Pengertian Karangan Kisahan
(Narasi)
Karangan kisahan disebut juga
karangan narasi, yaitu karangan yang menceritakan peristiwa. Peristiwa yang
diceritakan itu dapat terdiri atas satu kejadian atau lebih. Dalam kejadian
terkandung komponen-komponen pelaku perilaku,
latar tempat, dan waktu.
Jika pelaku melakukan tindakan di
suatu tempat pada suatu waktu, maka lahirlah kejadian. Beberapa kejadian yang
berhubungan membentuk peristiwa. Sebuah
kisahan dapat terjadi
atas sebuah peristiwa. Dalam kisahan yang terdiri atas lebih dari satu
peristiwa, peristiwa-peristiwa itu berhubungan. Hubungannya bermacam-macam,
berupa hubungan waktu, hubungan pelaku, hubungan sebab akibat, dan sebagainya.
Beberapa peristiwa dihubungkan
dengan waktu, yaitu diurutkan secara kronologis. Setelah peristiwa pertama, lalu menyusul
peristiwa kedua, ketiga,
dan selanjutnya. Dalam kisahan,
pada umumnya urutannya seperti itu walaupun ada juga kisahan yang diceritakan
tidak dalam urutan waktu yang berlanjut, melainkan dengan urutan mundur,
misalnya terlebih dahulu diceritakan yang sekarang, kemudian mundur
diceritakan peristiwa sebelumnya.
Beberapa peristiwa dihubungkan
dengan pelaku, yaitu pada setiap peristiwa terdapat pelaku yang sama. Setiap
peristiwa itu mungkin dapat dipandang berdiri sendiri, tetapi karena pelakunya
itu-itu juga, maka semua peristiwa menjadi satu kisahan. Selain dihubungkan dengan
pelaku, peristiwa-peristiwa itu sekaligus dihubungkan pula dengan waktu yang
berurutan. Beberapa
peristiwa dapat pula berhubungan secara sebab akibat, yaitu sebuah peristiwa
mengakibatkan peristiwa berikutnya dan peristiwa tersebut kemudian menjadi
sebab pula untuk timbulnya peristiwa lain.
Kisahan dapat dibedakan atas
kisahan faktual dan kisahan rekaan. Kisahan faktual adalah kisahan yang
peristiwanya benar-benar terjadi. Pelaku yang dilaporkan, perilakunya, tempat
dan waktu kejadian, memang terdapat dalam kenyataan. Contohnya kisah sejarah
dan riwayat hidup. Kisah rekaan adalah kisahan yang peristiwanya itu tidak
benar-benar terjadi. Pelaku yang dilaporkan, perilaku, tempat dan waktu
kejadian, tidak pernah terjadi secara faktual. Peristiwa itu hanya terjadi
dalam rekaan,
peristiwa itu dibayangkan saja terjadi. Dalam kisahan rekaan mungkin beberapa
komponen bersifat faktual. Akan tetapi, keseluruhan peristiwanya adalah rekaan.
Kisah rekaan lebih lanjut dapat dibedakan atas kisah rekaan yang mengesankan
mungkin terjadi atau seolah-olah terjadi dan yang mengesankan mustahil terjadi. Kisahan yang berupa
novel yang realistis mengesankan seolah-olah terjadi, sedangkan kisahan yang
berupa dongeng dan hikayat banyak yang mengesankan mustahil terjadi.
Jenis-jenis karangan kisahan (narasi)
1. Narasi Informatif (Faktual)
Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian
informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
Contoh:
Ir. Soekarno, Presiden
Republik Indonesia adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928.
Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan, karena
keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang
dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada
tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogyakarta dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa
kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama
pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok
pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan
hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.
2.
Narasi Ekspositorik (faktual)
Narasi ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian
informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis
menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang
ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau
sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh
eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini
berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
Contoh:
Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin
bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu
bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh
kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai
pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung
Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar
Ahmad, sang pengantin.
3.
Narasi Artistik
Narasi artistik adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud
tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau
pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan
penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur
sugestif atau bersifat objektif. Misalnya: cerpen, novel, roman atau drama.
Contoh:
Aku tersenyum sambil mengayunkan
langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku
bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi
kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu.
Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah
kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada
yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan Bowo, sergah hati
kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
4.
Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau
pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.
Contoh:
Patih Pranggulang menghunus
pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar.
Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah.
Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh
Tunjungsekar. Tiga kali Patih Peranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi,
semuanya gagal.
