Minggu, 22 Juni 2014

Goresan di Hatiku


Sejak keputusanmu meninggalkanku hari itu, aku berusaha untuk melupakanmu dan menjadikanmu orang yang tak pernah aku kenal. Aku berpura-pura membencimu tanpa kamu tahu yang sebenarnya dengan segala rasa sakitku. Aku sudah sejauh ini melakukanya, sulit jika aku harus kembali mengenalmu dan menyayangimu sebagai sahabat seperti dulu. Aku akan berusaha untuk benar-benar membencimu agar tak ada rasa sakit saat kau tertawa di hadapanku bersama sahabat barumu.
Mulai hari itu tak ada lagi yang bisa kupanggil sahabat, tak ada lagi yang  memberikan senyum di hadapanku kala aku jatuh, tak ada lagi yang mengokohkan berdiriku dan meluruskan langkahku. Mungkin kamu menganggap itu semua mudah dilupakan karena semua kesalahanku, tapi aku merasa lelah selalu berpura-pura tersenyum dihadapanmu,  terkadang sengaja kubuat kau semakin membenciku. Kini aku sendiri, tak ada siapapun disini. Kamu oranglain yang takkan aku kenal sebagai sahabatku beberapa waktu lalu. Tak ada maksud lebih dalam menyakitimu melalui tulisan ini, aku hanya ingin kau mau menatap mataku seperti kau menatap mereka saat berbicara. Itu saja.

Jumat, 13 Juni 2014

12 Juni 2014


Astaghfirullah, jujur ini pertama kali aku marah-marah sampe ku banting hp kamu. Maaf, aku gak bermaksud apa-apa. Mungkin faktor datangbulan yang buat aku ga bisa mengontrol emosi. Jujur aku gak tahan kalo tiap hari di tuduh nglakuin sesuatu yang gakpernah aku lakuin. Kata-kata bohong mana yang pernah aku ucapkan ke kamu. Aku tau kamu gak percaya sama aku, tapi seharusnya aku yang gak percaya kamu.
Kamu masih ingat kebohonganmu satu tahun lalu? Aku tetap percaya sama kamu, jika dia gak nglabarak aku, mungkin sampai saat ini aku gak tau kalo aku di cap sebagai perebut  pacar orang. Padahal kamu tau 6 tahun sebelum kamu ma dia, kita dah berjuang untuk saling percaya. Mungkin aku yg bodoh selalu percaya kamu. Tapi sayangnya kamu gak pernah percaya aku, kamu gak pernah ngerti aku yg selama ini lelah berpura-pura senyum dan tegar mendengar dan melihat kebohongnmu. Untuk kali ini aku benar-benar lelah, aku capek. Maaf hp kamu hancur semua sebagai wujud amarahku untuk hari ini, untuk hari yg akan datang aku akan diam.

Kamis, 05 Juni 2014

Penerapan Ilmu Semantik Dalam Kehidupan Sehari-hari


Penerapan Ilmu Semantik Dalam Kehidupan Sehari-hari

Hari ini, aku teringat pada perkataan temanku saat menjadi moderator dalam diskusi mata kuliah Sintaksis pada hari Jumat, 23 Mei 2014 lalu, Afrinaldi namanya. Perkataan pada bagian penutup yang ia sampaikan sangat bermakana “Seseorang yang tersenyum karena menerima buah durian yang rasanya manis lagi segar itu biasa, tetapi seseorang yang menerima buah durian yang rasanya pahit lagi busuk itu luar biasa.”  Aku sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang juga mempelajari mata kuliah Semantik tergugah ingin mengetahui makna kalimat yang diucapkan oleh temanku saat itu dari segi  Semantik. Ya, Semantik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna tepatnya makna bahasa.
Saat ini saya sudah menduduki semester enam akhir di bangku perkuliahan Universitas Islam Riau. Kebetulan, mata kuliah Semantik sudah selesai saya ikuti. Lebih banyak makna yang saya ketahui setelah saya mengikuti mata kuliah Semantik yang diampu oleh seorang dosen bernama Roziah, S.Pd., M.A., Beliau tidak hanya fokus menyampaikan pelajaran berupa materi/teori tetapi beliau juga melibatkan saya dan semua mahasiswanya dalam praktek kehidupan sehari-hari untuk memaknai kalimat-kalimat dari segi semantik. Beberapa contohnya telah saya posting pada blog saya dengan alamat http://suratmisitisuratmi.blogspot.com pada blog tersebut teman-teman bisa baca.
Pada hari ini saya akan mencoba mengungkapkan makna dari kalimat “Seseorang yang tersenyum karena menerima buah durian yang rasanya manis lagi segar itu biasa, tetapi seseorang yang menerima buah durian yang rasanya pahit lagi busuk itu luar biasa.”  Jika dilihat dari pihak pemeberi saja, maka sipemberi bisa kita anggap sebagai orang yang tidak pelit. tetapi ketika kita melihat dari pihak penerima tentulah si penerima pertama yang lebih beruntung ketimbang penerima ke dua. Nah, untuk kali inimari kita sama-sama memaknai kalimat tersebut  baik dari pihak pemberi mau pun  pihak penerima.
Secara tidak langsung, dari segi semantik kalimat tersebut mengungkapkan adanya sikap peduli  serta murah hati si pemberi kepada orang lain. Ia berbagi kebahagiaan dengan memberikan sebagian rezekinya kepada orang lain. Kalimat tersebut  juga mengungkapkan adanya sikap bersyukur pada si penerima pertama dengan lambang tersenyum sebagai rasa berterimakasih karena menerima rezeki dari Allah melalui tangan si pemberi. Begitu juga dengan si penerima ke dua, ia bersyukur sama seperti sipenerima pertama. Tetapi tahukah Anda wahai pembaca?, siapakah menurut Anda orang yang paling bijaksana dan paling mulia di antara si pemberi dan ke dua penerima tersebut?
Jelas, bahwa si pemberi memiliki sifat bijaksana dengan melakukan perbuatan yang mulia terhadap si penerima pertama dan penerima ke dua, begitu juga dengan penerima pertama yang menunjukan sikap mulia tersenyum sebagai rasa terimakasih dan bersyukur. Tahukah engkau wahai pembaca?, ternyata di antara ketiga orang tersebut yang paling mulia adalah si penerima ke dua. Si penerima ke dua menunjukan sikap mulia, berterimakasih dengan tersenyum atas pemberian yang ia terima dari si pemberi. Dalam rasa berterimakasihnya itu ada sesuatu yang di sebut kurang beruntung karena buah durian yang ia terima memiliki rasa pahit dan busuk maka mengungkapkan kesabaran yag dimiliki oleh si penerima ke dua, kesabaran itulah yang menyebabkan kemuliaan ada pada diri si penerima ke dua di banding dengan si penerima pertama dan si pemberi.
Ketika si pemberi tidak sengaja memberikan buah yang pahit dan busuk kepada penerima kedua saja si penerima ke dua dapat dikatakan orang yang sabar dan mulia, apa lagi ketika si pemberi sengaja memberikan buah durian yang pahit dan busuk ke pada si penerima kedua. Tentulah semakin mulia si penerima ke dua daripada si pemberi apalagi si penerimapertama karena kesabaranya itu.