agar kafenya ramai.
Aku berjalan ke belakang kafe, di sana aku temui adik Orie yang sedang
membersihkan lantai kamarmandi. “Biar aku bantu.” Menawarkan diri berbuat baik
kepada Danu. “Wanita hanya boleh bermain di dapur, bukan di sini.” Celetusnya ke
padaku. Sepertinya Danu membenciku yang bergaya seperti laki-laki, sedangkan
dia selalu gemarberpakaian wanita menggunkan wig berwarna biru. Aku tahu dia
membenciku karena dia mengira aku pacar Usui.
Setelah satu jam membersihkan
lantai kamar mandi aku berjalan ke depan, ternyata menejerku dan teman-teman
bekerja sungguh-sungguh memberikan haraga Cuma-cuma untuk mencari pelanggan
yang akhirnya meramaikan kafe. Aku tidak tega melihat mereka yang kesibukkan,
aku mendekati Lena hendak meminjam celemk dan pakaian renang wanita. Aku
berlari mengganti bajuku dengan pakaian renang yang bagian punggungnya terbuka
dan bagian depannya tertutup oleh celemek. Saat aku sedang mengikat celemek
kebagian belakang…”Apa yang kau lakukan Misaki,,,???” “oi oi oi Elien mesum,
hampir saja…” “apa kamu mau keluar dengan dandanan seperti itu?” usui bertanya
dengan nada keras ”Apa masalahnya? Aku ingin membantu mereka, dan inilah
pakaian yang harus aku pakai, walau terbuka berbeda dengan pakaian di kafe
kita. Aku pergi dulu jangan tidur ja, bantu Danu!” aku melengos akan
meninggalkan Usui, tiba-tiba Usui menarikku dari belakang dan menutup mataku.
“Baka USUI, dasar mesum…” deruku marah “Silahkan kamu keluar kalau kamu tidak
malu memperlihatkan tanda ciuman di pinggang belakangmu pada semua orang.”
Lena terkejut melihatku bermuka
cemberut. Sepertinya bukan itu saja, Lena juga kaget melihatku. “Biarkan aku
berpakaian seperti ini, aku lebih nyaman.” Lena hanya diam menganggukkan kepala
melihatku memakai kaos dan jeans yang bercelemek berbeda dari mereka yang
memakai pakaian renang. “Usui,,,, semuanya gara-gara Usui.” Semua bekerja dengn
riang hingga waktu malam dating. “Aku punya tiket gratis ke pasar malam di
seberang hutan itu, yuk kita ke sana.” Orie menawari kami tiket gratis masuk
pasar malam. Aku ingin ikut, tapi tiba-tiba aku murung karena mereka ingin
mandi di pemandian air panas dan mengatakan ingin mandi bersama sambil buka
baju. “Usui, ini semua gara-gara tanda ciuman darimu.” Aku berlari menuju kamar
setelah kepergian merekka. “Aku tidak ikut karena ingin menjaga kafe dan
menemani Misaki.” Tiba-tiba usui di belakangku yang melihatku menangis. Saat
aku bangun dari baringku, tak sengaja kusentuh tiket bertumpuk di sebelah kaki.
Aku ingin bergegas pergi mengantar tiket itu namun tiba aku teringat cerita
adikku tentang pasar malam yang selalu ada hantunya. Aku bertekat.
Aku meninggalkan Usui. “Misaki,
kamu yakin akan pergi, tidak takut jalan sendiri menyebrangi hutan?” aku tak
peduli pada pertanyaan Usui. Telah sampai di tengah hutan seberang kafe, aku
merasa seperti kehilangan keberanian. Nafasku tersenggal-senggal, ku dengar
jejak kaki mengejarku, semakin lama-semakin mendekat. Tiba-tiba cahaya putih
mendekat dan terasa sekali pergelangan tanganku ditarik. Aku sangat taku dan
terkejut, aku diam tak bergerak. “Misaki, apa aku mengejutkanmu?” ahh ternyata
Usui. Tubuhku melemah dan tak berdaya hingga lunglai dan Usui menangkapnya.
Usui memelukku “Apa yang kamu lakukan Usui? Aku tersenggal-senggal. “maafkan
aku Misaki, aku tidak akan melepasmu sampai kamu tenang.” “Baka Usui!!” lirihku
sambil mengenggam erat pinggangnya untuk membantu menghilangkan rasa takut.
“Oi Oi oi…. Apa yag kalian
lakukan, mencari kesempatan pacaran di tengah hutan.” Danu melihat kami
berpelukkan, sementara Usui langsung bangun dan berjalan meninggalkan aku dan
Danu. “Aku gak pacaran..” seruku menjadi cewk judes lagi. “Sudahlah akui saja,
kalian tidak mau mengaku aku sudah tahu.” Dasar Danu, manusia jadi-jadian,
penampilannya membuatku tertawa dengan wig rambut blow yang dipakainya dan
dress pink selutut. Danu memang cowok cantik yang mencintai keindahan wanita
dibandingkan aku.
Kejadian semalam membuat Danu
menjauhiku karena ia cemburu. Orie melarang Danu memakai gaun wanita, namun
Danu tetap bersih kokoh. Orie memberi jaminan pada Danu boleh berpakaian wanita
kalau dia bisa menang dalam turnamen voli liburan pantai ini. Danu bingung akan
berpasangan dengan siapa, aku menawarkan diri untuk membantunya. Awalnya dia
menolak namun pada akhirnya dia setuju karena hanya aku yang mau berpasangan
dengan anak laki-laki berusia 14 tahun. Hadiah utama turnamen itu menjadi
pasangan raja dan ratu pantai semalam dengan pakaian renang terindah.
Aku dan Danu menang melawan 5
pasangan tim hingga masuk final. Ternyata lawanku dan Danu adalah pasangan yang
luar biasa. Yah pasangan super si Usui dan Lena. Pada set pertama kami kalah
pada set kedua kami juga kalah. Dan set terakhir membuat tenagaku terkuras. Aku
melihat Usui dengan kesal. Aku selalu memikirkan kenapa Usui menjadi lawanku,
mengapa dia yang selama ini ada di sisiku malah bersama Lena. “Kenapa sekarang
malah Usui jadi Musuh kuuuuu!!!!” aku keceplosan berteriak. Aku melihat Usui
terbelalak mendengarkan celetukku. “Jadi apakah ingin bersamaku” usui bergumam.
“Maaf aku hanya mengatakan apa yang ada dalam otakku.” Aku berbisik pada Danu.
Usui servis bola kearahku dengan
sangat keras, aku menangkisnya terlalu keras juga sehingga bola melambung ke
belakang dan tertiup angin. Danu tidak putus asa, ia mengejarnya sampai bola
kembali ke lapangan namun tepat berada di depan bangku wasit. Aku tidak
mengetahuinya “Aku akan mengejarnya Danu…” seruku. “MIsakiiiiii,,, awas…”
teriak Liora, aku terperanjat dan terus mundur tanpa bisa berhenti.
Gubrakkkkkkk, tubuhku menabrak sesuatu yang empuk namun suaranya seperti
menabrak besi kursi wasit. Ternyata Usui di belakangku. Kkrek krek krek
“auu aw awaw” suara ketakutan wasit yang kursinya terus bergoyang, kemudian
Usui memegang kursinya sampai tenang.
“Usui, apa yang kamu lakukan?”
aku menangis. Turnamen berakhir dengan Lena dan Usui sebagai pemenang. Malam
perayaan Ratu dan Raja pantai akhirnya dimulai. Aku mengikuti Usui yang menjauh
meninggalkan keramaian tanpa sepengetahuannya. Ia terkejut saat menoleh ada aku
di belakangnya. “Usui, terimakasih buat semuanya. Tapi kenapa kamu lakukan?”
aku berterimakasih namun marah karena seharusnya Danu menang bertaruhan dengan
Orie jika Usui tidak menjadi lawanku. “Maafkan aku Usui…” aku bergumam… “Tidak,
kalau aku tidak memaafkan, kamu mau apa?” aku langsung mendongak melihat wajah
Usui, yang memang lebih tinggi badannya dariku. “kamu yang salah Usui,
seharusnya Danu bisa mewujudkan impiannya!”, “Aku hanya gak mau Ayuzawaku
menjadi pajangan dan berfoto dengan laki-laki lain memakai pakaian renang yang
menampakkan kecantikanmu Ayuzawa Misaki. Aku tidak ikhlas.” Usui menatapku dan
benar-benar minta maaf. “Tapi aku gak peduli Usui, aku ingin membantu Danu.
Seharusnya kamu gak lakukan itu. Aku tidak apa-apa.” Aku menagkis pernyataan
Danu seolah tak mengerti, aku malu harus mengakui semuanya pada Usui. “Apakah
ini yang selalu dilakukan Ayuzawa ku saat tak bisa berbohong?” baiklah aku
mengerti. Usui akan meninggalkanku. Aku menarik tangan kirinya. “Aku memang ingin
bergandeng tangan denganmu Takumi, aku memang indin kamu selalu ada di sisiku
Takumi, aku ingin kamu Takumi Usui.” Aku menagis mengakui semuanya. Usui
berbalik dang berdiri tepat dihadapanku. Aku lemas sampai aku terduduk di atas
pasir putih.
Aku terus menangis. “Apa yang
kamu katakana ayuzawa, apa lagi yang ingin kamu tanyakan.” Usui memegang
tanganku. “kenapa kamu selalu mempermainkan aku, kamu selalu mesum di depanku.
Kamu yang membuat kau selalu merasa kehilangan saat kamu jauh. Kenapa harus
Takumi Usui yang membuat aku tertawa, menangis, dan marah, kenapa?” Usui
memegang kedua tanganku dengan erat. “Aku ingin selalu bersama Ayuzawaku.
Ketuaku yang tawanya selalu tiba-tiba membuatku bahagia.” Usui memandangku,
dengan dalam dan aku semakin erat memegang tangannya. Kembang api memancar ke
angkasa dengan indah saat Usui akan mendaratkan bibirnya di bibirku, membuatku
tersadar dari buaian debaran detak jantung yang segera menundukkan kepala agar
bibirnya tak jadi mendarat di bibirku. “Kembang api di penghujung pesta ratu
dan raja pantai, ayo kembali.” Usui menarikku dan mengenggam tanganku selama
menuju kafe.
“Hah, akhirnya dating juga
pasangan jutek itu.” Danu melihat dan mengomel melihat aku yang tak hadir pada
pesta itu. “Akulah yang pantas jadi Ratu Pantai.” Lagi-lagi aku tersenyum
melihat dandanan Danu yang seperti bidadari cantik. “Unuk akhir liburan, karena
kita harus pulang besok. Ayuk berfoto.” Menejerku menyuruh kami berbaris.
“dasar pasangan aneh.” Danu lagi-lagi berceloteh. “Kami gak pacaran danu.”
Cetus ku. “eitt timernya berapa ya?” Lena mengingatkan. Usui menarikku dari
atas, karena kami berpose di atas tangga pintu kafe, yang terjadi foto itu
seperti aku sedang berkelahi dengan Usui dan teman-teman karena muka mereka
masam melihat ke arahku yang menolak tarikan Usui.
Selesai.