Penerapan
Ilmu Semantik Dalam Kehidupan Sehari-hari
Hari ini,
aku teringat pada perkataan temanku saat menjadi moderator dalam diskusi mata
kuliah Sintaksis pada hari Jumat, 23 Mei 2014 lalu, Afrinaldi namanya. Perkataan
pada bagian penutup yang ia sampaikan sangat bermakana “Seseorang yang tersenyum karena menerima buah
durian yang rasanya manis lagi segar itu biasa, tetapi seseorang yang menerima
buah durian yang rasanya pahit lagi busuk itu luar biasa.” Aku sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia yang juga mempelajari mata kuliah Semantik tergugah ingin
mengetahui makna kalimat yang diucapkan oleh temanku saat itu dari segi Semantik. Ya, Semantik merupakan salah satu
cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna tepatnya makna bahasa.
Saat
ini saya sudah menduduki semester enam akhir di bangku perkuliahan Universitas
Islam Riau. Kebetulan, mata kuliah Semantik sudah selesai saya ikuti. Lebih banyak
makna yang saya ketahui setelah saya mengikuti mata kuliah Semantik yang diampu
oleh seorang dosen bernama Roziah, S.Pd., M.A., Beliau tidak hanya fokus
menyampaikan pelajaran berupa materi/teori tetapi beliau juga melibatkan saya
dan semua mahasiswanya dalam praktek kehidupan sehari-hari untuk memaknai
kalimat-kalimat dari segi semantik. Beberapa contohnya telah saya posting pada
blog saya dengan alamat http://suratmisitisuratmi.blogspot.com
pada blog tersebut teman-teman bisa baca.
Pada hari
ini saya akan mencoba mengungkapkan makna dari kalimat “Seseorang yang tersenyum karena menerima buah
durian yang rasanya manis lagi segar itu biasa, tetapi seseorang yang menerima
buah durian yang rasanya pahit lagi busuk itu luar biasa.” Jika dilihat dari pihak pemeberi saja, maka
sipemberi bisa kita anggap sebagai orang yang tidak pelit. tetapi ketika kita melihat
dari pihak penerima tentulah si penerima pertama yang lebih beruntung ketimbang
penerima ke dua. Nah, untuk kali inimari kita sama-sama memaknai kalimat
tersebut baik dari pihak pemberi mau pun
pihak penerima.
Secara
tidak langsung, dari segi semantik kalimat tersebut mengungkapkan adanya sikap
peduli serta murah hati si pemberi
kepada orang lain. Ia berbagi kebahagiaan dengan memberikan sebagian rezekinya
kepada orang lain. Kalimat tersebut juga
mengungkapkan adanya sikap bersyukur pada si penerima pertama dengan lambang
tersenyum sebagai rasa berterimakasih karena menerima rezeki dari Allah melalui
tangan si pemberi. Begitu juga dengan si penerima ke dua, ia bersyukur sama seperti
sipenerima pertama. Tetapi tahukah Anda wahai pembaca?, siapakah menurut Anda
orang yang paling bijaksana dan paling mulia di antara si pemberi dan ke dua penerima
tersebut?
Jelas,
bahwa si pemberi memiliki sifat bijaksana dengan melakukan perbuatan yang mulia
terhadap si penerima pertama dan penerima ke dua, begitu juga dengan penerima
pertama yang menunjukan sikap mulia tersenyum sebagai rasa terimakasih dan
bersyukur. Tahukah engkau wahai pembaca?, ternyata di antara ketiga orang
tersebut yang paling mulia adalah si penerima ke dua. Si penerima ke dua
menunjukan sikap mulia, berterimakasih dengan tersenyum atas pemberian yang ia
terima dari si pemberi. Dalam rasa berterimakasihnya itu ada sesuatu yang di
sebut kurang beruntung karena buah durian yang ia terima memiliki rasa pahit
dan busuk maka mengungkapkan kesabaran yag dimiliki oleh si penerima ke dua,
kesabaran itulah yang menyebabkan kemuliaan ada pada diri si penerima ke dua di
banding dengan si penerima pertama dan si pemberi.
Ketika
si pemberi tidak sengaja memberikan buah yang pahit dan busuk kepada penerima
kedua saja si penerima ke dua dapat dikatakan orang yang sabar dan mulia, apa
lagi ketika si pemberi sengaja memberikan buah durian yang pahit dan busuk ke
pada si penerima kedua. Tentulah semakin mulia si penerima ke dua daripada si
pemberi apalagi si penerimapertama karena kesabaranya itu.