Pengertian
Teori Struktural
Strukturalisme berasal dari linguistik
Ferdinan yang merupakan suatau cara berfikir tentang dunia yang secara khusus
memperhatikan presepsi dan deskripsi tentang struktur, mengkaji fenomena mitos
dan ritual untuk melihat tanda. Yang menjadi objek kajian teori strukturalisme
adalah sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur
berbagai hubungan unsur dalam teks sastra sehingga unsur- unsur tersebut berkaitan satu sama
lain dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem
sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu. Analisis
yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang
membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang
sistem sastra.
Teori
Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi
Pendekatan
struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya
sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan
antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai
kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami
bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara
bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori
strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian teori
strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada kesempatan
ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan puisi dengan berlandasan teori
strukturalisme berarti dalam penulisan puisi memperhatikan unsur-unsur
pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik puisi. Unsur
instrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat,
sedangkan unsur ekstrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif,
rima/ritme, dan tata
wajah atau tipografi. Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural
yang pertama yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi sebagai berikut:
1. Diksi (pemilihan kata)
Teori
strukturalisme menganalisis diksi sebaga unsur ekstrinsik puisi, diksi adalah
pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil
pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan
bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya
seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan
kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa
Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak
gaul), aana(bahasa Arab), I (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan
sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya sendiri merupakan proses
pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah
menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat
indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.
2.
Pengimajinasian
Teori
strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur ekstrinsik puisi
dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang
dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut
pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan
pengarang. Perhatikan contoh puisi berikut
Kehilangan
Mestiku
Sepoi berhembus angin menyejuk diri
Kelana
termenung
Merenung
air
Lincah
bermain ditimpa sinar
Hanya sebuah bintang
Kelap
kemilau
Tercampak
dari langit
Tidak
berteman
Hatiku,
hatiku
Belum
jua sejuk dibuai bayu
Girang
beriak mencontoh air
Atau
laksana bintang biarpun sunyi
Tetap
bersinar berbinar-binar
Petunjuk
nelayan di samudra lauta
Karya :
Aoh Kartahadimadja
Untuk
mengetahui ungkapan imajinasi pengarang perhatikan kata-kata berikut
a. Kata-kata lincah bermain, ditimpa
sinar, kelap kemilau, girang bintang, bersinar berbinar-binar membangkitkan
imajinasi melalui indra pengelihatan.
b. Kata berhembus membangkitkan
imajinasi melalui indra pendengaran.
c. Kata sejuk dan dibuai membangkitkan
imajinai melalui indra peraba.
Secara
keseluruhan, pengarang dalam puisi itu menggambarkan gerak alam, seperti
hembusan angin, permainan air, dan bintang bersinar. Dengan penggambaran yang
cukup jelas itu, pembaca seakan-akan ikut menyaksikan girang dan kemilaunya
suasana alam itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.
3.
Kata
konkret
Teori strukturalisme menganalisis kata
konkret sebagai unsur ekstrinsik puisi. Kata konkret digunakan untuk
membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau
diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang.
Perhatikan penggalan puisi dibawah
Setiap kita bertemu, gadis kecil
berkaleng kecil
Senyumu terlalu kekal untuk kenal
duka
Tengadah padaku, pada bulan merah
jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Dalam
puisi tersebut pengarang benar-benar ingin melukiskan bahwa gadis yang terdapat
dalam puisinya adalah benar-benar seorang pengemis gembel, pengarang
menggunakan farasa gadis kecil berkaleng
kecil.
4.
Bahasa
figuratif
Teori strukturan menganalisis bahasa figuratif
sebagai unsur ekstrinsik puisi. Bahasa figuratif disebut juga majas, majas
adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan
cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mngiaskan atau menyamakan
sesuatu dengan hal lain. Perhatikan penggalan puisi berikut
Risik risau ombak memecah
Di pantai landai
Buih berderai
Dalam penggalan puisi tersebut. Pengarang
menggambarkan bahwa ombak digambarkan seolah-olah manusia yang bisa berisik dan
memiliki rasa risau, atau lebih jelasnya dalam puisi tersebut pengarang
menggunakan majas personifikasi.
5. Rima/ritme
Teori struktural menganalisis rima/ritme
sebagai unsur ekstrinsik puisi. rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi.
Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya pun
lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma
diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi.
6. Tata wajah (tipografi)
Teori struktural menganalisis tipografi sebagai unsur ekstrinsik puisi.
tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan bait.
Cara menulis puisi dengan
berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami unsur
instrinsik/batin puisi, unsur instrinsik puisi adalah sebagai berikut:
1. Tema
Teori strukturalisme menganalisis
tema sebagai unsur instrinsik/batin puisi. tema puisi merupakan gagasan utama
pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan
besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang
digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) menyatakan bahwa ”tema puisi
diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu tema
ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan
sosial”.
a. Tema ketuhanan
Tema
ketuhanan adalah menggambarkab pengalaman batin, keyakinan, sikap pengarang
terhadap tuhan.
b. Tema kemanusiaan
Puisi
dengan tema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud
meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
c. Tema patriotisme
Puisi
dengan tema patriotisme/kebangsaan adalah melukiskan perjuangan merebut
kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
d. Tema kedaulatan rakyat
Puisi
dengan tema kedaulatan rakyat biasanya mengungkapkan penindasan dan
kesewenag-wenangan terhadap rakyat.
e. Tema keadilan sosial
Puisi
bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial.
2. Perasaan
Teori strukturalisme menganalisis
perasaan sebagai unsur instrinsik puisi. perasaan merupakan unsur batin puisi
yang paling mewakili perassan pengarang, ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan,
atau pengagungan kekasih, alam, atau sang Khalik. Contoh dalam dua bait puisi
berikut
Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan,
bawalah aku
Meninggi
kelangit ruhani
Larik-larik
puisi diatas diambil dari puisi yang berjudul “ Tuhan “ karya Bahrum Rangkuti.
Puisi tersebut merupakan pengungkapan rasa kerinduan dan kegelisahan penyair
untuk bertemu dengan sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahanya diungkapkan
melalui kata hanyut, kasih, meninggi, dan
langit ruhani.
3.
Nada
dan suasana
Teori strukturalisme menganalisis
nada dan suasana sebagai unsur instrinsik puisi. dalam menulis puisi, pengarang
mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati,
mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada
pembaca. Sikap pengarang terhadap pembaca di sebut nada puisi sedangkan suasana
adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
4. Amanat
Teori struktural menganalisis amanat
sebagai unsur instrinsik puisi. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang
melalui penulisan puisi. amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang dapat
ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. tujuan/amanat
merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat
di balik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.
Daftar Pustaka
Ensen.”Teori Struktural”. http://duniasastradanbahasaindonesia.blogspot.com/2011/05/teori-struktural.html. Mei, 03 2011.
Ganz. “Pendidikan
dan Analisis Teori Struktural”. http://sman2ppu-pai.blogspot.com/2011/06/pendidikan-dalam-analisis-teori.html
. Agustus, 04 2012.
Kosasih. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Nobel Edumedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar