Kamis, 26 April 2012

Aspek Keterampilan Berbahasa


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.

             Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas.
Resensi merupakan  salah satu tulisan jurnalistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberi pertimbangan kepada pembaca mengenai sebuah buku yang baru diterbitkan. Secara sederhana resensi dapat dianggap sebagai bentuk tulisan yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan ikhtisar berisi penilaian, ringkasan isi buku, atau kritik terhadap buku tersebu. Maksud ditulisnya resensi buku adalah untuk  menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.

1.2.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Cara Meresensi Buku?
2.      Bagaimanakah Meresensi  Buku yang Baik?
3.      Apa Sajakah yang Termasuk Kedalam Bagian Isi Resensi Buku?
1.3.            Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Cara Meresensi Buku.
2.      Untuk Mengetahiu Meresensi Buku yang Baik.
3.      Untuk Mengetahui Komponen-komponen Isi Resensi Buku.
1.4.            Manfaat
Dengan meresensi sebuah buku kita dapat mengetahui berbagai manfaat yang ada didalam buku tersebut, karena meresensi merupakan suatu kegiatan untuk mengoreksi sebuah karya orang lain, dengan meresensi kita dapat mengetahui kelayakan sebuah buku untuk digunakan sebagai bahan bacaan atau pedoman didalam proses pembelajaran. Dan cocok untuk siapa buku tersebut untuk digunakan.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pendahuluan
Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa
Judul Buku      : Menyimak
Pengarang       : Henry Guntur Tarigan
Penerbit           : Angkasa
Tahun terbit     : 1980
Cetakan           :  10
Kota Terbit      : Bandung
Tebal Buku      : 93  halaman

            Buku ini dikarang oleh Henry             Guntur Tarigan, beliau adalah seorang ahli didalam bidang Bahasa dan sastra indonesia.  Beliau dilahirkan pada 23 september 1933, di onggajutu, sumatra utara. Beliau menyelesaikan pendidikanya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Padjajaran Bandung (1962); mengikuti Studi Pasca Sarjana Linguistik di Rijksuniversiteit Leiden, Nederland 91971-1973); meraih gelar doktor  dalam bidang linguistik  dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1975) dengan disertasi berjudul “Morfologi Bahasa Simalungun”.
Banyak buku yang dikarangnya berhubungan dengan  Bahasa indonesia. Buku yang dikarangnya merupakan karya yang sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Karya-karya yang telah dibuatnya antaralaian: Struktur Sosial Masyarakat Simalungun, Morfologi Bahasa Simalungun, Prinsip-prinsip Dasar Puisi, Prinsip-prinsip Dasar Fiksi, Prinsip-prinsip Dasar Drama, Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra, Pengantar Sintaksis, Bahasa Karo, Sastra Lisan Karo, Percikan Budaya Karo, Psikolinguistik, Tata Bahasa Tagmemik, Linguistik Konstrantif, Menyimak (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa), Berbicara (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa), Membaca (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa), Menulis (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa), dan Tataruncing Sunda.
Henry Guntur Tarigan memilki cirit khas yakni selalu menerbitkan sebuah buku yang  berhubungan dengan aspek keterampilan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuanya dibidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak hanya itu tetapi  beliau juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan para ahli Bahasa Indonesia lainya yaitu  selalu menyantumkan bagan sebagai penjelasan dari materi sang disajikanya dlam buku, dan ukuran Buku yang diterbitkanya selalu berukuran kecil seperti ukuran novel. Menurut beliau buku dengan ukuran kecil akan mempermudah penggunanya untuk membawa buku tersebut.

2.2. Pembahasan
Buku yang berjudul menyimak dikarang oleh Henry Guntur Tarigan berisi tentang Menyimak yang merupakan suatu kebutuhan yang sangat berpengaruh didalam kehidupan, karena sejak dilahirkanya anak cucu Adam di dunia pasti yang pertama kali dilakukan pasti menyimak.  Bukti dari pernyataan diatas dapat dilihat dari kehidupan seorang bayi yang baru dilahirkan, bayi tersebut akan menyimak suara adzan yang dikumandangkan oleh sang ayah di telinga bayi. Bukti yang lebih nyata adalah bayi tersebut dapat mengulangi hasil simakanya ketika beranjak besar melalui berbicara, contohnya bayi tersebut akan mengucapkan kata mama atau papa seperti  ia didengar dari pembicaraan kedua orang tuanya.
Buku  yang berjudul menyimak ini sebenarnya berisi tentang aspek-aspek yang berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa seperti menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek terseebut sebenarnya saling kait - mengait antara satu aspek dengan tiga aspek lainya. Seperti menyimak erat hubunganya dengan berbicara, karena menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan face to face communication (brooks; 1964:134). Hubungan antara Menyimak dengan Membaca, menyimak dan membaca mempunyai persamaan  yaitu sama-sama bersifat menerima atau reseptif (Brooks; 1964:134). Perbedaan dari kedua aspek ini adalah menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tulisan. Hubungan Menyimak dengan Menulis, hasil simakan akan mempermudahkan seseorang untuk menulis. Hubungan membaca dengan ketiga aspek lainya adalah dapat menambah kosa kata yang akan mempermudah mengetahui arti kata-kata didalam sebuah percakapan dengan orang lain (menyimak), memperlancar didalam berbicara dengan orang lain karena telah memiliki banyak kosa kata dari membaca (berbicara),  menambah ilmu pengetahuan tentang berbagai ragam bahasa tulisan (menulis).
Keterampilan berbahasa yang sangat penting menurut Henry Guntur Tarigan ada empat aspek, sedangkan menurut ahli lain belum diketahui bisa saja pendapat ahli lain sama seperti pendapat  Henry. Didalam buku ini lebih menitik beratkan atau lebih mengarah pada pembahasan menyimak.  Didalam buku yang berjudul ‘menyimak’ Henry menerangkan tentang aspek-aspek didalam keterampilan berbahasa beserta hubungan antara satu aspek dengan aspek lainya, tahap–tahap didalam menyimak, dan beberapa jenis menyimak,  Faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak dan situasi-situasi yang melibatkan seseorang untuk menyimak. Serta peningkatan daya menyimak.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang pendapat Henry didalam buku yang berjudul menyimak sebaiknya terlebih dahulu kita bahas tentang pengertian dari keempat aspek didalam keterampilan berbahasa.

 Pengertian Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa
Menyimak adalah proses memperhatikan, mendengarkan sekaligus memahami suatu pesan yang disampaikan secara lisan dan kemudian dapat menyimpulkan hasil simakan tersebut dengan berbicara, menyimak bertujuan untuk memperoleh informasi serta memahami pesan dalam berkomunikasi . Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (alat komunikasi). Membaca adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui bahasa tulisan (kolker 1983:3). Menulis adalah menuangkan pikiran, gagasan atau perasaan melalui bahasa tulisan, dapat berupa karya viksi atau non viksi.

Tahap-tahap Menyimak
Henry menerangkan ada sembilan tahap dalam melakukan menyimak yang dikutip dari pendapat Ruth G. Strickland  yang secara berurutan mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang amat sangat bersungguh-sungguh.
Tahap-tahapnya adalah: menyimak secara sadar yang bersifat berkala hanya tejadi dalam    pembicaraan, menyimak yang bersifat ketika ingin saja, setengah menyimak, menyimak karena keasikan, sekali-kali menyimak dengan menyerap hal yang disimak, sekali-kali keasikansaja, menyimak namun tidak sepenuhnya menyimak, bahkan tidak memberi tanggapan terhadap pembicaraan, menyimak dengan memberikan komentar atau tanggapan secara    berkala, menyimak secara saksama dan sungguh-sungguh, menyimak secara aktif dan mendapatkan pemahaman serta dapat menyimpulkan kembali apa yang disimak.

Jenis-jenis Menyimak
Telah dibahas sebelumnya bahwa menyimak bertujuan untuk memperoleh informasi, hal tersebut merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum ada beberapa jenis menyimak yang akan ditujukan untuk memperoleh tujuan khusus dari masing-masing jenis menyimak. Jenis-jenis menyimak diantaranya adalah: menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu bahasa tidak perlu langsung dibawah pimpinan seorang guru.
Secara psikologis, menyimak ekstensif terhadap bahasa ”nyata” (sebagai lawan dari bahasa tulis) akan sangat memuaskan selama kegiatan tersebut dapat mempraktekan kegiatan para peserta didik didalam menjalani kehidupan didalam lingkunganya. Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk didalam kegiatan menyimak ekstensif adalah berupa rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru yang bersangkutan langsung dalam kegiatan tersebut. Rekaman-rekaman tersebut dapat  dibuat dari berbagai sumber, misalnya dari siaran radio, televisi dan lain sebagainya. (Broughton [et al]; 1978: 69-70).
Menyimak ekstensif juga berfungsi untuk mengenalkan kata-kata baru yang belum diketahui oleh penyimak. Karena didalam kegiatan menyimak ekstensif kemungkinan besar akan terdapat butir-butir kosa kata dan setruktur-struktur kalimat yang masih asing atau baru.

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang lebih diarahkan pada bahasa alamiah secara lebih bebas dan lebih umum.  jadi dalam kegiatan menyimak intensif ini dibutuhkan bimbingan dari guru, baik sebagai pengarah maupun pengontrol didalam kegiatan tersebut.
Di dalam kegiatan menyimak intensif diperlukan beberapa pembagian didalam kegiatanya/ menyimak. Di antaranya         adalah menyimak insentif diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian program  pengajaran suatu bahasa dan diarahkan pada pemahaman serta pengertian umum (bahasa telah diketahui oleh peserta didik). Menyimak intensif dapat juga disebut dengan menyimak pemahaman. Menyimak pemahaman juga merupakan batu loncatan bagi yang lain, misalnya buat apresiasi sastra (Broughton [et al]; 1978 : 72-74 ).

Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) atau pun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap hal-hal yang dikemukakan, dikatakan oleh seseorang pembicara (Dawson [et al] ; 1963 : 153).

Menyimak sekunder(secondary listening)  adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening and extensive listening). Contoh dari menyimak sekunder yaitu: menyimak atau mendengarkan musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah  dan pada acara-acara radio-radio yang terdengar secara sayup-sayup  sementara kita sedang mengerjakan tugas. Menikmati alunan musik  sementara kita ikut berpartisipasi  didalam tipe-tipe tertentu seperti sedang mengikuti kegiatan melukis, membuat seketsa dan latihan menulis dengan tulis tangan (Dawson [et al]; 1963: 153- Anderson; 1972 : 69).

Menyimak estetis (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk kedalam menyimak ekstensif, mencakup: menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar  pada radio atau rekaman-rekaman. Menikmati cerita-ccerita, puisi-puisi, teka-teki, gemercing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru  atau [eseta didik lainya (Anderson;1972:69. Dawson [et al]; 1963 :153).

Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang didalamnya sudah dapat diketahui tentang fakta-fakta yang tidak sesuai atau fakta-fakta yang terus berubah-ubah . Itulah yang menyebabkan Anak-anak perlu belajar menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran (Dawson [et al]; 1963 : 154). Secara terperinci beberapa kegiatan yang terjadi didalam menyimak kritis adalah: memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, penggunaan kata, dan unsur-unsur kalimat yang lainya, menyimak untuk menentukan alasan ‘mengapa’, menyimak untuk memahami makna-makna konteks, menyimak untuk membedakan fakta dan fantasi antara yang ber-relevansi dan yang tidak, menyimak untuk menarik beberapa kesimpulan, menyimak untuk mengambil keputusan, menyimak untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaan atau masalah tertentu, menyimak untuk menentukan informasi baru atau tambahan, menyimak  menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan-ungkapan, idiom-idiom, dan bahasa yang belum umum, menyimak secara obyektif dan penuh penilaian untuk menentukan kebenaran, keaslian atau hadirnya prasangka dan ketidak telitian  (Anderson;1972:69-70).

Menyimak konsentratif (concentratif listening) biasa disebut juga a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Adapun kegiatan-kegiatan yang terlibat didalam menyimak konsentratif adalah: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab akibat, menyimak dengan maksud tertentu, mencapai serta memperoleh pengertian dan pemahaman, merasakan serta menghayati ide-ide utama seorang pembicara, kelompok, baik sasaran maupun organisasi, menyimak urutan ide-ide, mencatat fakta-fakta penting. (Anderson; 1972: 70, Dawson [et al];163 : 153).

Menyimak kreatif yaitu menyimak yang mengakibatkan adanya pembentukan atau rekontruksi anak secara imajinatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visi atau pengelihatan, gerakan atau perasan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang didengarnya (dawson [et al]; 1963: 153).
Kegiatan yang terlibat didalam menyimak kreatif adalah: menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak, membangun atau mengkonstruksikan imaji-imaji visual sementara menyimak, menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pemikiran omajinatif untuk menghasilkan karya baru dalam tulisan, lukisan dan pendramaan, menyimak untuk mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah.

Menyimak penyelidikan atau exploratory listening adalah  sejenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan yang agak sempit. Tujuan melakukan penyelidikan dengan menyimak adalah untuk memperoleh:
hal-hal baru yang menarik perhatian, informasi tambahan mengenai sesuatu topik, suatu pergunjingan atau buah mulut yang menarik. Dengan mudah dan dengan lega penyimak mengeluarkan sedikit upaya untuk itu, karena penyelidikan itu secara relatif bersifat insidental, kebetulan, bukan bersifat spesifik, khusus. (Dawson [et al]; 1963:153).

Menyimak interogatif atau interrogative listening adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan , karena penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Di dalam kegiatan menyimak interogatif ini penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatianya pada pemerolehan informasi atau bangun mengenai suatu jalur khusus. (Dawson [et al]; 1963:153).

Cara yang seolah-olah tidak memerlukan upaya bagi anak-anak dan sejumlah penduduk pribumi mempelajari bahasa-bahasa asing  dapat disebut menyimak pasif atau passive listening. Yang disebut menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa adanya upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih, serta menguasai suatu bahasa. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan didalam menyimak pasif yang dspat menanganinya diantaranya adalah: berilah otak kesempatan untuk menyimak sebanyak mungkin, tenang dan santai, janganlah memasang rintangan-rintangan bagi bunyi-bunyi, berikanlah waktu yang cukup untuk otak, beri waktu untuk otak bekerja, sementara kita mengerjakan sesuatu yang lain. Kita akan dapat memberi perhatian yang serius sepanjang waktu, oleh sebab itu berilah kesempatan menyimak bagi otak otak secara santai, karena pada saat tertidurpun otak kita tetap aktif. (Nida;1957:27-29).

Menyimak selektif adalah menyimak yang dapat menggantikan menyimak pasif, namun hal ini hendaklah tidak tejadi  tetapi justru melengkapi kegiatan menyimak pasif. Kedua jenis menyimak tersebut harus dimanfaatkan untuk mengimbangi isolasi kultural dari masyarakat.
Andai kata kita harus menyimak secara cerdas aneka ragam ciri bahasa, maka kita perlu mengikuti suatu urutan yang akan dapat menolong kita untuk menemukan cara kita sendiri untuk menemukan unsur-unsur yang seolah-olah tidak teratur dan tidak berurutan. Sebagaian besar ciri-ciri bahasa yang harus disimak secara selektif secara urutan ialah nada suara, bunyi-bunyi asing , bunyi-bunyi yang bersamaan, kata-kata dan frase-frase, dan bentuk-bentuk tata bahasa.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Menyimak
Di dalam kegiatan menyimak ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi proses terjadinya menyimak yaitu faktor fisik, faktor psikologis, faktor pengalaman dan kebiasaan jelek dalam menyimak. Keempat faktor tersebut sangat penting perananya dalam membantu kita melakukan proses menyimak maka dalam menyimak hendaklah memenuhi faktor yang penting dan meninggalkan faktor yang dapat mengganggu kegiatan  menytimak.
Faktor fisik adalah faktor yang terletak pada diri seseorang seperti kesehatan dan kesejahteraan fisik. Kesehatan dan kesejahteraan fisik merupakan modal yang turut mendukung setiap penyimak.  Faktor psikologis adalah faktor-faktor yang kerap kali sulit diatasi, yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup prasangka dan kurangnya simpati terhadap sipembicara beserta sebab-musababnya, keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat-minat pribadi serta masalah-masalah pribadi, kepicikan serta kurang luasnya pandang, kebosanan atau tiadanya perhatian sama sekali pada subyek, sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, subyek, atau terhadap sipembicara. Faktor pengalaman, faktor pengalaman dapat melukiskan sikap-sikap yang antagonistik, sikap-sikap yang menentang serta bermusuhan timbul dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan, demikianlah latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak.
Ketiga faktor diatas sangat berpengaruh dalam kegiatan menyimak, begitu pula dengan kebiasaan jelek dalam menyimak. Kebiasaan jelek dalam menyimak terbagi menjadi 10 yaitu : menyimak lompat tiga, yang dimaksud dengan menyimak lompat tiga adalah menyimak dua  bahkan tiga pembicaraan sekaligus.
 Menyimak daku dapat fakta,  maksudnya hanya menyimak fakta-fakta yang dianggap penting tanpa memperhatikan fakta pendukungnya.
 Noda-noda ketulian emosional maksudnya berhenti menyimak ketika didalam pembicaraan ada kata-kata yang menyinggung perasaan penyimak, maka secara emosional hati tertutup untuk menyimak kembali / malas. Menyimak supersensitif maksudnya menyimak yang dilakukan untuk mencari kelemahan pembicara atas pembicaraan yang disampaikan karena menyinggung perasaan kpenyimak.
 Menghindari penjelasan-penjelasan yang sulit maksudnya tidak menghiraukan perkataan pembicara ketika pembicaraan itu sulit untuk dipahami.
Penolakan secara gegabah terhadap sesuatu subjek yang tidak menarik perhatian maksudnya tidak mau menyimak pembicaraan yang bersifat aktual atau terkini.
Mengkritik cara berpidato dan penampilan fisik seseorang pembicara maksudnya penyimak hanya disibukan dengan mengkritik hal-hal yang disampaikan pembicara dan mengkritik penampilanya saja.
Perhatian pura-pura maksudnya berpura-pura memperhatikan padahal pikiran melayang jauh dari pembicaraan.
 Menyerah kepada gangguan maksudya ketika penyimak merasa terganggu dengan keadaan yang ribut, penyimak memperhatikan keadaan tersebut tanpa mempertahankan kondisinya yang sedang menyimak. Menyimak dengan pensil dan kertas di tangan maksudya kegiatan menyimak tercampur dengan kegiatan fisik menulis.

Situasi-situasi yang Melibatkan Seseorang Untuk Menyimak
Di dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa situasi yang menyebabkan seseorang untuk  menyimak didantaranya adalah ketika ada petunjuk, keterangan, dan pengumumuman, Ketika terjadi percakapan atau diskusi, dan ketika mendengarkan siaran radio, mendengarkan rekaman, menelefon dan menonton acara televisi.
 Situasi-situasi tersebut memaksa kita untuk menyimak dengan konsentrasi penuh karena dengan menyimak kita akan memperoleh petunjuk, keterangan dan ide pokok dari sebuah pengumuman. Dapat memberi tanggapan dan menyanggah ketika terjadi percakapan dan diskusi. Dapat menceritakan kembali siaran dari radio, mengulang hasil rekaman, menjawab pertanyaan ketika sedang menelefon, dan dapat menggambarkan kembali acara yang ditayangkan di televisi, inti dari situasi-situasi yang melibatkan seseorang untuk menyimak adalah kita dapat berinteraksi dengan orang lain maksudnya ada hubungan aksi-reaksi dalamm kehidupan.
Di dalam kehidupan menyimak sangat penting karena merupakan hal yang paling diutamakan dalam aspek keterampilan berbahasa, dimana menyimak sangat berperan penting bagi setiap individu, hubungan anatar individu dan hal-hal yang  berhubungan dengan keterampilan berbahasa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan menyimak akan membantu setiap individu dalam menjalani kehidupan, karena dengan menyimak kita dapat berinteraksi dengan sesama manusia, hewan dan bahkan lingkungan setempat.

Buku dengan judul ‘Menyimak’ yang dikarang oleh Henry ini memeiliki keunggulan yakni dapat digunakan dimanapun kita berada karena berukuran kecil serta berisi materi pembelajaran yang sangat mudah untuk dipahami, menjelaskan aspek keterampilan berbahasa yang sangat berperan penting didalam kehidupan. Buku  tersebut memiliki sistematis yang berurutan dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dalam pendidikan.
Kelemahan dari buku tersebut adalah  penggunaaan bahasa yang terlalu berbelit-belit meskipun mudah untuk dipahami, penjabaran materi yang terlalu banyak cerita yang tidak penting dan bahkan tidak berhubungan langsung dengan aspek keterampilan berbahasa yang dibahas didalam buku tersebut, menyimak. Segi penampilan atau desain buku tidak menarik, karena tidak memuat ilustrasi-ilustrasi yang dapat mengembangkan daya pikir pengguna, ilustrasi-ilustrasi didalam menyimak bisa berupa gambar, kata-kata mutiara yang secara nyata berhubungan langsung dengan menyimak, segi penampilan sampul juga sangat tidak menarik. Segi penyajian tidak terdapat didalam buku trsebut karena tidak mencantumkan soal untuk latihan.

2.3. Penutup
Buku yang dikarang oleh Henry yang diterbitkan pada tahun 1980 tepatnya di bandung dengan judul ‘Menyimak’ sangat cocok digunakan oleh  Mahasiswa/i diperguruan tinggi manapun sebagai bahan bacaan, bahan belajar dan bahkan pedoman serta pegangan dalam belajar.
Selain untuk mahasiswa buku tersebut juga cocok digunakan oleh tenaga pendidik/guru bimbel/guru di sekolah dan yang lebih tepat sangat cocok untuk dosen mata kuliah menyimak. karena buku tersebut berisi tentang materi menyimak yang merupakan sebuakh mata kuliah di perguruan tinggi. Jadi buku tersebut memiliki peranan penting didalam proses pembelajaran yang bersifat kejurauan, terutama kejuruan  Bahasa Indonesia dalam sebuah perkuliahan.


BAB 3
PENUTUP
3.1.            Kesimpulan
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Resensi merupakan  salah satu tulisan jurnalistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberi pertimbangan kepada pembaca mengenai sebuah buku yang baru diterbitkan. Secara sederhana resensi dapat dianggap sebagai bentuk tulisan yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan ikhtisar berisi penilaian, ringkasan isi buku, atau kritik terhadap buku tersebu. Maksud ditulisnya resensi buku adalah untuk  menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Unsur-unsur dalam meresensi terdiri dari empat bagian yaitu membuat judul resensi, menyusun data buku, membuat pembukaan, dan tubuh atau pernyataan isi buku.
3.2.            Saran
Resensi merupakan suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Di dalam meresensi kita harus benar-benar mengerti dengan jalan pikiran pengarang buku yang kita resensi agar tidak terjadi kesalahan yang akan membuat masalah, didalam meresensi kita harus mengemukakan pandangan kita terhadap buku tersebut secara jujur. Jika buku tersebut menurut kita tidak menarik katakan tidak menarik, dan jika buku tersebut menarik maka katakan buku tersebut menarik dan berikan alasan.

Daftar Pustaka
Guntur Tarigan, Henry. 1980: Menyimak ( sebagai keterampilan berbahasa). Bandung, Angkasa.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar