Cling cling cling, ku dengar gemrincing dari gelang kaki yang ku
pasang di kaki kucingku. Aku menggeliat menepi bantal doraemon kesayanganku. Hem…
aku mengulat lagi dan lagi, kulihat jam pada layar hanpone ku. Sudahpukul 06:00
pagi, aku tertinggal waktu salat subuh. Bergegas aku berlari mengambil air
wudhu, salat dan segera ku rapikan kamar tidurku yang penuh dengan boneka
doraemon.
Terlintas kenangan manis bersama teman-teman saat masih di
bangku putih dongker. Hem, aku
seperti ini karena laki-laki yang membuatku nyaman sejak mengenalnya. Aku merubah
penampilan menjadi lebih feminim mengikuti keinginannya yang tidak menyukai
wanita tomboy. Perlahan rambut pun ku biarkan panjang sebahu, rajin memakai
bendo dan jepit rambut warna-warni, memakai anting layaknya wanita. Dia menerangiku
selama ini.
Pagi ini usiaku sudah dua puluh dua tahun, aku bukan lagi ABG
yang harus menemukan jati diriku sendiri. Aku sudah semester akhir di sebuah
Universitas, menyusun karya ilmiah sebagai tugas akhir dan syarat mendapat
gelar sarjana setrata satu. Segala keegoisan, kelemahan, kelebihan yang aku
miliki sudah dia pahami. Yah, walau pun begitu dia masih selalu cemburu saat
mendengar suara laki-laki dekat yang dekat denganku. Kami long distance semenjak
aku memasuki jenjang Putih abu-abu sampai saat ini. Komunikasi terjalin melalui
hanpone, terkadang aku bosan dengan cara ini tapi apa boleh buat.
Empat belas hari lagi happy
anniversary ke delapan. Aku tidak menginginkan apa-apa darinya, aku hanya
berdoa semoga segala sesuatu tentang kami indah tepat pada rowaktunya. Dia bukan
tipe laki-laki yang romantis, bukan laki-laki yang peka terhadap keinginanku. Aku
tetap bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan, telah dia kirimkan sahabat
terbaik atas kelahiranku.
Romatis, ya itu yang sebenarnya aku inginkan darinya. Tapi romantis
bukanlah sifat yang mudah dia lakukan untukku. Selama ini bilang cinta ke aku
aja bisa dihitung, jangankan bilang “aku mencintaimu” la wong bilang aku cantik
aja selama tujuh tahun baru sekali. Kejam banget dia tuh, laki-laki lain ajah
mudah bilang aku cantik, pacar sendiri susah bilang gitu.
Aku ingin setiap hari ada yang ngasih bunga mawar merah untukku
walau setangkai, tapi gak mungkin kan? Jangankan bunga mawar merah bunga rumput
pun dia gak bakalan ngasih ke aku. Sudah nasibku punya pacar yang gak romantis.
Haha ha aku jadi ingat waktu kami jalan-jalan ke taman Kota Pekanbaru. Gak ada
niat jalan-jalan ke sana tapi aku bingung mau jalan ke mana. Baru sampai di
sana aku melihat insan berpasang-pasangan baring-naring di rumput hijau, saling
pegangan tangan dan bercanda mesra. Aku cuek aja ngikutin sifat dia, kami sibuk
mencari tempat yang nyaman untuk bercerita. Kami menemukan tempat yang
strategis, dekat dengan musolah, dekat dengan toilet, dekat dengan penjual
jajanan ringan.
Wah, wah, rasanya ingin segera duduk dan meneguk air mineral
yang ku bawa sedari tadi. “Ayang, pindah yok jangan di sini, cepet kok.” Glek,
belum sempat aku meneguk air dia udah mau pergi ajah. Aku sedikit kesal sih
masa dia seenaknya aja kayak gitu, mana tangan aku ditarik kenceng banget trus
dibawa lari-lari lagi. Dan anehnya lagi, dia malah milih duduk di dekat
rombongan orang-orang yang sudah berkeluarga. “Oh my God, what happen?”
pertanyaan dengan tanda Tanya yang titiknya sebesar kepalaku.
“Mau air dong Ay!” cepet-cepet aku sodorkan air yang ku pegang. Aku
diem ajah gak komentar apa pun. “Ayang beli jajan deh, buat cemilan.” Kali ini
aku menolak dengan alasan aku membawa bekal dari rumah. Perlahan suasana mulai
tenang dan kembali seperti biasa. “Kenapa si harus duduk di sini? Lebih nyaman
di sana, sejuk, gak banyak sampah.” Aku menggerutu pelan tanpa melihat
wajahnya. “tuh liat, tuh liat, mau liat yang kayak gituan apa?” tiba-tiba dia
menunjuk kea rah tempat kami tadi datangi, ternyata di sebelahnya ada tiga
pasang remaja yang sedang berciuman mesra. “Ayang gak malu apa liatin kayak
gituan?” lagi-lagi dia membentak, aku Cuma diem dan menunduk.
Waktu terlewatkan begitu saja
tanpa sepatah kata dariku. “Ayang, maaf ya, Mas gak bisa kayak mereka,
Mas malu.” Aku takut dia salah menilai aku, aku takut dia mengira aku ingin
melakukan seperti orang-orang yang dilihatnya. Alhamdulillah, dia gak mikir
yang aneh-aneh tentang aku. Saat itu aku sadar, akulah wanita beruntung yang
mendapatkan laki-laki tidak romantic, laki-laki yang tulus menjagaku sampai
detik ini. “Yuk, pulang udah sore, kayaknya mau ujan.” Dia mengelus kepalaku
layaknya kakak pada adiknya. Tuhan terimakasih, tetaplah lindungi cinta kami. Agar
tetap hidup sampai tiba saatnya bagi kami untuk mengembalikan cinta ini kepada
Mu. Indahnya perasaan ini akan ku jaga untuknya. Aku akan setia memilikinya. Terimakasih
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar