Kamis, 08 Januari 2015

Senyum Alm. Fauzi Laily Fitriani



Bismillahirrohmanirrohiim
Dengan basmalah yang ku gunakan untuk mengawali cerita ini, semoga mereka bisa merasakan rindu yang aku rasakan. Malam tadi aku bertemu dan bermain dengan teman-temanku. Aku tak tau persis di mana tempat itu, tapi yang jelas aku lihat seperti kebunan teh yang tanahnya dibuat terassering. 

Entah mengapa sosok yang selama ini aku rindukan baru muncul di hadapanku. Ya.... setelah lama aku merindukan sosok-sosok yang hanya ada dalam hati dan terlalu sulit untuk ku peluk. Fauzi Laily Fitriyani, Adinda Kurnia Sari, dan Desva Lauren. Mereka teman SMP ku, kita harus jarang bersama karena harus melanjutkan pendidikan masing-masing.

Awlanya aku hanya duduk terdiam memanggu dagu. Perlahan konsentrasiku terpecah setelah mendengar canda tawa tiga orang yang muncul di hadapanku. Ku fokuskan pandanganku pada sosok itu awalnya aku ragu telah akrab mengenalnya. Mereka melambaikan tangan secara bersamaan. Aku membalasnya dengan senyuman dan mencoba mendekatinya.

Kebahagiaan luar biasa yang aku rasakan. Teman-teman yang selama ini aku rindukan datang menghampiriku. Kali ini kebun teh menjadi tempat pertemuan bisu yang kedua setelah kedai sate pada malam Idul Fitri. Dengan jelas aku menatap wajah-wajah mereka Fitri, Dinda, dan Desva. Terjadi percakapan antara kami tapi aku lupa apa yang kami bahas, tapi yang jelas kami selalu tersenyum. 

Aku mengajak Dinda mendaki kebun teh menuju posisi awalku berada meninggalkan Desva dan Fitri. “Din tolong potokan aku ama Fitri ya, J!” aku meminta Dinda untuk melakukan hal yang aku inginkan setelah beberapa tahun tak pernah berjumpa dengan mereka apalagi dengan Desva. “Ok!” jawab Dinda dengan senyum manisnya. Aku berlari menuruni tanah kebun teh yang seperti anak tangga. Dari jauh aku melambaikan tangan lalu menunjukan posisi siap melalui tangan yang ibu jarinya dan telunjuknya aku satukan membentuk vokal /O/. Dinda tersenyum lalu mengambil gambar kami begitu juga sebaliknya.

Setelah itu, aku mengajak mereka menyusuri kebun teh yang luas dan terlihat indah itu. Di tengah penelusuran itu aku berhenti. “Fit... aku kangen banget sama kamu, mentang-mentang kuliah di Yogya kamu gak pernah kabarin aku, aku kangen Fit!” senyum itu ku lihat lagi. Ya Fitri tersenyum lagi, senyum manis yang selama ini aku rindukan, tapi dia hanya diam menatapku. “Fit, aku boleh peluk kamu?” Fitri tetap diam, aku tau tak perlu ku tunggu jawabanya. Aku memeluknya dengan erat, tak ingin lagi aku melepas pelukan yang telah lama tak perna kami lakukan. Dinda dan Desva juga memeluk kami.

Air mataku mengalir tanpa tertahan mengiringi kebahagiann itu. Fitri tetap tak mau berbicara, dia hanya tersenyum, tersenyum, dan tersenyum. Aku sangat menginginkan Fitri mengatakan sepatah kata, tapi dia hanya tersenyum. Dinda dan Desva juga menangis, aku tau mereka jugasangat rindu pada Fitri.  Aku ingin semua benar-benar terjadi. Aku ingin berlari, tertawa, dan bahagia bersama mereka. 


Sesak rsaanya dadaku, sangat sesak. Tubuhku melemas dan melepas pelukan itu saat aku sadari sahabatku telah bahagia di sisi Allah. Sahabat yang dulu seperti kakakku, aku hanya bisa menangis kehilangan dan berharap Fitri  bahagia, semoga kelak kita bisa bersama.

Teman-teman, aku bahagia bisa memeluk kalian malam ini. Pelukan yang hanya bisa kita lakukan dalam mimpi. Mimpi yang jarang datang menghampiriku. Tuhan terimakasih Engkau mengerti kerinduanku pada mereka. Teman-teman yang jauh di mataku, teman-teman yang sulit aku peluk.

Teman-teman, kalian masih ingatkan? Saat kita mengikuti ekstrakurikuler tari yang di bimbing Pak Juma Afrison, Bu Linda, dan Bu Sri Martini? Saat itu kita tertawa bersama, ada Fitri, Dinda, Desva, Dini, Wahyu, Yulianti, Bayu dan Bang Prima. Saat-saat yang tak bisa aku lupakan, saat-saat yang membuat kita erat dan saling mengenal satu sama-lain. Aku rindu canda tawa itu.

Sekali lagi, walau hanya dalam mimpi, aku bahagia. Aku sangat bahagia bisa melihat senyum sahabatku Alm. Fauzi Laily Fitriyani. Ya... walau dalam mimpi malam ini. Malam Jumat 9 Januari 2014, bulan ke 6 setelah Tuhan menjemputnya dan menunjukkan kasihsayang padanya. 

Fitri, semoga kamu bahagia di sana, semoga Tuhan memberikan tempat terindah untuk mu. Dinda.... Desva... terimakasih kalian sudah datang menjengukku dalam mimpi. Aku kangen sama kalian, aku tak tau kapan kita bisa bertemu dan bercanda lagi. Semoga kalian bahagia dan sukses dalam hal apa pun terutama dalam mencintai Allah dan ke dua orang tua. Dengan cerita ini, aku harap aku akan selalu merindukan kalian di mana pun aku berada. Teman-teman Aku rindu kalian.