Si Ular Tak Tau Diri
Pada suatu hari, matahari
bersinar cerah. Seluruh penghuni bumi tersenyum bergembira ria. Sesekali angin
sepoi bertiup menyapu segala keresahan hati. Seekor ular yang gagah berani
menelusuri perjalanan panjang yang menyenangkan.
Setelah lelah, ular tersebut
tidak sengaja menemukan sebuah tempat untuk beristirahat. Tak lain dan tak
bukan, tempat itu adalah sebuah pabrik perabot kayu. Si ular terus berjalan
memasuki pabrik tersebut. Merasa telah menemukan tempat yang cocok untuk
beristirahat, si ular menghentikan perjalananya.
Terik cahaya matahari saat itu menempah segala alat-alat
yang digunakan dalam pembuatan perabot
rumah tangga dari kayu itu. Sesekali si ular menolehkan kepalanya ke kanan dan
ke kiri. Yah hanya sekedar melihat
situasi dan kondisi saja. Kenyamanan pun semakin dirasakanya.
Hari semakin sore, matahari semakin condong ke
sebelah timur. Tiba-tiba si ular terusik akan silaunya cahaya matahari yang
dipantulkan oleh gergaji yang bergigi tajam dan panjang yang disandarkan pada
salah satu tiang penyanggah bangunan pabrik. Dengan sangat lamban si ular
mendekati gergaji yang tajam dan berkilau itu.
Sampai di hadapan gergaji, si ular
merasa heran dan bertanya-tanya “Mengapa benda ini berbeda dengan yang lain,
mengapa dia tak lari saat melihatku, bahkan dia semakin memancarkan cahaya
silau dari tubuhnya kepadaku?” ular merasa direndahkan, ular marah dan mematok
serta memancarkan bisa dari mulutnya pada si gergaji. Untuk pertamakali patokan
itu tidak memberi dampak apa-apa baik untuk ular maupun gergaji.
“Beraninya kau
melawanku!” gumam ular. Ular semakin marah dan kembali mematok gergaji. Mulut
ular mulai berdarah, ular semakin marah. Kembali ular mematok gergaji, untuk
yang ke tiga kalinya, si ular merasakan sakit pada mulutnya bahkan kehilangan
taring kebanggaanya. Si ular semakin berang dan naik pitam, dengan cepat ia
mendekati gergaji dan berusaha melilit tubuh gergaji. Ular merasa sakit namun
ia tetap merasa marah karena gergaji telah melukainya. Dengan sekuat tenaga
ular melilit gergaji, alhasil tubuh ular terpotong dan bersimbah darah, ular
mati. End
Yups, dongengnya sudah selesai.
Semoga dapat bermanfaat!
Oh, iya... hari ini aku bahagia banget ternyata X AK 3 memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, yah walau hanya beberapa. Yups, bener banget, dongeng ini berhubungan dengan keluhanku atas sikap kelas X AK 3. Memang benar, sebagai guru aku gak pantas seperti itu. Aku tak seharusnya mencoretkan perasaan marah dan kecewaku pada kelas X AK 3 melalui blogku ini. Tapi inilah aku, yang hanya mampu mencurahkan perasaanku pada diary onlineku ini.
Oh, iya... hari ini aku bahagia banget ternyata X AK 3 memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, yah walau hanya beberapa. Yups, bener banget, dongeng ini berhubungan dengan keluhanku atas sikap kelas X AK 3. Memang benar, sebagai guru aku gak pantas seperti itu. Aku tak seharusnya mencoretkan perasaan marah dan kecewaku pada kelas X AK 3 melalui blogku ini. Tapi inilah aku, yang hanya mampu mencurahkan perasaanku pada diary onlineku ini.
Tidak berarti tak ada alasan yang
menyebabkan aku melakukanya. (1). Aku sudah berusaha mnguasai kelas saat
mengajar tapi mereka tetap saja tak menghargai aku, yah memang tidak semuanya
tapi lebih baik semuanya aku sebut. (2). Aku sudah menasehati, alhasil tak ada
perubahan, walau beberapa yang menyatakan berusaha menjadi yang terbaik saat
belajar denganku. (3). Sikap, etika, disiplin yang selalu aku ajarkan pada
mereka mungkin mereka meganggapnya hanya sebagai teguran tanpa makna, karena
aku hanya mahasiswa PPL. Egois banget ya aku?
Tetap aku berterimakasih pada X
AK 3, kalian sudah memberi pelajaran terbaik untukku. Tapi aku sebagai guru
tetap kecewa. Kekecewaanku ini bukan karena kalian tapi karena ketidak
berdayaanku menghadapi kalian. Aku marah pada kalian bukan salah kalian, tapi
salahku sendiri. Aku merasa sudah menjadi guru, yah guru yang baru memiliki
sedikit bekal tanpa disertai keikhlasan dan kesabaran hati. Alhasil yah seperti
ini. Sama seperti ular yang tak tau diri.
Sejujurnya Aku sangat, sangat,
sangat marah pada kalian, toh tetap aku juga yang merasakan sakit (ular mematok gergaji, mulut ular yang berdarah), aku
yang benci pada kalian aku juga yang sakit. Suatu saat kalian akan merasakanya,
aku yakin itu.
Maaf telah menyebut kalian sebagai orang yang
kurang sopan, kurang beretika dan lain sebagainya. Kalian harus tau yang
menilai kalian itu orang lain, bukan diri kalian sendiri. Sama halnya dengan
aku, aku tak mungkin bisa menilai diriku sendiri, tapi kalianlah yang
menilaiku. Maaf telah melukai kalian
dengan ungkapan keluhanku beberapa minggu lalu, jujur itulah perasaan yang
sesungguhnya kurasakan. Seharusnya aku langsung menyampaikan itu pada kalian,
tapi aku rasa sebelum aku menulisnya dalam blogku kalian sudah tau.
Maaf, aku mohon jangan jadikan
aku seperti ular yang tak tau diri. Karena aku tak mau merasakan sakit sama
seperti yang dirasakan ular. “Aku marah pada kalian tetap aku yang terluka,
jadi jangan buat aku marah.” Yah, aku akui saat ini mungkin kalian menjadikan aku
sebagai seekor ular yang tak tau diri. Tolong jangan jadikan aku seperti ular. Tapi
aku bahagia maksud dari keluhanku tersampaikan dan kalian respon dengan emosi
yang luar biasa mendalam. Terimakasih, dan mohon maaf, mudah-mudahan inilah
goresan terakhir yang aku buat tentang X AK 3. Nice to meet you...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar