Sabtu, 22 November 2014

Akhir PPL



`Dearrr.....
Akhirnya hari yang kutunggu datang juga. Sabtu, 22 Nopember 2014. Yups... hari perpisahan antara Mahasiswa/i PPL UIR dengan keluarga besar SMK Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Hari yang membuat aku meneteskan airmata.
Sebenarnya aku seneng banget, karena bisa menyelesaikan PPL tanpa rintangan yang berarti. Tapi tetap saja airmataku berlinang saat Bapak Paiman menyampaikan kata-kata perpisahan. Perlahan diam-diam kusapu air mataku, aku kembali tersenyum teringat Bu Neli yang menciumpipiku sebelum pergi ke SMK N 2 Pekanbaru. Kulihat sekelilingku, ada Nur Saidah dan Semrayanti yang Pamongnya gak bisa hadir karena ada urusan sekolah di SMK N 2 Pekanbaru sama seperti aku.
Mengapa aku menangis, ini bukan akhir dari segalanya. Jujur sejak dulu aku paling benci sama yang  namanya PERPISAHAN tapi aku takut menyatakanya karena aku berfikir membenci PERPISAHAN sama dengan menyesali PERTEMUAN. Saat itu juga ingin kupeluk Bu Neli Puspawati, S.Pd., yah... beliau pamong aku. Seorang guru Bahasa Indonesia di SMK Muhammadiyah 2 yang memenuhi impianku. Impian mempunyai saudara perempuan sekaligus kakak. Maklum, aku gak punya kakak atau adik perempuan.
Memang tidak banyak yang dapat aku lakukan bersama beliau selama PPL. Hemmm  tapi aku merasa kami memiliki hubungan yang baik sebagai guru pamong dan mahasiswa, sebagai sahabat sekaligus kakak dan adik. Hari ini, kemungkinan besar kami akan jarang bertemu. Tapi aku punya keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan beliau.
Kembali pada cerita perpisahan. Awalnya aku merasa sangat sedih atas ketidakhadiran pamongku. Aku tidak dapat foto bersama dengan beliau. Tidak seperti teman-temanku yang lain. Aku berkecil hati, dan kurang semangat.
Bip bip.... hanpone bergetar “Asalamualaikaum Siti, di mana Dek? Ibu udah di sekolah, di ruang Majelis Guru.” SMS dari pamongku. Bergegas aku berdiri, aku berlari kecil menemui beliau di Majelis Guru. Seperti biasa, beliau masih sibuk dengan pekerjaanya. “Hmmm, Ibu menyempatkan diri bertemu denganku di tengah-tengah kesibukannya. Beliau menghapus sedihku hari ini” Hanya gumamku dalam hati. Terimakasih Tuhan, telah Engkau pertemukan aku dengan beliau.
Beberapa saat aku menunggu beliau menyelesaikan tugasnya, aku berhayal. Aku ingin menjadi guru seperti beliau. Beliau menghampiri dan membuyarkan khayalanku. Kami berbincang-bincang, bercanda, curhat masalah PPL bahkan samapi masalah pribadi. Aku tuangkan semuanya, aku tertawa lepas bersama beliau, “ Ha ha ha ha.....”
Tanpa ku sadari temanku satu-persatu pulang. Datanglah Nur Saidah mengantar tas yang ku tinggalkan di UKS. Kembali dia menyatakan aku dan pamongku mirip. Sbelum Saidah pergi, aku minta padanya untuk memoto aku dan pamongku. Tiga kali jepret kami berpose. “ He he he, makasih Saidah....” Sedang asik bercanda ada seorang guru yang kembali menegaskan kalo aku mirip dengan pamongku, dari tinggi, kompak, bahkan cara ketawa.
Cerita dan bercanda masih berlanjut, sampai pada pukul 14.15 WIB, aku menawarkan diri untuk pulang bersama pamongku. Kembali kami tertawa melihat kesadaranku yang baru datang. “Bu, kunci motornya gak ada, ha ha ha... lupa letaknya di mana...” ku buka tas, ku keluarkan semua isinya.  “Jangan bilang tinggal di UKS, ha ha ha ha...” canda beliau. “Iya Bu, lupa  letak, mentang-mentang hari perpisahan semuanya dilupakan, eit.... kayaknya di meja piket Bu.”
Bergegas aku dan beliau menuju meja piket. Ku cari kunci motor dalam lipatan jaket yang kutinggal di meja piket. “Gak ada Bu...” ku lihat lemari kaca di sebelah kiri meja piket. “Ha ha ha haha, itu dia Bu...., kayak mana nak ngambil Bu?” Bu neli bertanya pada pak Yanto yang sedang bercanda dengan siswa di sebelah meja piket dan pada bapak yang jaga Bisnis Center (BC). “Pak, kunci lemari ni siapa yang megang ya?” tak mendapat jawaban Bu Neli menelfon Pak Eko. Bu neli bilang ke beliau kalau mau cari cara membuka lemari tu.
Kami tertawa lagi bersamaan... “HA ha ha ha haha.....” alhasil karena lemari tu mudah di buka ku masukan kepala sleting tas yang ku pakai. “Ya, De... bentar lagi... sikit lagi...” beliau memberi semangat. Sulitnya kurasakan, kulihat besi yang menjadi gantungan pada BFF di tas aku. Yups... bener banget, besi itulah yang ku gunakan untuk membuka lemari. “ Ha ha ha ha ha, kesan hari terakhir yang lucu.”
Sambil tertawa kecil aku bersama pamongku meninggalkan sekolah melewati jalan Paus, karena pamongku gak pakai helem, biasa takut ketangkap polisi kalo lewat Jalan Sudirman. Sepanjang jalan kenangan kami masih bercerita seakan-akan tak pernah habis bahan cerita saat itu. Kami mutar-mutar, aku jadi tau Jalan rambutan dan daerah Auri. Khik khik khik.... di tengah perjalanan pamongku bilang mau nlaktir aku. Yupsss... bener banget plen, kami makan bareng di Warung Bakso Wisata di Jalan Rambutan.
Lagi dan lagi kami tertawa layaknya seorang kakak dan adik. Kami pesan Mie Ayam, aku suka ayam beliau gak suka ayam, aku gak suka sawi beliau suka sawi, yups bener lagi plen... kami tukaran isi mangkuk... “Ha ha ha ha ha...” kami saling tatap muka. Semua daging ayam yang ada di mangkuk beliau pindah ke magkokku, begitu juga dengan sayur sawi yang ada di mangkokku pindah ke mangkok beliau. Huah, penuh banget isi mangkokku, ayamnya banyak banget sampai tak termakan. Sambil menikmati makan mie ayam kami masih terus bergurau dan cerita.
Beliau bercerita apa yang beliau suka dan apa yang beliau tidak suka. Tentu demikian juga dengan aku. Aku gak sanggup ngabisin mie ayam sebanyak itu “Bu, ngapa tadi gak pesan setengah aja ya Bu?” “Ha ha ha..... kalo gak abis jangan dipaksa Dek.” Jawab beliau.
Setelah itu, kamu melanjutkan  perjalanan. Ingin rasanya mengantar beliau sampai ke Teratak Buluh, emmm sepertinya beliau masih segan sama aku, aku juga segan memaksakan kehendak mengantar beliau. Yups... kapi berpisah di dekat Gg. Ketapang Marpoyan, kami bersalaman dan ku cium punggung tanganya. Beliau melambaikan tangan padaku sebelum menaiki oplet. Beberapa orang yang ada di dekat oplet melihatku, aku hampir meneteskan air mata, aku gak sanggup liat beliau pergi duluan jadi sebelum oplet itu jalan aku udah mengemudikan motorku. Aku yakin ini bukan perpisahan, tapi awal dari semuanya,  yah hanya kata itu yang mampu menghiburku dan membuatku tak membeci PERPISAHAN.
Bu Neli, terimakasih banget buat semuanya, aku sayang Bu Neli, semoga ibu semakin sukses. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar