Rabu, 15 April 2015

Baka Usui




Sinar keemasan mentari pagi yang membangunkan ayam jantan selalu saja dating tepat waktu. Aku siswi disalah satu  Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)  di Provinsi Riau yang terkenal dengan sumberdaya alamnya yang besar. Setiap pagi aku harus bangun saat mendengar kokok ayam jantan milik tetangga. Yah, ayam itu adalah alaram alami bagiku, setiap pukul 05:00 pagi pasti selalu bernyanyi dengan lantang.

Berbeda dengan har-hari yang telah lalu, aku mulai jarang bangun pagi dan hampir selalu meninggalkan salat subuh karena kelelahan. Yah.. banyak aktivitas yang harus aku lakukan di sekolah sebagai ketua Organisasi Intera Sekolah (OSIS). Sebenarnya bukan alasan bagiku untuk meninggalkan salat, karena dasarnya aku saja yang pemalas.

Suatu hari, aku mendapatkan anggota baru. Yah, anggota baru, dia seorang laki-laki tampan yang baru saja pindah di sekolahku. Sebenarnya aku sedikit khawatir dia akan merebut jabatanku. Siapayang tidak khawatir coba, dia yang baru satu bulan pindah sekolah langsung menduduki jabatan wakil OSIS. Yah memang karena dia cerdas dan pemberani serta tanggap dalam segala hal. Aku yakin, sbenarnya dia lebih pantas di posisi ketua, bukan wakil.

Sbenarnya aku tidak ingin ada satu pun yang tahu kalau aku adalah salah satu pelayan di kafe yang semua pegawainya adalah wanita. Tapi, dia mengetahui siapa aku karena membuntutiku sepulang sekolah. Oh iya, maaf aku lupa tidak memperkenalkan siapa aku,  Ayuzawa. Yah namaku Ayuzawa Misaki, keturunan jepang yang tinggal di Indonesia. Usiaku 16 tahun, namun aku adalah wanita tangguh yang selalu ada untuk adikku, ibuku, teman-temanku dan terutama untuk pekerjaanku.
Oh iya, aku pekerja paruh hari yang selalu pulang  pada malam hari. Nama kafe tempat aku kerja itu Kafe Anda. Nama yang sesuai dengan para pekerjanya yang melayani dengan sepenuh hati. Aku juga punya manajer yang sangat baik, Mira namanya. Kafe tempat aku bekerja adalah kafe yang selalu berganti tema setiap minggunya. Kadang bertema penyihir, maka pada saat tema itu aku dan semua pelayan berpenampilan sebagai penyihir cantik yang melayani pelanggan dengan sihir kebahagiaan.
Kita kembali ke sekolah deh. Orang yang aku takuti itu bernama Takumi Usui, yups kamu benar banget, dia juga keturunan Jepang. Selama dalam jabatannya sebagai wakil OSIS, dia selalu ada di sampingku. Aku kagum padanya, dia laki-laki yang menjadi idola bagi wanita yang melihatnya. Rambutnya keren banget, warnanya pirang, cocok sama warna kulitnya yang putih. Tapi, entah kenapa aku selalu merasa dia adalah laki-laki cabul. Ih masa dia mencium Doni si sekretaris Osis, dia bilang kalau gak suka ama wanita.

Semenjak kehadirannya di sekolah, semua ekstrakurikuler menjadi ramai. Yah terutama ekskul sepak bola dan basket. Usui itu laki-laki yang dingin pada wanita, aku selalu memarahinya dan menyalahkannya dalam segala hal untuk menutupi ketakutanku, aku panggil dia Baka Usui yang artinya Usui bodoh. Hem,,, dia tidak keberatan, bahkan saat kami berdua aku selalu memanggilnya Elien mesum. Hingga suatu hari kami berdua berada dalam keadaan yang salah. “Baka usui, ngapain kamu dating kesini dalam keadaan basah kuyup?” aku berteriak di ruang OSIS karena terkejut kehadirannya mengalihkan konsentrasi  Doniyang merasa malu karena pernah diciumnya. Tanpa lama berfikir Doni mengulurkan tangan padanya “Usui, gunakan sapu tanganku untuk mengeringkan wajahmu itu!” tanpa ada rasa malu padaku ia mengambilnya. Datanglah dua orang siswa memakai kaos olahraga menceritakan kejadian yang telah mereka alami. Ternyata Usui tidak bersalah, dia hanya membantu orang lain menghidupkan keran dengan cara menendangnya karena kran itu terlalu keras dibuka.

Seperti biasa, aku harus cepat pulang dan bekerja. Semua mata tertuju pada sosok laki-laki yang baru memasuki kafe tempatku bekerja. Mungkin hanya aku saja yang tidak merespon kehadirannya. Aku terkejut sangat kepalang ketika harus menggantikan cef yang tidak hadir hari ini karena sakit. “Misaki, maafkan saya ya, kamu harus lembur mala mini dan mengerjakan semua tugas Lora!” menejerku selalu merasa tidak enak saat harus meminta bantuanku, padahal aku merasa bahagia.

“Waahh, ada pekerja baru….” Semua teman-temanku merasa bahagia karena kehadiran Usui sebagai pengganti Sef di kafe. “Misaki, biar aku gantikan pekerjaan sef Lora!” aku berbalik dan hampir menabrak tubuh jangkung Usui. “Hah… di sini tidak boleh ada pegawai laki-laki, apa yang kamu lakukan di dapur?” teriakku pada Usui yang lagi-lagi menjadi peneolongku setelah dia menolongku dari kecelakaan di taman sekolah. “kalau begitu ayo kita coba kenikmatan masakkan mu Usui.” Menejerku menarik lengan Usui dan menyerahkan beberapa bahan makanan. “Baka Usui….” Geramku padanya.

Hari itu berlalu dengan diterimanya Usui sebagai sef di kafe. Hari yang membuat aku merasa benci kepada semua yang Usui kerjakan di hadapanku. Sampai di sekolah pun aku tetap tidak peduli dengannya. Begitu seterusnya hampir satu minggu. Pada hari yang lain aku sengaja cuti bekerja karena aku janji kepada ibu untuk membetulkan jendela kamarku karena daun jendelanya hampir terlepas setelah tertimpa batang pohon palam yang tumbang ke arah kamarku.

“Aku pulang……” saat aku memasuki rumah dan langsung ngeloyor memasuki kamar. Aku terkejut, jendela kamarku sudah selesai dibetulkan. Aku hampir berlari menuju ruang makan. Ku dengar sndau gurau ibu, adikku, dan seorang laki-laki, “Apa mungkin itu pacar baru ibu?” gerutuku. “Hah…. Baka Usui, apa yang kamu lakukan di rumahku, kamu selalu saja membuntutiku!” aku berteriak di depan mereka yang membuat ibu terkejut dan meminta maaf pada Usui. Aku langsung menarik Usui keluar dari rumah menuju taman sekolah kanak-kanak tepat di depan rumahku.

“Apa maksud kamu ngikutin aku terus, kamu belum puas membuat aku khawatir dengan keadaan aku sebagai pelayan kafe di depan semua teman-teman sekolah? Kenapa kamu selalu ingin tau identitas aku?” aku marah terus tanpa memberi Usui kesempatan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Ternyata Doni dan Irwan baru pulang dari sekolah, mungkin karena aku meninggalkan mereka dengan pekerjaan yang banyak tadi. Sepertinya Doni dan Irwan salah paham, pasti mereka salah paham.

Keesokan harinya aku baru tahu dari adikku Oni, kalau Usui membantu ibu saat buah apel yang dibelinya jatuh karena kresek yang bolong, lalu Usui membantu membetulkan jendela kamarku. “Usui, kenapa harus kamu.” Di sekolah yang sedang sibuk karena akan diadakan clas meeting setelah ujian semester, membuat aku harus cuti bekerja. Lagi-lai usui yang membuat wanita satu sekolah heboh dan berteriak histeris karena kepandaiannya bermain basket. Ternyata Usui laki-laki hebat yang bisa dalam segala hal. Namun terlalu sulit bagiku untuk mengakui kehebatanya karena terlanjur tersimpan di otakku bahwa Usui adalah elien mesum. clas s meeting selesai dengan diakhiri pengambilan rapor oleh wali murid.

Liburan akhirnya datang, aku memutuskan untuk berlibur bersama menejer dan teman-teman sesame pegamai kafe. Akulah yang sangat bersemangat, yah karena aku akan ke Sumbar, provinsi yang memiliki pantai. Aku lebih dulu sampai daripada teman-temanku. Aku memakai setelan kaos oblong dengan jeans sepanjang lutut, yah memang berbeda dengan teman-temanku yang feminim. Sampai di penginapan kami disambut oleh Orie kakak sepupu menejerku yang juga memiliki kafe di tepi pantai. Kafenya lumayan besar tapi saying sepi pengunjung.
Lora dan menejerku mengajak aku berenang, yups aku tidak menolaknya. Aku segera memasuki kamar dan mengganti baju. Aku terkejut kenapa ada Usui di teras kafe. “woi woi woi, apa yang kamu lakukan di sini, tidak bosan kamu ikuti aku terus?” Usui melawan “aku diajak menejer ke sini, katanya jadi pengawa!!l” “OOOO,,, baiklah aku pergi…” aku berlari meninggalkan Usui dan langsung mencebur, berenang tanpa peduli siapa pun. “Hah, pakaian renang sekolah?” Sayra melirikku yang sedang asik berenang, “Yups, Misaki adalah wanita hebat yang selalu ingin menggunakan beasiswanya dengan baik.” Gumam Liora. “Usui, maukah berenang denganku?” Lena mengajak Usui, namun Usui melengos pergi danmelambaikan tangan. “oi oii, dia hanya tertarik pada Misaki.” Gumam menegerku ke Lena, “Ia, betapa kecewanya dia, karena kecuekkan Misaki.”

Sudah hampir dua jam aku berenang, saat aku melihat kea rah pantai ternyata aku sudah terlalu jauh. Ku lihat posisi kafe yag aku tinggali sangat jauh posisinya dari keramaian. Yah akau berfikir mungkin itu penyebab kafenya terlalu sepi. Aku kembali berenang menghampiri teman-teman. Meneger, Liora, Lena, dan Orie sedang merencanakan sesuatu. “Jangan bilang kalian mau jadi pelayan di hari libur seperti ini.” Celotehku. Ternyata dugaanku benar, mereka membantu Orie agar kafenya ramai. Aku berjalan ke belakang kafe, di sana aku temui adik Orie yang sedang membersihkan lantai kamarmandi. “Biar aku bantu.” Menawarkan diri berbuat baik kepada Danu. “Wanita hanya boleh bermain di dapur, bukan di sini.” Celetusnya ke padaku. Sepertinya Danu membenciku yang bergaya seperti laki-laki, sedangkan dia selalu gemarberpakaian wanita menggunkan wig berwarna biru. Aku tahu dia membenciku karena dia mengira aku pacar Usui.

Setelah satu jam membersihkan lantai kamar mandi aku berjalan ke depan, ternyata menejerku dan teman-teman bekerja sungguh-sungguh memberikan haraga Cuma-cuma untuk mencari pelanggan yang akhirnya meramaikan kafe. Aku tidak tega melihat mereka yang kesibukkan, aku mendekati Lena hendak meminjam celemk dan pakaian renang wanita. Aku berlari mengganti bajuku dengan pakaian renang yang bagian punggungnya terbuka dan bagian depannya tertutup oleh celemek. Saat aku sedang mengikat celemek kebagian belakang…”Apa yang kau lakukan Misaki,,,???” “oi oi oi Elien mesum, hampir saja…” “apa kamu mau keluar dengan dandanan seperti itu?” usui bertanya dengan nada keras ”Apa masalahnya? Aku ingin membantu mereka, dan inilah pakaian yang harus aku pakai, walau terbuka berbeda dengan pakaian di kafe kita. Aku pergi dulu jangan tidur ja, bantu Danu!” aku melengos akan meninggalkan Usui, tiba-tiba Usui menarikku dari belakang dan menutup mataku. “Baka USUI, dasar mesum…” deruku marah “Silahkan kamu keluar kalau kamu tidak malu memperlihatkan tanda ciuman di pinggang belakangmu pada semua orang.”

Lena terkejut melihatku bermuka cemberut. Sepertinya bukan itu saja, Lena juga kaget melihatku. “Biarkan aku berpakaian seperti ini, aku lebih nyaman.” Lena hanya diam menganggukkan kepala melihatku memakai kaos dan jeans yang bercelemek berbeda dari mereka yang memakai pakaian renang. “Usui,,,, semuanya gara-gara Usui.” Semua bekerja dengn riang hingga waktu malam dating. “Aku punya tiket gratis ke pasar malam di seberang hutan itu, yuk kita ke sana.” Orie menawari kami tiket gratis masuk pasar malam. Aku ingin ikut, tapi tiba-tiba aku murung karena mereka ingin mandi di pemandian air panas dan mengatakan ingin mandi bersama sambil buka baju. “Usui, ini semua gara-gara tanda ciuman darimu.” Aku berlari menuju kamar setelah kepergian merekka. “Aku tidak ikut karena ingin menjaga kafe dan menemani Misaki.” Tiba-tiba usui di belakangku yang melihatku menangis. Saat aku bangun dari baringku, tak sengaja kusentuh tiket bertumpuk di sebelah kaki. Aku ingin bergegas pergi mengantar tiket itu namun tiba aku teringat cerita adikku tentang pasar malam yang selalu ada hantunya. Aku bertekat.

Aku meninggalkan Usui. “Misaki, kamu yakin akan pergi, tidak takut jalan sendiri menyebrangi hutan?” aku tak peduli pada pertanyaan Usui. Telah sampai di tengah hutan seberang kafe, aku merasa seperti kehilangan keberanian. Nafasku tersenggal-senggal, ku dengar jejak kaki mengejarku, semakin lama-semakin mendekat. Tiba-tiba cahaya putih mendekat dan terasa sekali pergelangan tanganku ditarik. Aku sangat taku dan terkejut, aku diam tak bergerak. “Misaki, apa aku mengejutkanmu?” ahh ternyata Usui. Tubuhku melemah dan tak berdaya hingga lunglai dan Usui menangkapnya. Usui memelukku “Apa yang kamu lakukan Usui? Aku tersenggal-senggal. “maafkan aku Misaki, aku tidak akan melepasmu sampai kamu tenang.” “Baka Usui!!” lirihku sambil mengenggam erat pinggangnya untuk membantu menghilangkan rasa takut.

“Oi Oi oi…. Apa yag kalian lakukan, mencari kesempatan pacaran di tengah hutan.” Danu melihat kami berpelukkan, sementara Usui langsung bangun dan berjalan meninggalkan aku dan Danu. “Aku gak pacaran..” seruku menjadi cewk judes lagi. “Sudahlah akui saja, kalian tidak mau mengaku aku sudah tahu.” Dasar Danu, manusia jadi-jadian, penampilannya membuatku tertawa dengan wig rambut blow yang dipakainya dan dress pink selutut. Danu memang cowok cantik yang mencintai keindahan wanita dibandingkan aku.

Kejadian semalam membuat Danu menjauhiku karena ia cemburu. Orie melarang Danu memakai gaun wanita, namun Danu tetap bersih kokoh. Orie memberi jaminan pada Danu boleh berpakaian wanita kalau dia bisa menang dalam turnamen voli liburan pantai ini. Danu bingung akan berpasangan dengan siapa, aku menawarkan diri untuk membantunya. Awalnya dia menolak namun pada akhirnya dia setuju karena hanya aku yang mau berpasangan dengan anak laki-laki berusia 14 tahun. Hadiah utama turnamen itu menjadi pasangan raja dan ratu pantai semalam dengan pakaian renang terindah.

Aku dan Danu menang melawan 5 pasangan tim hingga masuk final. Ternyata lawanku dan Danu adalah pasangan yang luar biasa. Yah pasangan super si Usui dan Lena. Pada set pertama kami kalah pada set kedua kami juga kalah. Dan set terakhir membuat tenagaku terkuras. Aku melihat Usui dengan kesal. Aku selalu memikirkan kenapa Usui menjadi lawanku, mengapa dia yang selama ini ada di sisiku malah bersama Lena. “Kenapa sekarang malah Usui jadi Musuh kuuuuu!!!!” aku keceplosan berteriak. Aku melihat Usui terbelalak mendengarkan celetukku. “Jadi apakah ingin bersamaku” usui bergumam. “Maaf aku hanya mengatakan apa yang ada dalam otakku.” Aku berbisik pada Danu.

Usui servis bola kearahku dengan sangat keras, aku menangkisnya terlalu keras juga sehingga bola melambung ke belakang dan tertiup angin. Danu tidak putus asa, ia mengejarnya sampai bola kembali ke lapangan namun tepat berada di depan bangku wasit. Aku tidak mengetahuinya “Aku akan mengejarnya Danu…” seruku. “MIsakiiiiii,,, awas…” teriak Liora, aku terperanjat dan terus mundur tanpa bisa berhenti. Gubrakkkkkkk, tubuhku menabrak sesuatu yang empuk namun suaranya seperti menabrak besi kursi wasit. Ternyata Usui di belakangku. Kkrek krek krek  “auu aw awaw” suara ketakutan wasit yang kursinya terus bergoyang, kemudian Usui memegang kursinya sampai tenang.

“Usui, apa yang kamu lakukan?” aku menangis. Turnamen berakhir dengan Lena dan Usui sebagai pemenang. Malam perayaan Ratu dan Raja pantai akhirnya dimulai. Aku mengikuti Usui yang menjauh meninggalkan keramaian tanpa sepengetahuannya. Ia terkejut saat menoleh ada aku di belakangnya. “Usui, terimakasih buat semuanya. Tapi kenapa kamu lakukan?” aku berterimakasih namun marah karena seharusnya Danu menang bertaruhan dengan Orie jika Usui tidak menjadi lawanku. “Maafkan aku Usui…” aku bergumam… “Tidak, kalau aku tidak memaafkan, kamu mau apa?” aku langsung mendongak melihat wajah Usui, yang memang lebih tinggi badannya dariku. “kamu yang salah Usui, seharusnya Danu bisa mewujudkan impiannya!”, “Aku hanya gak mau Ayuzawaku menjadi pajangan dan berfoto dengan laki-laki lain memakai pakaian renang yang menampakkan kecantikanmu Ayuzawa Misaki. Aku tidak ikhlas.” Usui menatapku dan benar-benar minta maaf. “Tapi aku gak peduli Usui, aku ingin membantu Danu. Seharusnya kamu gak lakukan itu. Aku tidak apa-apa.” Aku menagkis pernyataan Danu seolah tak mengerti, aku malu harus mengakui semuanya pada Usui. “Apakah ini yang selalu dilakukan Ayuzawa ku saat tak bisa berbohong?” baiklah aku mengerti. Usui akan meninggalkanku. Aku menarik tangan kirinya. “Aku memang ingin bergandeng tangan denganmu Takumi, aku memang indin kamu selalu ada di sisiku Takumi, aku ingin kamu Takumi Usui.” Aku menagis mengakui semuanya. Usui berbalik dang berdiri tepat dihadapanku. Aku lemas sampai aku terduduk di atas pasir putih.

Aku terus menangis. “Apa yang kamu katakana ayuzawa, apa lagi yang ingin kamu tanyakan.” Usui memegang tanganku. “kenapa kamu selalu mempermainkan aku, kamu selalu mesum di depanku. Kamu yang membuat kau selalu merasa kehilangan saat kamu jauh. Kenapa harus Takumi Usui yang membuat aku tertawa, menangis, dan marah, kenapa?” Usui memegang kedua tanganku dengan erat. “Aku ingin selalu bersama Ayuzawaku. Ketuaku yang tawanya selalu tiba-tiba membuatku bahagia.” Usui memandangku, dengan dalam dan aku semakin erat memegang tangannya. Kembang api memancar ke angkasa dengan indah saat Usui akan mendaratkan bibirnya di bibirku, membuatku tersadar dari buaian debaran detak jantung yang segera menundukkan kepala agar bibirnya tak jadi mendarat di bibirku. “Kembang api di penghujung pesta ratu dan raja pantai, ayo kembali.” Usui menarikku dan mengenggam tanganku selama menuju kafe.
“Hah, akhirnya dating juga pasangan jutek itu.” Danu melihat dan mengomel melihat aku yang tak hadir pada pesta itu. “Akulah yang pantas jadi Ratu Pantai.” Lagi-lagi aku tersenyum melihat dandanan Danu yang seperti bidadari cantik. “Unuk akhir liburan, karena kita harus pulang besok. Ayuk berfoto.” Menejerku menyuruh kami berbaris. “dasar pasangan aneh.” Danu lagi-lagi berceloteh. “Kami gak pacaran danu.” Cetus ku. “eitt timernya berapa ya?” Lena mengingatkan. Usui menarikku dari atas, karena kami berpose di atas tangga pintu kafe, yang terjadi foto itu seperti aku sedang berkelahi dengan Usui dan teman-teman karena muka mereka masam melihat ke arahku yang menolak tarikan Usui.
Selesai.

Selasa, 14 April 2015

Deodoran



Masih seperti malam yang lalu, aku belum tertidur. Lelahku hilang terobati selesainya pengumpulan data yang kulakukan. Yah, hari ini aku telah selesai mengumpulkan data untuk penelitianku sebagi tugas akhir. Atas ijin Tuhan tentunya. Segala puji bagi Mu Ilahi, aku berterimakasih dan bersyukur. Besok, aku akan memulai mengerjakannya, Tuhan ijinkan aku melakukannya, karena aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku.

Malam ini masih tetap sama seperti malam yang kemarin, tapi siang tadi sahabatku dating mengunjungiku dengan membawa kabar bahagia. Dia menunjukkan foto calon suaminya. Tuhan kabulkanlah keinginan dia untuk menikah, karena kalau tidak kepada-Mu aku meminta lalu kepada siapa? Aku bahagia mendengar ceritaya, dia sudah bisa move on dari masa lalu yang ia anggap gelap selama ini. Tam-tam, ya aku memanggilnya dengan panggilan itu. Semua itu ada sebabnya, Tam-tam itu selalu ceria, selalu cerewet kalau bersamaku, tapi kenapa kalau dengan yang lain dia diam ya? Entahlah aku juga kurang tahu.

Sedikit ada rasa yang tiba-tiba datang menyelinap dan menyesakkan dada setelah aku selesai mengumpulkan data, ya aku merindukan semerbak wangi deodoran dari ketek seseorang. Kikh kikh kikh,,,, aku rindu kehadirannya. Tuhan, bantu aku, lindungi dan jagalah dia di sana, sampaikan rinduku ini. Semoga dalam lelap tidurnya membuat ia semakin tenang, semoga dalam keterjagaannya ia akan selalu mencintai-Mu. Tuhan, jika engkau ijinkan, aku ingin Engkau hadirkan dia dalam indah mimpiku, walau hanya sejenak.

Plakkk! Tuhan, maafkan aku membunuh nyamuk ini yang sedari tadi menggangguku. Hemmmm… adakah cahaya yang mampu menerangiku untuk selamanya, aku takut kegelapan. Kegelapan yang hanya bisa diterangi cahaya cinta. Apakah salah jika aku menganggap dia sebagai penyinar hidup yang Engkau utus untukku setelah ibu dan ayahku? Aku merindukannya.

HERSI

Senin, 13 April 2015

Merahnya Merah



Percikan embun yang mendarat di hamparan rumput hijau membuat aroma yang segar. Hari ini aku habiskan waktuku untuk menyelesaikan tugasku sebagai mahasiswa semester akhir. Hampir tidak bisa menutup mataku sepanjang malam. Aku masih terisak sisa kesedihan yang mendalam. Aku teringat betapa besarnya perjuanganku melawan ke dua orang tuaku untuk kuliah di Universitas Islam Riau Pekanbaru, kampus madani yang telah membuat aku mengerti hidup tidak harus selamanya menang. Hem,,,  Bukannya aku ingin jadi anak durhaka, aku hanya ingin mengakui kekalahanku masuk perguruan tinggi negri. Saat itu aku yakin bisa belajar dengan baik tanpa harus di perguruan negri.
Malam ini, aku  tak bisa tidur lagi. Seperti biasa aku ingin menulis semua yang aku lewatkan hari ini. Aku tahu hari ini aku hanya duduk manis di depan leptop, makan tepat tiga kali. Tapi aku tetap ingin menulisnya, ternyata  buku harian yang aku miliki hampir penuh terisi, entah mengapa aku ingin membacanya mala mini. Lembar demi lembar kubaca, tiba-tiba aku tersenyum membaca celotehku di buku kecil ini. Kubaca dan terus kubaca, sampai aku temukan kertas kecil yang ku hekter pada salah satu lembar kertas buku ni. Di situ tertulis tanggal 10 Desember 2011. Kertas itu berisi seperti gambar batik karya tangan temanku. Dia baik, bahkan aku pernah mengiginkanya untuk ada di sisiku. Ups aku lupa, bukan hanya aku yang menginginkannya tapi semua teman di kelas ingin dekat dengan dia. 

Dalam buku harian ini, aku juga membaca kebahagiaan pada tanggal 15 Mei 2013. Pada tanggal itu tertulis aku pergi ke Alamayang bersama HIMA PBI untuk bermain ketoprak yang akan ditampilkan pada malam hari jadi kota Pekanbaru. Judul ketoprak itu “Suminten Edan”,  Suminten Edan diperankan oleh Mbak Iis senior aku di HIMA PBI, aku berperan sebagai gadis desa yang cantik dan anggun bernama Cempluk warsiah. Dalam ketoprak itu aku dijidohkan dengan putra mahkota bernama Subroto, aku lupa siapa nama asli beliau, yang jelas beliau adalah sosok orang tua yang penyayang, buktinya Beliau memperlakukan aku seperti anaknya sendiri walaupun dalam peran itu aku adalah istrinya. Aku jadi  ingin menceritakan sekenario yang harus aku hafal, tapi sebaiknya lain kali saja.
Aku minta maaf kepada semua yang berperan dalam ketoprak itu, sejujurnya aku mengikuti itu hanya untuk menghindari dan mencari kesenagan saja. Tapi aku sangat berterimakasih kepada semuanya, dalam acara itu aku menyadari bahwa aku tidak sendiri. Buat Ibu Karsinem yang aku panggil Bu’e , buat Mas Rahmat, Mas Tulus, Mas  Fatah, Mas Rival, Kak Kadir, Mas Sidik, Mbak Iis, Mbak Cintya, dan semua teman-teman HIMA yang gak bisa aku sebut satu per satu,  terimakasih telah mengisi hidupku dengan tawa dan canda. Aku ingin sekali menceritakan masa-masa kita latihan yang harus pemansan dulu, latihan yang penuh tawa karena aku harus lari-lari dan benar-bear menangis samapai menahan rasa ingin buang air kecil karena takut pada penjahat, padahal itu malam hari, namun tetap bersemangat denag memakan semangkuk miayam atau sepotong ubi goring sebelum mengakhiri latihan.
Ternyata aku ingin melampirkan teks sekenario ketoprak  Suminten Edan yang berbahasa jawa itu. Aku ingin menuliskan betapa sulitnya aku harus menghafal Bahasa jawa  bersama Puspita yang memang kami akui betapa kami  kesulitan, dan selalu berganti setiap latihan.  Karena terlalu sulitnya, para tetua mengizinkan kami para pemain untuk mencampur Bahasa jawa  dengan Bahasa Indonesia. Ada rayuan yang harus aku hafal untuk kekasihku dalam ketoprak itu nih aku tuliskan “Mas, tersnoku kur sacilik kuku iki mas, tapi sampean ojo salah, nek kuku iki dipotong wengi, esuk’e wis dowo meneh, dadi cintaku karo mas akan tumbuh setiap hari.” Ha ha ha, ingin menangis juga karena rindu dengan mereka.


Minggu, 12 April 2015

Will be Lucky



Kesel banget, marah banget, buat gakbisa tidur dan kurang bersemangat. Seharian aku ngetik pada akhir menuju kebahagiaan bersorak gembira ternyata ketikan dari dua hari yang lalu pun hanya tersisa lima halaman. Aku kesel, seharian hanya membuang waktu. Aku sebel, kecerobohanku terulang. Aku yakin aku pantas mendapatkan kekesalan ini, aku yakin Tuhan sedang mengujiku dalam tahap peneylesaian skripsi. Pekerjaan yang aku mulai kemarin dan ku mulai lagi dari puul 10 pagi tadi aku kira akan berakhir pukul 12.51 malam ini, tapi ternyata Tuhan tidak mengizinkan, yah aku  gagal. Aku berusaha untuk mengikhlaskan diriku sebagai hadiah untuk kegagalan, karena aku yakin ada kesuksesan yang menunggu. Tuhan, aku pantas menerima semua ini, aku berusaha untuk bersabar, ya Tuhan tetap berikan kekuatan untukku, kalau tidak hanya pada-Mu aku meminta bantuan, kepada siapa lagi? Kuatkan aku Tuhan. Tuhan, aku tidak ingin tulisan ini menjadi keluhanku, aku tidak ingin menjadi manusia yang penuh dengan keluhan, aku bersyukur atas peristiwa ini, aku jadi punya kenangan dalam menyusun skripsi. Tuhan, pantaskan aku atas usaha yang aku lakukan ini. Aku yakin one day I will be lucky.
Biarkan mala mini menjadi kenagan indah. Aku ingin mengambil hikmah. Aku tahu aku salah, terlalu terburu-buru, mengikuti sifat setan yang seakan dikejar maut dalam mengerjakannya, sedangkan kalau waktu salat aku mengulurnya. Aku pantas mendapatkan ini. Terimakasih Tuhan. Engkau besarkann hatiku untuk bersabar. Setidaknya aku bisa tahu perasaan ayahku saat harus bersabar  menghadpi anak-anaknya. Terimakasih Tuhan.