Ciri-ciri Karangan
Narasi
Menurut Keraf (2000:136). Ciri-ciri karangan narasi yaitu:
a.
Menonjolkan unsur perbuatan
atau tindakan.
b.
Dirangkai dalam urutan waktu.
c.
Berusaha menjawab pertanyaan
“apa yang terjadi?”
d.
Ada konfiks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak
akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan
kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar
Semi (2003: 31) sebagai berikut:
1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang
benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
3. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak
menarik.
4. Memiliki nilai estetika.
5. Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang
dikemukakan oleh Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi
memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari
waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri
yang menonjolkan pelaku.
Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi
Langkah-langkah menulis karangan narasi sebagai berikut:
a. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
b. Tetapkan sasaran pembaca.
c. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk
skema alur.
d. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan
akhir cerita.
e. Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa
sebagai pendukung cerita.
f.
Susun tokoh dan perwatakan,
latar, dan sudut pandang.
Cara
membuat karangan narasi tidak terlalu sulit karena karangan jenis ini bisa
diambil dari pengalaman pribadi sang penulis, sering kali dalam bentuk cerita.
Ketika sang penulis mengungkapkan apa yang ada dipikirannya maka harus bisa
untuk memasukkan semua konvensi cerita: plot, tokoh, setting, klimaks, dan
akhir cerita. Karangan narasi harus sesuai alur sehingga dapat membuat pembaca
merasakan langsung dari cerita yang dibaca tersebut. Sebelum membuat karangan
narasi, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan yaitu:
a.
Diceritakan dari sudut pandang tertentu.
b.
Membuat dan mendukung suatu sudut pandang.
c.
Diisi dengan detail yang tepat.
d.
Menggunakan kata kerja yang jelas.
e.
Menggunakan konfik dan urutan cerita.
f.
Dapat menggunakan dialog.
Tujuan
dari karangan naratif/narasi/kisahan adalah untuk menggambarkan sesuatu. Banyak siswa
beranggapan bahwa karangan narasi seperti dalam pembuatan makalah. Sementara
informasi dalam karangan ini adalah dasar untuk bentuk lain dari menulis.
Contoh karangan narasi adalah sebuah “buku catatan kegiatan kerja” yang tidak
hanya sebagai
buku catatan biasa, tetapi juga mencakup karakter, tindakan mereka, plot dan
beberapa adegan yang terjadi selama kegiatan berlangsung. Artinya, itu adalah
gambaran tentang “apa yang terjadi di buku itu”.
Sebuah
karangan narasi
menceritakan apa saja yang dialami oleh penulis, baik apa saja yang terjadi disekitarnya.
Bisa tentang cinta, masyarakat, lingkungan dan sebagainya. Dengan kata lain,
karangan narasi sering menggambarkan tujuan penulis atau sudut pandang yang
kemudian diekspresikan melalui buku atau artikel. Untuk membuat karangan narasi,
dimulai dengan pemilihan masalah. Setelah masalah dipilih, penulis harus menjaga
tiga prinsip dalam pikiran, yaitu:
1. Jangan lupa untuk melibatkan pembaca
dalam cerita. Adalah jauh lebih menarik untuk benar-benar menciptakan sebuah insiden
untuk pembaca dari pada hanya menceritakan tentang hal itu.
2. Cari generalisasi, yang mendukung
cerita. Ini adalah satu-satunya cara pengalaman pribadi sang penulis akan
mengambil makna bagi pembaca. generalisasi ini tidak harus meliputi umat
manusia secara keseluruhan, yang dapat perhatian penulis, pria, wanita, atau
anak-anak dari berbagai usia dan latar
belakang.
3.
Ingat bahwa meskipun komponen utama dari narasi ceritanya,
rincian harus hati-hati dipilih untuk mendukung, menjelaskan, dan meningkatkan
cerita.
Tinambunan, J
dan Karsinem. 2012. Bahan Ajar
Keterampilan Menulis. Pekanbaru : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Riau.
Tukan,
P.2006. Mahir Berbahasa Indonesia SMA
Kelas X. Jakarta : Yudhistira.
Ryanskiep. “Pengertian Karangan dan Contoh
Karangan Narasi”. http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/pengertian-karangan-dan-contoh-karangan.html. Rabu, 30 Desember 2009.
Zaenal,
Arifin dan Amran Tasai. “Jenis-Jenis Karangan Narasi”. http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pengertian-karangan-narasi/. Januari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar