Rabu, 12 November 2014

Mendongeng Bersama X AK 3




Si Ular Tak Tau Diri


Pada suatu hari, matahari bersinar cerah. Seluruh penghuni bumi tersenyum bergembira ria. Sesekali angin sepoi bertiup menyapu segala keresahan hati. Seekor ular yang gagah berani menelusuri perjalanan panjang yang menyenangkan.
Setelah lelah, ular tersebut tidak sengaja menemukan sebuah tempat untuk beristirahat. Tak lain dan tak bukan, tempat itu adalah sebuah pabrik perabot kayu. Si ular terus berjalan memasuki pabrik tersebut. Merasa telah menemukan tempat yang cocok untuk beristirahat, si ular menghentikan perjalananya.
Terik cahaya  matahari saat itu menempah segala alat-alat yang digunakan dalam  pembuatan perabot rumah tangga dari kayu itu. Sesekali si ular menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Yah  hanya sekedar melihat situasi dan kondisi saja. Kenyamanan pun semakin dirasakanya.
 Hari semakin sore, matahari semakin condong ke sebelah timur. Tiba-tiba si ular terusik akan silaunya cahaya matahari yang dipantulkan oleh gergaji yang bergigi tajam dan panjang yang disandarkan pada salah satu tiang penyanggah bangunan pabrik. Dengan sangat lamban si ular mendekati gergaji yang tajam dan berkilau itu.
Sampai di hadapan gergaji, si ular merasa heran dan bertanya-tanya “Mengapa benda ini berbeda dengan yang lain, mengapa dia tak lari saat melihatku, bahkan dia semakin memancarkan cahaya silau dari tubuhnya kepadaku?” ular merasa direndahkan, ular marah dan mematok serta memancarkan bisa dari mulutnya pada si gergaji. Untuk pertamakali patokan itu tidak memberi dampak apa-apa baik untuk ular maupun gergaji.
“Beraninya kau melawanku!” gumam ular. Ular semakin marah dan kembali mematok gergaji. Mulut ular mulai berdarah, ular semakin marah. Kembali ular mematok gergaji, untuk yang ke tiga kalinya, si ular merasakan sakit pada mulutnya bahkan kehilangan taring kebanggaanya. Si ular semakin berang dan naik pitam, dengan cepat ia mendekati gergaji dan berusaha melilit tubuh gergaji. Ular merasa sakit namun ia tetap merasa marah karena gergaji telah melukainya. Dengan sekuat tenaga ular melilit gergaji, alhasil tubuh ular terpotong dan bersimbah darah, ular mati. End


Yups, dongengnya sudah selesai. Semoga dapat bermanfaat!
Oh, iya... hari ini aku bahagia banget ternyata X AK 3 memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, yah walau hanya beberapa. Yups, bener banget, dongeng ini berhubungan dengan keluhanku atas sikap kelas X AK 3. Memang benar, sebagai guru aku gak pantas seperti itu. Aku tak seharusnya mencoretkan perasaan marah dan kecewaku pada kelas X AK 3 melalui blogku ini. Tapi inilah aku, yang hanya mampu mencurahkan perasaanku pada diary onlineku ini.
Tidak berarti tak ada alasan yang menyebabkan aku melakukanya. (1). Aku sudah berusaha mnguasai kelas saat mengajar tapi mereka tetap saja tak menghargai aku, yah memang tidak semuanya tapi lebih baik semuanya aku sebut. (2). Aku sudah menasehati, alhasil tak ada perubahan, walau beberapa yang menyatakan berusaha menjadi yang terbaik saat belajar denganku. (3). Sikap, etika, disiplin yang selalu aku ajarkan pada mereka mungkin mereka meganggapnya hanya sebagai teguran tanpa makna, karena aku hanya mahasiswa PPL. Egois banget ya aku?
Tetap aku berterimakasih pada X AK 3, kalian sudah memberi pelajaran terbaik untukku. Tapi aku sebagai guru tetap kecewa. Kekecewaanku ini bukan karena kalian tapi karena ketidak berdayaanku menghadapi kalian. Aku marah pada kalian bukan salah kalian, tapi salahku sendiri. Aku merasa sudah menjadi guru, yah guru yang baru memiliki sedikit bekal tanpa disertai keikhlasan dan kesabaran hati. Alhasil yah seperti ini. Sama seperti ular yang tak tau diri.
Sejujurnya Aku sangat, sangat, sangat marah pada kalian, toh tetap aku juga yang merasakan sakit (ular mematok gergaji, mulut ular yang berdarah), aku yang benci pada kalian aku juga yang sakit. Suatu saat kalian akan merasakanya, aku yakin itu.
Maaf telah menyebut kalian sebagai orang yang kurang sopan, kurang beretika dan lain sebagainya. Kalian harus tau yang menilai kalian itu orang lain, bukan diri kalian sendiri. Sama halnya dengan aku, aku tak mungkin bisa menilai diriku sendiri, tapi kalianlah yang menilaiku. Maaf  telah melukai kalian dengan ungkapan keluhanku beberapa minggu lalu, jujur itulah perasaan yang sesungguhnya kurasakan. Seharusnya aku langsung menyampaikan itu pada kalian, tapi aku rasa sebelum aku menulisnya dalam blogku kalian sudah tau.
Maaf, aku mohon jangan jadikan aku seperti ular yang tak tau diri. Karena aku tak mau merasakan sakit sama seperti yang dirasakan ular. “Aku marah pada kalian tetap aku yang terluka, jadi jangan buat aku marah.” Yah, aku akui saat ini mungkin kalian menjadikan aku sebagai seekor ular yang tak tau diri. Tolong jangan jadikan aku seperti ular. Tapi aku bahagia maksud dari keluhanku tersampaikan dan kalian respon dengan emosi yang luar biasa mendalam. Terimakasih, dan mohon maaf, mudah-mudahan inilah goresan terakhir yang aku buat tentang X AK 3. Nice to meet you...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar