Bismillahirrohmanirrohiim
Dengan
basmalah yang ku gunakan untuk mengawali cerita ini, semoga mereka bisa
merasakan rindu yang aku rasakan. Malam tadi aku bertemu dan bermain dengan teman-temanku.
Aku tak tau persis di mana tempat itu, tapi yang jelas aku lihat seperti kebunan
teh yang tanahnya dibuat terassering.
Entah
mengapa sosok yang selama ini aku rindukan baru muncul di hadapanku. Ya....
setelah lama aku merindukan sosok-sosok yang hanya ada dalam hati dan terlalu sulit
untuk ku peluk. Fauzi Laily Fitriyani, Adinda Kurnia Sari, dan Desva Lauren. Mereka
teman SMP ku, kita harus jarang bersama karena harus melanjutkan pendidikan
masing-masing.
Awlanya
aku hanya duduk terdiam memanggu dagu. Perlahan konsentrasiku terpecah setelah
mendengar canda tawa tiga orang yang muncul di hadapanku. Ku fokuskan
pandanganku pada sosok itu awalnya aku ragu telah akrab mengenalnya. Mereka melambaikan
tangan secara bersamaan. Aku membalasnya dengan senyuman dan mencoba
mendekatinya.
Kebahagiaan
luar biasa yang aku rasakan. Teman-teman yang selama ini aku rindukan datang
menghampiriku. Kali ini kebun teh menjadi tempat pertemuan bisu yang kedua setelah
kedai sate pada malam Idul Fitri. Dengan jelas aku menatap wajah-wajah mereka Fitri,
Dinda, dan Desva. Terjadi percakapan antara kami tapi aku lupa apa yang kami
bahas, tapi yang jelas kami selalu tersenyum.
Aku
mengajak Dinda mendaki kebun teh menuju posisi awalku berada meninggalkan Desva
dan Fitri. “Din tolong potokan aku ama Fitri ya, J!”
aku meminta Dinda untuk melakukan hal yang aku inginkan setelah beberapa tahun
tak pernah berjumpa dengan mereka apalagi dengan Desva. “Ok!” jawab Dinda
dengan senyum manisnya. Aku berlari menuruni tanah kebun teh yang seperti anak
tangga. Dari jauh aku melambaikan tangan lalu menunjukan posisi siap melalui
tangan yang ibu jarinya dan telunjuknya aku satukan membentuk vokal /O/. Dinda
tersenyum lalu mengambil gambar kami begitu juga sebaliknya.
Setelah
itu, aku mengajak mereka menyusuri kebun teh yang luas dan terlihat indah itu. Di
tengah penelusuran itu aku berhenti. “Fit... aku kangen banget sama kamu,
mentang-mentang kuliah di Yogya kamu gak pernah kabarin aku, aku kangen Fit!”
senyum itu ku lihat lagi. Ya Fitri tersenyum lagi, senyum manis yang selama ini
aku rindukan, tapi dia hanya diam menatapku. “Fit, aku boleh peluk kamu?” Fitri
tetap diam, aku tau tak perlu ku tunggu jawabanya. Aku memeluknya dengan erat,
tak ingin lagi aku melepas pelukan yang telah lama tak perna kami lakukan.
Dinda dan Desva juga memeluk kami.
Air
mataku mengalir tanpa tertahan mengiringi kebahagiann itu. Fitri tetap tak mau
berbicara, dia hanya tersenyum, tersenyum, dan tersenyum. Aku sangat
menginginkan Fitri mengatakan sepatah kata, tapi dia hanya tersenyum. Dinda dan
Desva juga menangis, aku tau mereka jugasangat rindu pada Fitri. Aku ingin semua benar-benar terjadi. Aku ingin
berlari, tertawa, dan bahagia bersama mereka.
Sesak
rsaanya dadaku, sangat sesak. Tubuhku melemas dan melepas pelukan itu saat aku
sadari sahabatku telah bahagia di sisi Allah. Sahabat yang dulu seperti
kakakku, aku hanya bisa menangis kehilangan dan berharap Fitri bahagia, semoga kelak kita bisa bersama.
Teman-teman,
aku bahagia bisa memeluk kalian malam ini. Pelukan yang hanya bisa kita lakukan
dalam mimpi. Mimpi yang jarang datang menghampiriku. Tuhan terimakasih Engkau
mengerti kerinduanku pada mereka. Teman-teman yang jauh di mataku, teman-teman
yang sulit aku peluk.
Teman-teman,
kalian masih ingatkan? Saat kita mengikuti ekstrakurikuler tari yang di bimbing
Pak Juma Afrison, Bu Linda, dan Bu Sri Martini? Saat itu kita tertawa bersama,
ada Fitri, Dinda, Desva, Dini, Wahyu, Yulianti, Bayu dan Bang Prima. Saat-saat
yang tak bisa aku lupakan, saat-saat yang membuat kita erat dan saling mengenal
satu sama-lain. Aku rindu canda tawa itu.
Sekali
lagi, walau hanya dalam mimpi, aku bahagia. Aku sangat bahagia bisa melihat
senyum sahabatku Alm. Fauzi Laily Fitriyani. Ya... walau dalam mimpi malam ini. Malam
Jumat 9 Januari 2014, bulan ke 6 setelah Tuhan menjemputnya dan menunjukkan
kasihsayang padanya.
Fitri, semoga kamu bahagia di sana, semoga
Tuhan memberikan tempat terindah untuk mu. Dinda.... Desva... terimakasih
kalian sudah datang menjengukku dalam mimpi. Aku kangen sama kalian, aku tak
tau kapan kita bisa bertemu dan bercanda lagi. Semoga kalian bahagia dan sukses
dalam hal apa pun terutama dalam mencintai Allah dan ke dua orang tua. Dengan cerita
ini, aku harap aku akan selalu merindukan kalian di mana pun aku berada.
Teman-teman Aku rindu kalian.